Awalnya sudah tidur, tapi tiba tiba saja ia terbangun karen merasakan sesuatu. Bukan rasa sakit, tapi justru ke rasa di mana perutnya menginginkan sesuatu.
Bangun dari posisi tidurnya, kemudian melirik jam yang ada di nakas. Terlihat, jarum pendek masih berada di angka 1 dan jarum panjang berada di angka 6. Kemudian mengarahkan pandangan pada sosok yang tampak tertidur dengan nyenyak di sampingnya.
Mendekati dia, sambil menyentuh wajah itu dengan telunjuknya. Membuat si pemilik wajah merasa terganggu karena sentuhannya.
"Sayang, ini sudah larut malam. Ayo tidur lagi," komentarnya menyambar tangan yang sedang bermain di wajahnya ... kemudian merengkuh tubuh itu ke dekapannya.
"Je, buka matamu," pinta Hana.
"Aku ngantuk," respon Justin dengan suara seraknya.
"Justin," rengeknya berharap suaminya itu segera membuka mata dan merespon keinginannya.
Yap, sepertinya dia tak tahan dengan rengekan demi rengekan yang menerpa pendengarannya. Hingga akhirnya membuka mata dan menatap tajam ke arah wanita yang malah menebar senyuman manis padanya.
"Ada apa, sih, hem? Kamu benar benar berniat membuat suamimu begadang, ya."
"Aku mau minta sesuatu sama kamu."
Tiba tiba mata Justin melek sempurna ketika mendengar perkataan Hana. Oke, jarang jarang istrinya ini meminta. Berharap dia meminta adegan panas beberapa menit.
Hana mencubit pinggang suaminya itu, ketika melihat tampang mesum yang dia tunjukkan saat mendengar ia meminta sesuatu.
"Dasar mesum! Apa yang kamu pikirkan dengan permintaanku, sih, Je," berengutnya beranjak dari dekapan Justin.
"Permainan yang ..."
"Aku lapar," sanggah Hana pada perkataan Justin.
"Lapar?" Sedikit tak percaya dengan apa yang ia dengar. "Kamu serius, lapar di jam segini?"
Hana mengangguk pasti dengan pertanyaan Justin. Entahlah, tiba-tiba saja perutnya menginginkan sesuatu.
"Justin menyingkirkan selimut yang menutupi badannya, berniat bangun dan beranjak dari tempat tidur. Tapi belum beringsut, Hana malah menahannya.
"Kamu mau kemana?"
"Katanya kamu lapar. Aku minta Bibik masakin buat kamu. Harus fresh, bukan makanan yang dipanaskan."
"Tapi aku nggak mau makanan yang ada di rumah ini. Aku bosan. Penginnya yang lain," terang Hana.
Mendengar penuturan Hana, tentu saja membuat jiwa steril Justin merasa disentil. Ia mengatur semua pola makan dan kebersihan setiap makanan yang dia makan, tapi sekarang malah meminta makanan lain selain yang ada di rumah ini.
"Jadi?" tanyanya masih dengan mode kalem.
"Makan di luar, yuk," ajaknya dengan senyuman manis penuh harapan besar.
"Hana, Sayang. Aku sudah berkali kali memberikan kamu penjelasan ini, kan. Kalau kamu memang lapar, aku akan minta mereka masak untukmu. Tapi kalau untuk makan di luar, maaf aku nggak akan mengabulkan keinginanmu. Lagian, ini sudah jam berapa coba."
"Jahat!" kesal Hana. "Kenapa, sih ... nggak ngebolehin aku makan di luar. Aku yakin, makanan di luar juga nggak sekotor yang kamu pikirkan."
"Aku nggak mengatakan kalau makanan yang dijual di luaran itu kotor. Hanya saja ... kita tak bisa menjamin kebersihannya. Aku nggak mau sampai kamu sakit perut dan mengalami hal yang lebih buruk lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kedua sang Billionaire
Romance[TAMAT] Ebook tersedia [Session 2 sudah ada, ya.] Tiba-tiba Hana bangun, mendapati seseorang yang tidur bersamanya. Tentulah itu membuatnya kaget. Kesadarannya masih utuh dan ia meyakini kalau dirinya belum menikah. Tapi kenapa ada orang lain yang t...