"Dua perasaan yang tak mungkin menjadi satu, apakah pantas untuk di teruskan?
-Achilles Gianira
***
Flashback off
Air mataku masih terus mengalir, ntah mengapa masih terasa sakit jika mengingat tentang mereka
Aku ingin kembali, aku sayang pada mereka, ini semua salahku
"Chi~" panggil seseorang dari balik pintu kamarku, aku sesegera mungkin menghapus air mataku, dan menyuruhnya menunggu sebentar
Aku berjalan ke arah kamar mandi, menyalakan keran dan membilas wajahku menatap wajahku dari cermin dinding itu dengan tatapan yang sendu dan mencoba untuk tersenyum
Setelah itu aku berjalan menuju pintu dan memutar handle pintu, yang memperlihatkan seorang pria dengan senyuman di wajahnya
"Kenapa matamu merah chi?" Tanyanya di sela-sela senyumnya
"Ah ini, sepertinya aku kelelahan"
"Oh baik lah, apa aku menganggu?"
Buru-buru aku berkata tidak agar tidak merubah ekspresi cerianya
"Tada! Aku membawa ini untukmu" ujarnya menunjukkan sapu tangan yang berada di tangannya
"Apa itu?"
"Roti kering, ibuku membuatnya aku mencurinya sedikit untukmu"
"Kau memberikanku barang curian?" Tanyaku dengan ekspresi yang ku buat kaget
"T-tidak chi ini bukan barang curian, aku hanya mengambilnya sedikit"
"Tapi tadi kau bilang roti ini kau curi" sanggahku membuat wajahnya terlihat panik
"Aku hanya bercanda, terimakasih rotinya aku akan memakannya"
Pria itu tersenyum menganggukkan kepalanya, tangannya mengelus kepalaku dengan lembut
"Aku pergi dulu, aku takut ibu mencariku"
"Baiklah tuan" ujarku sedikit cekikikan yang di balas deheman olehnya
Pria itu menjauh dari pandanganku tak terasa hanya tinggal bayangan punggungnya yang tersisa
Aku kembali ke arah balkon, melihat ke bawah ke arah pria yang tengah memanjat pagar rumahnya yang lumayan tinggi itu
Aku terkekeh melihat tingkahnya, dia sudah mirip dengan pencuri pikirku
Bulan itu kini telah tertutup awan, aku mulai berusaha memejamkan mataku, hingga akhirnya aku bisa tertidur pulas
Sinar itu sungguh menyilaukan mata, sangat terang membuatku tak nyaman, aku membuka mataku perlahan, mengerjapkannya berkali-kali agar nyawaku dapat terkumpul kembali
Seperti biasa setelah semua nyawaku terkumpul, aku pergi melangkah ke kamar mandi untuk mencuci wajah dan membersihkan diri
Setelah kurasa sudah wangi dan rapi, aku berjalan ke bawah, untuk menyapu halaman rumah
Bersenandung dengan nada yang abstrak untuk membuat moodku membaik
Kakekku sudah berada di tamannya sejak dini pagi, ntah lah aku masih bingung kenapa kakekku sangat menyukai tanaman-tanaman itu
Apakah tanaman itu banyak memiliki kenangan?
Aku tak berani bertanya, setelah selesai menyapu halaman, aku masuk ke dalam rumah untuk membantu nenek menyiapkan hidangan makanan
Namun hari ini ada yang aneh, nenek tidak terlihat dan sudah ada makanan yang tertata rapi di meja makan
Aku berlenggah keluar rumah untuk bertanya pada kakekku
"Kakek, mengapa nenek tidak ada di rumah?" Tanyaku dengan nada khas
"Nenekmu? Dia sudah berangkat sejak dini hari untuk membantu persiapan pesta cucu temannya"
"Mengapa nenek tidak membangunkanku? Aku bisa membantu"
"Kau terlihat kelelahan tadi, kami tidak tega membangunkanmu" ujarnya menghampiriku
"Aku tidak apa-apa kakek" ucapku meyakininya
"Baiklah tuan putri, sekarang waktunya makan, ayo kita makan!~"
kakek memanduku untuk masuk ke dalam rumah, mempersiapkan makananku, hingga memberiku tambahan sosis kesukaanku
Aku sungguh bahagia, memiliki kakek dan nenek yang sangat perhatian padaku
***
Hingga waktu menunjukkan pukul 01.00 Aku berencana untuk keluar dan bertemu ran, seharian ini dia tidak mendatangiku
Apa dia ingin aku yang mendatanginya?
Kini aku sudah berada tepat di depan pintu rumahnya, tanganku sudah tak sabar untuk mengetuk balok kayu yang berdiri itu
Tok..tok..
"Sebentar" pekik seseorang dari balik pintu itu
Pintu terbuka menampakkan seorang wanita cantik dengan baju biru muda, terlihat sangat anggun
"Permisi bu, apakah adiran ada di rumah?" Tanyaku menatapnya
"Adiran? Maaf gadis kecil, adiran tengah bermain bersama ailyn"
Ailyn? Aku tidak pernah mendengar namanya terucap dari mulut ran, apa aku tidak penting menurutnya?
"Oh, baik bu terimakasih"
"Nanti akan ku sampaikan pada adiran jika kamu mencarinya" ujarnya
Aku berlenggah keluar dari rumah itu berjalan menuju rumah nenekku
'Apa hari ini aku tidak dapat bertemu dengan ranku?' Tanyaku dalam hati
KAMU SEDANG MEMBACA
The pluvia
Novela Juvenil"bagai hujan, hadirmu menenangkan jiwaku yang beku" Jika aku bisa, aku ingin selalu bisa berada di sampingmu ran Namun sampai kini aku masih mengunci hatiku agar tidak terurai untuk kedua kalinya, berjalan menghadapi kenyataan yang tak dapat ku teba...