Antara percaya dan tidak, kalau ia sudah melakukan hal itu dengan Justin. Ayolah ... berharap tak percaya, tapi sesuatu yang sedikit tak nyaman ia rasakan di badannya. Jadi, bagaimana mungkin ia melupakannya.
Membuka mata, mendapati wajah yang tengah tidur itu dihadapannya ... sungguh sesuatu yang benar-benar bikin otaknya terhenti bekerja. Yakinlah, kalau dalam keadaan tidur nyenyak begini, tak akan terlihat efek seramnya ni om-om. Yang ada hanyalah efek cute berasa pengin meluk.
Senyum-senyum nggak jelas, dengan pandangan yang fokus menatap Justin yang sedang tidur di sisinya dengan tenang. Dengan lembut menyentuh wajah itu.
Hendak bangun, tapi terhenti saat matanya mendapati pakaiannya malah tergeletak di lantai. Menutupi wajahnya karena malu sendiri.
"Sulit dipercaya gue dan dia udah lakuin hal itu," gumamnya sambil menepuk jidatnya.
Menyambar ponsel miliknya yang ada di nakas. Niatnya mau mengecek waktu, tapi rentetan panggilan telepon dan pesan yang menghiasi layar datar itu, membuatnya kaget. Kini ponsel milik Justin pun ia cek dan hasilnya juga sama.
"Ish ... dia sengaja menonaktifkan nada ponsel ternyata."
Beranjak dari tempat tidur perlahan agar tak membuat di singa yang sedang tidur terbangun dan dengan cepat mengemasi pakaiannya di lantai. Kemudian segera menuju kamar mandi. Hari ini adalah hari yang benar-benar tak terduga dan terpikirkan sebelumnya. Teman temannya masih membahas teori, dirinya malah langsung praktek.
Posisi tidurnya yang terlentang, kini berubah miring dan memeluk dia yang ada di sampingnya. Tapi apa yang ia harap, justru tak ditemukan. Matanya seketika terbuka lebar dan langsung duduk. Menatap ke sekeliling.
"Hana!" panggilnya sedikit berteriak. "Kamu di mana?"
Tak ada jawaban, membuatnya segera beranjak dari tempat tidur dan berjalan mencari keberadaan sang istri. Tapi saat langkahnya menuju balkon kamar, suara gemericik air di kamar mandi membuat rasa khawatirnya surut.
Menghela napasnya dengan lega. "Ku pikir kamu pergi," gumamnya kembali menuju tempat tidur dan merebahkan badannya di kasur. Tangannya menyambar ponsel dan segera mencari list kontak untuk menghubungi seseorang.
"Hallo, Pak."
"Kembali siapkan meeting yang tertunda tadi. Sebentar lagi saya ke sana."
"Baik, Pak."
Mengatur nada dering benda pipih itu, kemudian kembali meletakkan di nakas. Tiba tiba ponsel itu malah berdering saat sebuah panggilan menghampirinya. Terlihat, nama Willy lah yang terpampang di layar.
"Ya," sahutnya.
"Lo di mana, sih? Ngilang nggak jelas. Telepon nggak dijawab, pesan nggak dibuka." Willy langsung mengomel ngomel nggak jelas
"Gue masih di kantor," jawab Justin menyenderkan punggungnya di pinggiran tempat tidur.
"Di kantor?"
"Iya ... di ruang private."
"Sama Hana?"
"Iyalah."
"Je ... jangan bilang kalau kalian lagi ngelakuin sesuatu," tebak Willy.
"Hmm."
"Serius?" tiba-tiba Willy makin kepo.
"Apanya?"
"Lo udah lakuin itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kedua sang Billionaire
Romansa[TAMAT] Ebook tersedia [Session 2 sudah ada, ya.] Tiba-tiba Hana bangun, mendapati seseorang yang tidur bersamanya. Tentulah itu membuatnya kaget. Kesadarannya masih utuh dan ia meyakini kalau dirinya belum menikah. Tapi kenapa ada orang lain yang t...