•••
Aku sedang mengamati bunga pemberian ran, aku menaruhnya tepat di samping meja riasku
"Chichi, kalau aku tahu kamu begitu suka dengan bunga itu aku tidak akan memberikannya padamu"
"Mengapa?"
"Aku tidak suka perhatianmu beralih padanya"
Pria itu mengembungkan pipinya dengan menyilangkan kedua tangan mungil itu di depan dadanya, lagi-lagi ranku sangat imut, aku tidak tahan aku ingin sekali menggigit pipi gembulnya itu
"Kamu kesal denganku?"
"Sangat"
"Kenapa kamu kesal? Apa salahku ran~" godaku
"Kamu sedang mengejekku?"
"Tidak ran, aku tidak mengejekmu~"
"Terserahmu" ia semakin menggembungkan pipinya itu, membuatku ingin menggigit bib-
Tidak-tidak maksudku menggigit pipinya"Baik lah ran, aku minta maaf"
"Aku tidak memaafkannya"
"Maafkan aku pangeranku" ucapku menyatukan kedua tanganku, aku tahu dia pasti akan memaafkanku
"Baiklah, hanya hari ini aku memaafkanmu"
"Terimakasih ranku~" ujarku memeluk tubuhnya yang mungil itu, ia juga membalas pelukanku, malah tampaknya pelukannya lebih erat di bandingkanku memeluknya
"Aku menyukaimu chi" aku hanya terdiam mendengarnya
***
Aku dan ran sekarang tengah ada di taman bunga, bukan taman bunga milik kakekku, ini taman bunga umum
Ran mengajakku ke sana, katanya dia ingin menunjukkan sesuatu, aku pun kenyetujuinya
"Chichi, sini ikuti aku"
"Pelan-pelan ran, nanti kamu bisa terjatuh"
"Tidak aku tidak akan terjatuh chi"
Aku hanya diam mendengarnya, dia memang sangat keras kepala, tapi dia juga sangat imut bagiku
"Chichi, gendong ini"
"LUCUNYAA! kamu tahu darimana hewan mungil ini ada disin?"
"Aku sering melihatnya tertidur di sini" dengan sigap aku pun menggendong hewan berbulu putih itu

"Apa kamu suka?"
"Sangat, aku menyukainya"
"Apa bolehku bawa dia ke rumah nenek?"
"Ntahlah aku takut ibunya mencari" jawabnya
"Benar"
"Bawa aku saja, apa tidak cukup hanya denganku?"
astaga jantungku berdegup kencang saat mendengarnya, mengapa ucapan yang keluar dari mulurnya begitu manis?
"Ayo chi, bermain denganku saja"
"Baiklah ran, kamu mau bermain apa?" Tanyaku memandangi sekitar, hanya terlihat lapangan rumput yang luas dan beberapa tanaman warna warni sebagai penghiasnya
"Kejar aku"
Aku langsung mengejarnya, ia berlari dengan tawanya yang selalu pecah saat aku ingin menangkapnya, hingga matahari hampir terbenam warna cahayanya juga sudah mulai meredup, kami terduduk di luasnya rumput hijau itu
Melihat sinar surya itu bersembunyi, senja ya itulah senja, sangat indah saat aku melihatnya bersamamu ran
Aku tidak akan melupakan hari-hari saat bersamamu, tanpa ku sadari mataku terasa berat, cahaya yang ku lihat dari mataku sudah mulai meredup, hingga akhirnya menjadi gelap
aku merasa ada tangan yang sedang mengelus kepalaku, aku tahu tangan itu milik siapa
"Kau tahu apa yang lebih indah dari senja?" Aku hanya terdiam tidak membalas perkataannya, mataku sudah terlalu penat dan aku tidak memiliki tenaga untuk membuka mulutku
"Senyumanmu, senyummu lebih indah di bandingkan apapun chi" aku tersenyum tipis sangat tipis saat mendengar ucapannya
Apa aku boleh menerima semua ini?
Setiap ada kebahagiaan pasti ada yang akan di korbankan kan?
Kali ini apa yang akan ku korbankan, hanya untuk kebahagiaan ini?Lagi-lagi aku takut, aku gusar memikirkannya, dahiku di penuhi keringat, mataku masih tertutup, kejadian itu mulai berputar lagi di kepalaku
"Chi, chichi! Bangun, kau kenapa?" Tanya ran membangunkanku
Aku terbangun, mataku dan matanya saling bertatapan, tenang mata hitam legam miliknya membuatku tenang, hatiku kembali nyaman melihatnya, aku tenggelam dalam bola mata legamnya itu
"Chichi, kau tak apa? Jawab aku, ku mohon~"
"Aku tak apa ran"
"Yang benar, aku khawatir padamu chi"
"Iya ran, aku tak apaa~" ujarku sembari mencubit kedua pipinya, agar ia tak khawatir lagi padaku
"Aku takut, kau tadi mengeluarkan banyak keringat"
"Aku gerah ran"
"Tapi di sini dingin chi, kau tidak bisa membohongiku"
"Aku tidak berbohong, aku sungguh kepanasan" ucapku kuambil tangannya dan menempatkannya tepat di dahiku
"Baiklah kau menang, aku percaya padamu"
"Chi, aku ingin terus bersamamu seperti sekarang"
"Aku juga ran"
"Minggu depan sudah mulai tahun pembelajaran baru, kau akan bersekolah denganku?"
"Aku tidak tahu pastinya ran, tetapi akan ku usahakan"
"Aku akan meminta ayah memasukkanmu di sekolah yang sama denganku"
"Apa bisa seperti itu?"
"Bisa! Ayahku pemiliknya, aku bebas meminta siapapun masuk ke sana" ujarnya percaya diri, aku hanya tersenyum
"Baiklah tuan muda, terimakasih"
KAMU SEDANG MEMBACA
The pluvia
Teen Fiction"bagai hujan, hadirmu menenangkan jiwaku yang beku" Jika aku bisa, aku ingin selalu bisa berada di sampingmu ran Namun sampai kini aku masih mengunci hatiku agar tidak terurai untuk kedua kalinya, berjalan menghadapi kenyataan yang tak dapat ku teba...