Balikan nggak?

0 0 0
                                    

"Vano lepasin gue, sakit tau ga." Ira merintih terasa perih di area pergelangan tangannya.

Drevano melirik sedikit lalu melepaskannya dengan keras. Ira melotot merasa geram dengan perilaku mantan pacar nya.

"Maksut lo apa narik gue gitu aja." Ujar Ira sarkas.

Reza yang tadi membuntuti Drevano dan Ira hanya menyaksikannya. "Tontonan seru nih." Gumam Reza.

"Jangan deket-deket Reza." Titah Drevano.
"Alasannya apa? Lo bukan cowok gue lagi yang bisa ngelarang gue."

Drevano menyugar rambut nya kasar menatap tajam Reza yang ditatap hanya santai saling menatap kedua nya seperti ada aura persaingan yang panas. Ira tidak menyadari hal itu.

"Gue mau pulang." Ucap Ira lalu berjalan pergi, baru dua langkah Drevano memegang tangan Ira.

"Balikan sama gue Ra."
"Lo ngapain si."
"Mau nggak?"
"Nggak mau. Gue akan balikan sama lo lagi."

Ira berjalan lagi meninggalkan Drevano yang mematung di tempatnya.

"Ck sialan lo Za, ngapain lo nemuin dia segala."

Reza tertawa menyebalkan "Dia cantik lo Van, tapi gue lihat dia seperti gak ada semangat untuk hidup. Tega banget lo ninggalin dia."

"Gue punya alasan ninggalin dia."

"Waw menarik alasan apaan sampai segitunya, lo tau Van dia nggak punya orang spesial di kehidupannya."

"Lo sok tau."

.
.
.

"Mbak Ira malem banget pulangnya."

Suara dari Jeya sedikit membuat Ira terkejut pasal nya sekarang sudah tengah malam, lampu-lampu kampung pun sudah padam hanya ada penerang di pertigaan yang belum padam.

"Iya tadi kopishop rame Je." Jawab Ira. "Terus kamu jam segini ngapain di luar rumah." Tanya Ira.

"Nungguin Abang belum pulang-pulang biasanya jam 8 udah sampai di rumah."

Belum sempat Ira berkata sosok Drevano datang dengan motor gede nya.

"Abang lama banget pulang nya." Rengek Jeya.

Drevano membuka helm nya, pertama kali yang ia pandang Ira, Vano menyorot Ira mengabaikan rengekan adik nya.

"Bang Mama sama Papa nggak pulang aku jadinya nungguin Abang lama banget deh. Bang Van! Bang Vano!!"

Drevano tersentak pelan gara-gara teriakan Jeya. "Apasih Je masuk duluan Abang susul. Buruan Je."

Jeya menatap kesal Abang nya tapi masih tetap  menuruti omongan Drevano yang menyuruhnya masuk.

Ira buru-buru membuka pintu rumahnya tapi suara Drevano mengurungkan niatnya.

"Kebetulan banget ya lo pindah deket rumah gue. Lo cerdas banget cari tahu soal gue sampai ikutan pindah kesini." Drevano tersenyum miring tidak menyangka Ira senekat itu.

"Apa!? Lo siapa sampai gue cari tahu hal tentang lo, rumah lo disitu aja gue gak tahu. Emang sepenting apa lo." Ira menahan gejolak dihatinya batin nya berkata kalau Drevano sangat penting di hidup nya.

"Ouh kebetulan banget ya. Aneh banget gak si kalau kebetulan."

"Lo yang aneh."

"Sekali lagi Ra lo mau balikan sama gue nggak. Gue gak akan ulang perkataan gue."

"Nggak! Nggak mau."

.
.
.

Hari ini  Ira lagi males-malesan di kamar tidur enggan untuk bangun walaupun sedikit sinar matahari masuk kecela jendela nya dan suara ayam berkokok bersautan. Ira masih menggeliat kecil memposisikan tubuhnya tidur dengan nyaman.

Dia Kembali!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang