Chapter Sembilan

7 1 0
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi. Mora segera pulang ke rumah. Ia pulang ke rumah dengan berjalan kaki. Saat keluar dari pintu gerbang Mora teringat kalau dia disuruh oleh ibunya untuk membeli beberapa barang di supermarket. Kebetulan jalan menuju rumahnya melewati sebuah supermarket. Ia sekalian mampir untuk membeli beberapa barang yang disuruh ibunya. Ia berjalan melewati trotoar jalan sambil menikmati langit yang mulai berubah sore. Sesampainya ia di supermarket, ia segera masuk sebelum pulang kemalaman.

Mora segera mengambil beberapa barang. Namun ada satu barang yang dia tidak tahu dimana letaknya. Ia menyusuri rak rak yang penuh barang. Tetap saja ia tak menemukan barang itu. Sampai di suatu lorong ia bertemu seseorang perempuan.

Mora bertanya pada perempuan itu. Ia menyapa nya dan menyampaikan tentang barang yang ia cari. Saat berbalik badan, Mora terkejut dengan siapa yang dia temui. Perempuan yang ditemui Mora ternyata adalah Flo. Mora dan Flo pun sama sama terkejut. Setelah sekian lama akhirnya mereka bertemu kembali.

“Flo..... Ini beneran kamu Flo?” Mora sangat kaget.

“Iya ini aku. Kau ini Mora kan? Beneran Mora kan?” Flo pun juga terkejut dan seakan gak percaya dengan apa yang dialaminya saat ini.

Mereka berdua bersalaman dan berpelukan untuk melepas rindu karna sekian lama terpisah dan akhirnya bertemu kembali.

Mora akhirnya menemukan barang yang ia cari. Dan Flo pun telah selesai berbelanja. Mereka berdua bersama-sama ke kasir untuk membayar barang belanjaannya. Mereka berdua keluar dari supermarket dan duduk di depan toko untuk berbincang-buncang.

Langit sudah mulai gelap. Angin sore yang sejuk bertiup perlahan. Mereka merasakan suasana haru.

“Flo, gimana kabarmu sekarang? Tanya Mora pada Flo.

“Baik, kalau kamu? Sekarang kamu tinggal dimana?” Flo sangat senang bisa bertemu Mora kembali.

“Aku baik. Sekarang aku tinggal deket dari supermarket ini. Aku sekolah di SMA Nusa Bangsa dan sudah kelas 12 sekarang. Kalau kamu gimana?” Mora penasaran dengan kondisi Flo sekarang.

“Wah ternyata kita satu sekolah. Tapi aku sudah lulus sejak satu tahun yang lalu. Ternyata kita yang dulu sama yang sekarang berbeda ya. Aku tinggal gak jauh dari sini.” Tutur Flo yang menjelaskan tentang dirinya pada Mora.

“Wah kebetulan banget. Tapi kamu kan sudah lulus. Terus gimana setelah lulus kamu?” Mora sedikit terkejut karena ternyata ia satu sekolah dengan Flo.

“Dulu saat aku masih sekolah aku memiliki teman laki laki yang baik banget. Dia sangat dekat dengan ku. Namanya Glen. Saat ada masalah dia selalu ada disampingku. Dia menemaniku sampai aku lulus. Aku satu SMA dengan dia tapi beda kelas. Setelah lulus hubungan ku dengannya semakin dekat. Aku dan dia sudah seperti sepasang kekasih. Kemana mana kita selalu berdua. Aku sangat menyayanginya.” Penjelasan Flo yang belum selesai langsung dipotong oleh Mora.

“Terus dimana sekarang dia? Apakah kau saat ini dengannya? Kenalin dong aku penasaran.” Mora yang memotong penjelasan Flo karena Penasaran.

“tidak, dia tidak bersamaku sekarang. Waktu itu saat kita berdua jalan bersama, tiba tiba dia mengucapkan kata yang sampai sekarang masih ku ingat. Dia berkata “Flo jaga selalu ya dirimu baik-baik. Kau harus bisa jadi orang yang mandiri dan tak bergantung pada orang lain. Kau juga harus jadi orang yang kuat dan pantang menyerah.” Kalimat itu selalu ku ingat. Saat itu aku juga heran dengan kalimat yang disampaikannya.” Penjelasan Flo yang sangat panjang.

“Terus-terus gimana?” Isyarat Mora yang ingin tahu kelanjutan cerita Flo.

“Terus aku saat itu tak menghiraukan perkataannya. Ya ku pikir itu kata-kata yang biasa. Sampai suatu ketika saat itu aku baru memahaminya. Ternyata perkataannya itu merupakan isyarat kalau dia mau pergi jauh dariku.” Sambil meneteskan air mata Flo menceritakan itu. Dia menceritakan dengan sangat dalam.

