Bab tiga

1.7K 302 65
                                    

Attention please! Kalau suka boleh di vote dan komen biar akunya tambah semangat nulisnya, happy reading hope enjoy it!! Typo bertebaran!

Ternyata sehari dua hari belum cukup untuk memperbaiki apa yang tengah terjadi diantara mereka, Ari dan Nata masih sama-sama saling diam bahkan ketika Ari mengajak Nata untuk bertemu kakaknya ia mentah-mentah menolaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ternyata sehari dua hari belum cukup untuk memperbaiki apa yang tengah terjadi diantara mereka, Ari dan Nata masih sama-sama saling diam bahkan ketika Ari mengajak Nata untuk bertemu kakaknya ia mentah-mentah menolaknya.

"Aku mau ketemu Mas Mahen, kamu mau ikut ga?" ajak Ari, Nata yang sedang menyisir rambutnya kaget ketika sisir di tangannya tiba-tiba di ambil alih oleh mas Ari untuk menyisir rambutnya.

"Gak, aku mau di rumah aja." jawab Nata ketus, Ari menghembuskan nafasnya lalu menaruh sisirnya.

"Yaudah."

"Lagian mana mau keluargamu terima aku?" Ari menatap pantulan Nata di cermin mata mereka saling bertatapan.

"Tapi keluarga intiku terima kamu apa adanya termasuk aku." Mas Ari memakai jam tangannya yang seharga satu unit rumah kpr bersubsidi.

"Kecuali bude pakde kamu mas."

"Jangan kebanyakan over thinking kamu tuh, gak bagus." Ari mengecup puncuk kepala Nata lalu keluar dari kamar.

Ari menutup pintu kamanya lalu segera keluar dari rumahnya dan menjalankan mesin mobil dan meninggalkan area rumahnya, sementara itu dari kamar mereka Nata melihat kepergian suaminya.

Perasaan resah, gelisah, marah menjadi satu Nata ingin ungkapkan Nata ingin bicarakan bersama suaminya namun rasanya pria berusia tiga puluh dua tahun itu masih saja bertahan pada egonya.

"SEBEL IHHH!!" teriak Nata sembari membanting tubuhnya ke kasur.

"Mas Ari tuh maunya apa?! Cerita gak mau, marah enggak tapi kenapa masih so sweet? Kenapa?!!" Nata menggigiti bantalnya lalu menonjok-nonjok kasur.

"MAS ARII!!" gemas Nata.

Mobil yang di tumpangi Ari berhenti di kediaman milik kakaknya, Ari masuk ke dalam rumah setelah kakak iparnya yang seusia Nata membukakan pintu untuknya.

"Duduk dulu Mas Ari, gue panggilan Mas Mahen nya dulu sebentar." Ucap Hamdan, Ari mengangguk kecil sembari tersenyum.

Dunia itu sempit, sahabat Nata ini adalah kakak iparnya pertemuan lucu mereka juga berdampak pada kisah cinta kakaknya juga ternyata.

"Wih, bang toyib akhirnya pulang juga." ledek Mahen lalu bersalaman dengan Ari dan duduk di kursi sofa sebelah Ari.

"Pak dosen masih sibuk aja ngurusin skripsi mahasiswa?" Mahen terkekeh.

"Ya mau gimana lagi, gimana kabar mu?"

"Baik Mas."

"Gak sama Nata? Tumben banget biasanya nempel mulu kemana-mana." Ari tersenyum kecil lalu menyesap teh yang di suguhkan Hamdan barusan.

Di Bawah Langit Dago pakar : Marriage problem (Nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang