tahun ajaran baru

3 2 0
                                    


•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Echi, adiran jika sudah pulang kalian langsung pulang ya, jangan melewati tempat sepi" ucap nenekku mewas-was

"Siap nek!" ucapku dan ran dengan semangat

Aku masuk di sekolah yang sama dengan ran, dengan bantuan ayahnya yang memiliki pengaruh besar pada sekolah itu

Itu pun karna ran merengek pada ayahnya untuk memasukkan aku masuk ke sekolah yang sama dengannya, ia berkata pada ayahnya jika kami tidak bersekolah di sekolah yang sama, ia tidak akan mau berangkat sekolah, bagaimana mungkin ayahnya tidak khawatir? Akhirnya ayah ran memasukkanku di sekolah miliknya

Entah perasaanku saja atau memang benar, menurutku mereka yang ada di sekolah saat ini sedang memperhatikanku dan ran yang tengah berjalan di lorong kelas

"Ran, mengapa mereka melihat kearah kita?" Tanyaku berbisik padanya

"Karna kau cantik"

Aku langsung mencubitnya atas jawaban yang ia lontarkan

"Aku serius chi, kau sangat cantik"

"Aku lagi tidak ingin bercanda ran"

"Aku tidak bercanda chi"

"Terserahmu" setelah mengatakan itu aku berjalan mendahului ran ke arah kelasku

"Tunggu aku chi!~" pekiknya sembari berlari mengejarku

***

"Chi, kau masih marah padaku?"

Aku hanya diam sambil menikmati makan siangku, aku tidak menyangka sekolahnya akan memberikan murid-muridnya makan siang

"Chi, jawab aku"

Aku masih diam, aku tidak mau menghadap ran, aku takut akan tersenyum melihat tampang tampannya itu

Ran sepertinya sedang berfikir sejenak, setelah itu ia beranjak pergi dari bangku yang aku tepati, aku tak memperdulikannya dan melanjutkan makan siangku

Pria itu kembali duduk di sampingku dengan membawa 2 kotak susu stoberi

Aku menatapnya dengan tatapan bertanya, ia yang mengetahui maksudku pun menjawab

"Untukmu, sebagai permintaan maaf, maafkan aku yaa" ucapnya dengan mempoutkan bibirnya itu

Aku tidak tahan, ranku sangat imut sangat amat imut, sial bisa gila aku di buatnya

"Baik lah, terimakasih susunya"

"Kau memafkanku chi? Terimakasih" ujarnya memelukku erat, murid-murid yang ada di sekitar kami pun merasa heran

"Disini tuh sekolah, tidak tempat cinta-cintaan" sahut salah satu murid yang melihat kami sedang berpelukan

"sukaku dong, sekolah-sekolahku" lanjut ran masih dengan posisi memelukku, aku menegur ran agar tidak boleh sombong seperti itu, dan akhirnya ia meminta maaf pada murid itu

Kami kembali berjalan menuju kelas, aku masih meminum susu stoberi yang di beri oleh ran, dan salah satu tanganku di genggamnya

"Setelah pulang kau mau mampir ke rumahku chi?"

"Apa boleh?"

"Boleh, kau mau?"

"Mau, aku penasaran dengan kamarmu"

"Kau boleh tidur di kamarku nanti, kamar itu juga akan menjadi kamar kita"

"Iya ran~"

Waktu pun berlalu hingga tiba dimana waktunya jam pulang sekolah, aku membereskan buku-bukuku yang berserakan di atas meja, namun ada yang aneh, kotak pensilku tak ada, apakah hilang?

Aku mencari di selorok mejaku namun hasilnya nihil, aku tidak menemukan apapun, pria itu datang menghampiriku, namun aku tidak menyambutnya

Aku bingung dimana keberadaan kotak pensilku? Setauku tadi ku letakkan di atas meja

Pria itu mengerutkan kening melihat ekspresi gundahku, ia bertanya mengapa aku terlihat panik seperti itu

Aku menghiraukan pertanyaannya dan berlari ke luar kelas menuju lapangan, namun sialnya saat aku menuruni tangga kakiku malah saling bertemu dan akhirnya aku jatuh

Ran yang melihatnya sesegera mungkin membantuku berdiri, ia terlihat sangat khawatir, aku tidak ingin ia membuat ekspresi seperti itu

Aku menenangkannya, air matanya keluar dari mata indah itu, aku tidak tega melihatnya lalu aku memeluknya sangat erat, mengulang perkataan "aku tidak apa-apa ran, kau tidak perlu khawatir" hingga akhirnya ia berhenti meneteskan air mata itu namun masih dengan isaknya

"Kenapa kau berlari chi?" Lirihnya menatap wajahku

"Hehe, aku tidak sengaja aku hanya ingin mendapatkan kotak pensilku kembali"

"Kau bisa bilang padaku, aku akan mencarinya untukmu"

Tatapan itu sangat tulus, ranku sedang menangis karna aku terluka, dasar pria cengeng

"Akan ku ambilkan plester dan obatnya"

"Aku tidak terluka" balasku

"Lihat lututmu"

Dan benar saja darah di lututku sudah merembes ke luar, ran datang membawa plester dan obat yang ia sampaikan tadi

"Buka rokmu"

"Apa kau gila?!"

"M-maksudku angkat rokmu"

Pipiku memerah, aku sudah berfikir yang tidak-tidak tentang ran, maafkan aku [cry]

"Kau sangat keras kepala chi, aku ingin sekali memukul kepalamu"

"Coba saja" tantangku

Cup

Aku kaget bukan main, alih-alih memukul kepalaku ran malah mengecup keningku, astaga pipiku panas sekali~

"A-apa maksudmu r-ran?"

"Aku tidak tega memukulmu, kau lebih cocok di kecup dari pada di pukul, kenapa reaksimu sangat imut chi?"

"Apa sih"

The pluviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang