.
.
.
.
.Jalan di depan Konbini tengah ramai, hilir mudik pejalan kaki berseliweran. Tanpa memperdulikan kesibukan di depannya, Geto dan Gojo beralih menatap ponsel masing-masing.
"Kata Aniki dia aja yang beli bahan buat lusa." Ujar Gojo seketika.
Geto mengangguk. Dia tidak terlalu memusingkan pasal makanan. Toh, tanpa makanan pun mereka tetap bisa melanjutkan acara.
Kemarin lusa― tepat sehari sebelum insiden yang di alami (Y/N), mereka bertiga mendapat kabar jika akhir pekan ini Shoko akan pulang dan menghabiskan liburan musim panas bersama mereka.
Dengan antusias mereka bertiga berencana membuat pesta penyambutan, dengan Gojo sebagai tuan rumah. Beberapa teman lain tentu tak luput mereka undang.
Salah satunya Choso― teman klub membaca (Y/N). Tepat setelah mendapat undangan, dia berinisiatif menjadi koki dadakan. Tanpa pikir panjang mereka pun menerima kebaikannya.
Tak mengherankan, meski merupakan putra sulung dari keluarga utama Kamo tapi, Choso selalu menolak segala perlakuan istimewa yang diberikan keluarganya. Dia merasa perlu mengajarkan kedisiplinan dan tanggung jawab kepada dua adiknya.
Masalah dana, tentu akan ditanggung oleh tuan rumah. Geto dan (Y/N) cukup menunggu kepulangan Shoko yang dijadwalkan sampai besok sore. Kemudian acara akan dilaksanakan keesokan harinya, tepat di hari Minggu.
Geto baru saja membuka mulut, siap berucap saat suara langkah terdengar mendekat. Menoleh, Geto pun menemukan (Y/N) yang tengah berjalan kearah mereka.
"Aku sudah selesai." Dan langsung mengambil langkah panjang meninggalkan Konbini, sebisa mungkin menghindari tatapan kedua sahabatnya.
Gojo dan Geto yang masih terdiam di tempat menatap (Y/N) kebingungan. Pasalnya, belum genap satu menit dia memasuki Konbini tapi, sudah keluar tanpa membeli apapun.
Tak lama Geto ikut menyusul, mensejajarkan langkah dengan (Y/N). "Kok nggak beli apa apa?" Tanya Geto sembari melirik sahabatnya itu.
"Ah, aku lupa apa saja yang harus aku beli." Katanya pelan dengan senyum tipis, berusaha menstabilkan emosi sebelum kembali berucap. "Setelah ini temani aku lagi, bisa?" Tentu Geto dengan senang hati mengangguk.
Teringat sesuatu, Geto lantas menoleh. "Gojo." Tepat di tempat sebelumnya, tampak Gojo yang belum juga beranjak. "Pulang nggak?"
Menggeleng, Gojo pun menampakkan wajah memelas. "Es krim..."
Tak tertarik, (Y/N) kemudian kembali melanjutkan langkah, sedang Geto menghela napas pasrah.
"Terserah," dan berbalik mengikuti (Y/N). "Kitaorang duluan, tapi."
Dengan antusias Gojo mengangguk. Di benaknya kembali terlintas tatapan (Y/N). Entah Geto menyadarinya atau tidak tapi, Gojo yakin dengan apa yang ia lihat. Meski sekilas, dia masih bisa menangkap ketidaknyamanan di wajah (Y/N). Sama seperti sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
šššš£š šššš || š²šššš
Fanfictionš° š²šššš š” šššššš šššššššššš . . . ________________________________________________ šš¤šŖ ššš«š š£š¤ šššš£šš š©š¤ šššš© š¢š šš¤š§ š©šš šØššš¤š£š š©šš¢š ________________________________________________ . . ...