“Dia berpamitan padaku mau pergi untuk melanjutkan kuliah. Karena kampusnya berada di luar negeri, dia naik pesawat untuk kesana. Saat dia pamit denganku perasaan ku seperti tak ingin melepaskannya pergi. Dia berjanji padaku akan baik-baik saja dan akan kembali lagi. Setelah selesai kuliah, katanya dia akan langsung menemuiku.” Cerita Flo yang sangat panjang.

“Dia belum kembali ya dari kuliahnya?” Mora yang ingin tahu lebih.

“Aku mengantarkannya sampai bandara waktu itu. Sebelum dia take off, dia sempat memelukku dengan hangat dan erat. Aku pun waktu itu juga memeluknya dengan erat. Aku seakan tak mau melepas pelukan ku. Dia pun pergi dan melambaikan tangannya pada ku. Aku pun membalasnya dengan lambaian juga.
Setelah itu aku pelang kerumah. Sekitar lima jam setelah dia take off, kunyalakan tv. Saat tv itu menyala aku meliha berita. Saat itu juga tagisku langsung pecah. Ternyata pesawat yang ditumpanginya hilang kontak. Pesawatnya jatuh di laut. Dan seluruh penumpak tak selamat dan hilang, termasuk dia. Hatiku sangat hancur waktu itu.” Flo bercerita dengan sangat dalam hingga air matanya tumpah membasahi pipinya.

“Maaf ya, aku gak tau kalau begini.” Mora langsung memeluk Flo dan menenangkannya.

“Gak papa kok. Aku hanya ingin cerita aja tapi malah kebawa.” Flo berusaha menyemangati dirinya sambil mengelap air mata.

“Eh Mora kamu tau gak. Dulu pas kita dihukum karena ketahuan masuk ke kuil, aku sempat mengambil sebuah kotak kecil dan langsung kukantongi.” Flo yang memberitahu Mora tentang kejadian dulu.

“Hah serius, kenapa kau baru kasih tahu aku sekarang?” Mora kaget dengan apa yang disampaikan Flo.

“Iya beneran. Aku waktu itu gak sempat memberitahu mu. Kondisinya waktu itu gak tepat. Trus kita malah pisah. Nah ini waktu yang tepat buat aku kasih tahu kamu.” Penjelasan Flo pada Mora.

“Terus gimana? Kotak itu hilang saat kita berpindah?” Tanya Mora tentang kotak itu.
“Nah anehnya Kotaknya ikut berpindah bersamaku. Aku sempat membukanya isinya hanya secarik kertas dan sebuah kunci.” Tutur Flo kepada Mora.

“Buat apa itu? Kamu udah liat kertasnya?” Mora penasaran dengan isi Kotak itu.

“Sampai sekarang belum sempat ku lihat kertas itu.” Flo seperti menyembunyikan sesuatu dari Mora.

“Kukira kamu udah membukanya. Eh jam berapa ini aku harus segera pulang sebelum kena marah ibu ku.” Mora bercerita dengan Flo sampai lupa waktu.

“Eh iya ya, sampai lupa waktu gini. Yaudah kamu pulang buruan sebelum dimarahi. Hati-hati ya dijalan.” Flo menyuruh Mora segera pulang.

“Iya. Aku minta maaf ya sama yang tadi, sampai buat kamu nangis. Kapan kapan ketemu lagi ya.” Mora masih merasa bersalah telah bertanya hal itu sampai membuatnya menangis.

“Iya gak papa kok. Lagian aku bakal ketemu lagi sama dia. Bay sampai jumpa.” Sambil melambaikan tangan pada Mora yang mau jalan untuk pulang.

“Bay-bay.” Mora membalas lambaian tangan Flo.

Saat di jalan pulang Mora kepikiran tentang kalimat terakhir yang Flo ucapkan. Mora tak tahu maksud perkataan Flo.

“Katanya teman dekatnya itu sudah meninggal gara-gara kecelakaan pesawat. Lantas kenapa Flo ngomong bakalan ketemu lagi sama dia? Jadi pusing ini. Dah lah gak usaha dipikirin.” Gumam Mora sambil berjalan menuju rumahnya.

Sampai di rumah Mora diomeli ibunya karena pulang kemalaman. Mora pun menjelaskan kalau dia ngonrol-ngobrol dulu sama teman lamanya. Ibu Morapun langsung menyuruhnya untuk mandi dan istirahat.
Saat selesai mandi Mora istirahat dan tiduran. Pandangannya ia arah ke langit-langit rumahnya. Ia masih memikirkan perkataan Flo tadi. Mora penasaran dengan maksud kalimat Flo tadi.

•••

LOKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang