Happy reading,
Hari ke-25.
Kejadian semalam tidak ingin Rachel ceritain sama Alian. Dirinya tidak mau membuat Sang Ayah sedih. Mengingat bagaimana raut bahagia dan antusias Alian saat tahu bahwa Lena akan membawa Rachel untuk dikenalkan kepada teman-temannya. Rachel tidak bisa menghancurkan binar-binar kebahagiaan itu. Dia tidak tega melakukannya.
Rachel membohongi Alian dengan mengatakan bahwa tadi malam dia sangat senang karena bisa berada di tengah-tengah pesta yang sangat mewah dan memukau. Padahal kenyataannya Rachel duduk di pinggir jalan karena tidak tahu harus pergi kemana. Dia tidak bisa langsung pulang ke rumahnya saat diusir oleh Arif, itu sama saja dengan mengundang kecurigaan sang Ayah.
Rachel tidak akan pernah mau lagi ikut ke acara seperti itu. Dia sudah bertekad untuk menolak ajakan Sang Ibu jika menyangkut dengan masalah keluarga.
Rachel benci dipermalukan.
"Kak, Ayah hari ini mau ke bengkel di seberang jalan sana," ujar Alian pada Rachel yang tampak sibuk dengan buku paduan membuat kue. Rachel meminjam buku itu dari Sesil.
Keadaan Alian berangsur membaik. Resep obat yang diberikan Dokter ternyata sangat berhasil untuk memulihkan kondisi Alian.
"Kakak serius sekali bacanya," ucap Alian.
"Hehe, iya. Habisnya kakak pengen buka toko kue sendiri. Nanti setelah kakak lulus sekolah Ayah gak perlu capek-capek kerja lagi. Ayah cukup diam di rumah aja. Biar kakak yang berperan mencari nafkah," ujar Rachel dengan semangat yang menggebu-gebu dan penuh kejujuran. "Kakak berharap semoga uang tabungan kakak cukup buat modal usaha."
Alian tersenyum mendengar penunturan Rachel. Ia juga berharap hal yang sama dengan kalimat terakhir putrinya. Setidaknya Alian ingin Rachel bekerja dengan dirinya sendiri. Karena Alian sudah merasakan bagaimana susahnya kerja bersama orang lain.
Meskipun usaha kamu kecil, tapi kamu yang menjadi bosnya.
"Ayah doain semoga kakak berhasil membuka toko kue sendiri," ujar Alian mencium puncak kepala Rachel. "Anak Ayah pasti bisa menggapai mimpinya," kata Alian.
Rachel membalas perlakuan Sang Ayah dengan memeluk erat tubuhnya. "Ayah harus sehat selalu. Kakak mau Ayah ada di samping kakak setiap hari. Apa pun yang lagi kakak usahakan sekarang itu semua demi Ayah."
●●●●●●●
"Gak seharusnya kamu bawa anak miskin itu ke acara besar kita," murka Arif.
"Untung aja gak ada kolega bisnis aku yang lihat dia! Coba kalau sampai mereka ketemu, mau ditaruh dimana wajah aku!" Arif berkata tanpa memikirkan perasaan Lena.
Apa Arif tidak sadar anak yang sedang dia hina itu lahir dari dalam rahim istrinya.
"Aku cuma mau Rachel diperlakukan sama seperti Keysa, mereka berdua anak aku," ujar Lena membela diri. "Mau sampai kapan orang-orang menganggap kalau Keysa anak satu-satunya?" tanya Lena.
Keysa mendengar keributan itu dari dalam kamarnya yang terletak di lantai 3. Dia bosan jika harus mendengar orangtuanya ribut karena alasan yang sama.
Rachel, Keysa benci nama itu. Perempuan itu pembawa sial bagi hidup Keysa.
"Dasar kampungan. Lo gak pantas dapatin apa yang gue punya," ujar Keysa pada foto Rachel yang ia dapatkan di dompet Lena.
Keysa merobek foto itu, lalu membuangnya ke dalam tempat sampah.
Keysa tersenyum miring menatap foto yang sudah ia robek menjadi beberapa bagian. Lalu berkata, "Tempat yang cocok buat lo emang di situ, sampah!"
Arif terkekeh sinis. Ia berdecih. "Keysa emang anak kita satu-satunya," ujar Arif, mencengkam. "Anak itu bukan anak aku. Tapi dia anak kamu sama mantan suami kamu yang miskin," ujar Arif kembali merendahkan harga diri Alian dan menjunjung tinggi martabat kekayaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KING IN HEART (END)
Подростковая литература30 hari sebelum kepergian, Ayah. "Yah, kakak rindu." "Yah, kakak mau makan disuapin sama Ayah lagi." "Yah, hujan deras, banyak petir, kakak takut." "Ayah, kenapa Ibu gak pernah jenguk kita?" "Yah, lihat... itu ada Ibu, di sana. Ibu terlihat bahagia...