bersamamu 01

4 2 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•••

Malam datang, ranku sepertinya sudah mengantuk, setelah itu aku dan nenek menyiapkan makan malam, seperti biasa nenekku menyalakan radio dengan lagu mellow yang dapat membuat hatiku tenang, tetapi lagu itu sama seperti lagu yang sering ibuku putar, biasanya saat musik itu di putar ayah dan ibuku akan berdansa dan aku akan melihat mereka yang sedang menari sambil menikmati serealku

Namun sekarang tak begitu lagi, akibatku

Kita lanjut saja ya dari pada suasananya semakin tidak enak

"Ran bangun, kau tidak ingin makan terlebih dahulu?"

"Eung.. aku mengantuk chi, apa tidak bisa besok?"

"Jika kamu bangun aku berjanji akan membawamu ketempat yang indah"

"Serius? Kalau begitu ayo!" ujarnya semangat, aku sedikit tertawa melihat tingkah lakunya yang sangat imut

Setelelah selesai membereskan meja makan dan mencuci piring, aku meminta izin kepada nenekku, bahwasannya aku dan ran akan pergi sebentar untuk mencari udara segar

"kau tidak kedinginan chi?"

"Sedikit" jawabku

Tiba-tiba ada dua tangan mungil yang menutupi pinggulku, aku kaget bukan main, sekarang aku tengah di peluk ran sambil duduk di bangku jalanan yang memperlihatkan keindahan malam

"Sudah ran, aku sudah tidak kedinginan, lihat itu"

"Woahh!!"

"Keren, bulannya berwarna merah muda"

"Kau suka? Menakjubkan bukan?"

"Ya aku sangat suka chichi, kau menepati janjimu dengan baik" ujarnya masih terpesona dengan cahaya bulan itu, padahal sekarang matanya lebih terang di bandingkan sinar bulan di depan kami

"Kau tahu dari mana tempat seperti ini?"

"Entah lah, aku menemukannya saat sedang berjalan-jalan santai"

Mata ran masih menatap bulan itu, aku memandanginya menikmati wajah tampannya, tidak aku tidak jatuh cinta padanya aku hanya sedikit kagum pada ketampanannya

"Chichi aku senang bisa bertemu denganmu"

"Aku tidak"

Matanya mengeluarkan cahaya sendu sinarnya redup entah hilang kemana, aku tidak serius dengan ucapanku, apakah itu terlalu menyakitkan?

"Dasar bodoh, aku hanya bercanda, aku juga senang bisa bertemu denganmu, pria tampan yang menggemaskan"

Lagi-lagi ia tersenyum sinar matanya terang kembali, ia memelukku, aku bingung dengan arti pelukannya

"Aku suka kau chichi"

"Kau gampang menaruh perasaan pada orang yang baru kau kenal ya ran"

"Tidak, aku serius chichi aku menyukaimu melebihi aku menyukai diriku sendiri"

"Terserahmu ran"

"Boleh kah aku memelukmu hingga pagi?" Tanyanya, lalu aku menjawab

"Apa kau mau mati kedinginan di sini? Ayo kita pulang sepertinya janjiku juga sudah tertepati"

"Huh, mengapa kau begitu pelit chichi, aku hanya ingin memelukmu, hanya itu saja"

"Baiklah-baiklah kau bebas memelukku, tetapi sekarang kita kembali dulu, sudah jam berapa ini? Aku takut kakek dan nenek mencari kita"

Ran masih setia memelukku, aku berjalan saja ia tetap memelukku, sampai aku kesusahan berjalan

Tapi aku senang, badanku jadi tidak terlalu dingin akibat pelukan hangat yang ia berikan

Dia bilang apa tadi? 'Pria itu menyukaiku?' Jika dia tahu apa yang terjadi denganku, apa dia akan tetap menyukaiku?
Bagaimana menurut kalian?

Kami sampai di kamarku, tidak-tidak kamar kami maksudku

Dia masih memelukku, seperti tidak mungkin akan ada hari esok, aku tidak bisa bernafas tetapi aku tidak ingin memberi tahu pria itu, karna ia sedang terlihat bahagia, aku memejamkan mataku, mungkin ran juga(?)

Cit...cit

Suara burung pipit yang sedang mondar mandir mengitari rumah nenekku, aku mengerjapkan mata, mengumpulkan nyawaku, saat aku menatap ke samping, aku kehilangan ranku, 'dia dimana?' Pikirku, aku turun dari kamarku berlari, mencari keberadaan nenekku

Aku takut, aku takut ia juga menghilang, aku mohon jangan hilangkan dia juga

"Nenek, nenek ran dimana? Dia tidak ada di kamarku, nenek~" teriakku mencari keberadaan pria itu

"Nenek~"

"Kenapa echi, kenapa terburu-buru seperti itu?"

"Ran, ran tidak ada di kamarku" jelasku, nenekku hanya tertawa kecil melihatku

"Lihat baik-baik echi, ran sedang berkebun dengan kakekmu" aku lega aku bisa bernafas kembali

"Sepertinya kamu tidak fokus, minum ini" ujar nenek sembari memberikan segelas susu untuk ku minum

Aku meminumnya secara perlahan, aku sudah tidak panik lagi setelah mengetahui ranku ada di sana

"Echi kamu tidak mau membantu mereka, membersihkan taman?"

"Mau! Aku pergi dulu nek, terimakasih susunya sangat enak" ujarku memberikan gelas yang sudah kosong

"Pelan-pelan echi" aku menghiraukan ucapan nenekku itu

Aku berlari menghampiri ran, yang tengah menanam bunga aster merah muda di dalam vas bunga dengan gambar bangau putih itu

"Ran!" Pekikku pria itu menatapku bingung

"Ada apa chichi?"

"Aku mencarimu, aku pikir kau meninggalkanku"

"Hahaha, aku tidak akan meninggalkanmu chichi" ujarnya sembari memberikan bunga aster itu padaku

"Untukmu" katanya

"Untukku? Apa boleh aku menerima hal indah seperti ini?"

"Kenapa tidak?"

Aku menerimanya dengan senang hati, kami baru saja bertemu, tetapi entah mengapa dia mampu membuat hatiku tak lagi semu

Entah karna suara riangnya atau senyuman yang selalu terbit di wajah tampannya, aku semakin takut
Aku takut kehilangannya

The pluviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang