•••
Aku melakukan rutinitas seperti biasa, menyiram tanaman, mengambil sayuran yang sudah layak untuk di makan, mencuci pakaian, membaca buku dan membantu nenek
Hari ini nenek menyuruhku untuk membagikan makanan ke tetanggaku, aku berjalan mengelilingi desa itu di tengah-tengah jalan aku melihat pria mungil yang sepertinya tengah di rundung(?)
pria itu tampak menyedihkan, aku kasihan melihatnya dan mendatangi mereka yang tengah merundung(?) Pria mungil itu
"Hey kalian yang disana! Menjauh dari adikku, jika kalian tidak ingin aku memanggil ibu kalian" ujarku mengancam, dan bagusnya mereka langsung berlari meninggalkan pria malang itu
"Kau tak apa?" Ucapku menyodorkan tanganku
"Te-terimakasih kalau tidak ada kau, mungkin sekarang aku sudah berdarah"
"Kau sering di pukuli?" Tanyaku menatap pria itu dengan intens
"Ya begitulah"
"Kalau begitu, kau ikuti aku saja agar kau tak di pukuli lagi" kataku, aku memang sepertinya sudah gila mengajak pria yang baru aku kenal untuk terus mengikutiku
"B-baiklah, siapa namamu?"
"Aku? Namaku Achhilles Gianira, kau bebas memanggilku apa, bagaimana dengan namamu?"
"Namaku Adiran Orton Neptune, kau juga bebas memanggilku siapa" ujarnya dengan mata berbinarnya, mungkin binar matanya melebihi cahaya bulan?
"Baik ran, sekarang aku mau membagikan ini apa kau mau ikut denganku?" Kataku menunjukkan 2 kantong makanan yang ku bawa dengan kedua tangan mungilku
"Aku ikut chichi, mana ku bawakan satu agar tak terlalu berat"
Aku memberikan kantong makanan itu padanya, kami berjalan menelusuri jalan itu, memberikan titipan nenekku dan berakhir di rumah nenekku, kakekku yang melihatku membawa seseorang dengan sigap menyambutku dan teman baruku, menyuruh kami duduk dan bermain di sana
Aku dan ran bermain, kami saling bertukar cerita, kami tertawa, sangat menyenangkan menurutku, sudah berapa lama aku tidak tertawa selepas ini?
Ya, Sudah lama
Kami bercerita hingga larut malam, aku sempat berfikir apa pria ini tidak di cari oleh orang tuanya? Ternyata ia tinggal tepat di samping rumah nenek kakekku, dan kakekku juga sudah mengatakan pada orang tua ran bahwa ran akan pulang malam karna bermain dengan cucunya dan di setujui oleh orang tua ran
"Kau tahu ran? Aku benci dengan hujan, laut dan bathtub"
"Kenapa? Aku sangat menyukai mereka semua, karena mereka berhubungan dengan air" jawab ran dengan senyumnya
Aku hanya dapat tersenyum kecut mendengarnya dan menjawab
"Dulu aku suka mereka, namun tidak dengan sekarang, mereka pernah hampir membunuhku"
"Kau? Bagaimana bisa?" Tanya ran bingung sangat amat bingung
Aku diam tak sanggup menjawabnya, dan merubah topiknya menjadi hal yang lain, hingga akhirnya kami tertidur pulas, mungkin akibat lelah
Aku tak menyangka orang yang baru saja ku temui dapat tertidur satu ranjang denganku
Pagi datang mengeluarkan sinarnya untuk menerangi dunia, ran sudah bangun terlebih dahulu, kata kakek ia pulang untuk mandi dan akan kembali lagi nanti, aku hanya mengiyakan ucapan kakekku dan membantu nenek memasak sarapan untuk pagi ini
"Nek, hari ini mau masak menu apa?" Tanya nenekku yang sedang memotong wortel
"Bubur? Apa kamu suka" tanya nenek
"Suka, aku suka semua yang di masak nenek untukku"
"Gadis baik"
"Nenek sudah berapa lama ran tinggal di sini?"
"Ran? Maksudmu adiran? sudah lama saat ia masih sangat kecil" ujar nenekku
"Lalu mengapa aku tidak pernah melihatnya keluar dari rumah?"
"Dia selalu keluar echi, hanya saja saat dia keluar tidak berpapasan denganmu" jawab nenekku sembari mengaduk-aduk bubur yang hampir jadi itu
"Begitu rupanya"
"Echi, adiran datang untuk menemuimu" ucap kakekku dengan pakaian tamannya
"Aku datangg~"
Aku berjalan keluar dapur untuk menemui ran, pria mungil yang ku temui kemarin
Menurutku pria itu tampan, namun mengapa mereka merundungnya? Ranku juga sepertinya anak yang baik
"Chichi apa kau tahu? Ibuku baru saja pergi, dan sepertinya aku dititipkan oleh ibuku untuk tinggal bersamamu"
"Hah? Ibumu pergi kemana? Sampai kapan?" Tanyaku bertubi-tubi
"Entahlah, kata ibu ia pergi sebentar sekitar 7 hari? Satu minggu, ya hanya satu minggu"
"Berarti kau akan tinggal di sini selama seminggu?"
"Ya, benar" ucapnya riang
"Echi ajak adiran kesini,untuk makan" pekik nenekku
"Baik nek, ran ayo ikut denganku"
Ran mengikutiku dari belakang layaknya anak ayam yang mengekor induknya, sangat imut
Nenek langsung menyuruh kami duduk dan menyantap makanan yang telah di hidangkan, kakek memberitahu nenekku bahwasannya ran akan tinggal di sini untuk sementara waktu
Nenekku terlihat senang sepertinya karena cucunya memiliki teman untuk bermain(?) Aku tak tahu, tetapi aku tahu alasan ran tinggal di sini, karena ibu dan ayahnya ingin menghadiri undangan kerjanya yang tidak memungkinkan bila ran ikut bersama mereka
"Kau tahu ran? saat kamu menyayangi sesuatu, kamu akan kehilangannya"
"Tidak chichi, malah jika kau menyayangi sesuatu kamu akan mendapatkan sesuatu yang mungkin tak bisa kamu dapatkan"
"Terserahmu ran, tetapi menurutku kamu akan kehilangannya" lanjutku
"Malam ini, aku boleh tidur bersamamu? Aku tidak bisa tidur sendiri"
"Eum" aku berfikir sejenak entah apa yang aku fikirkan
"Baiklah, kau boleh tidur denganku malam ini" finalku
"Aku akan mengambil bajuku dan menaruhnya di kamar kita"
"Kamar kita? Ini kamarku ran, kau hanya menumpang"
matanya sedikit sendu saat aku mengatakan 'kamar ini adalah kamarku bukan kamarnya' aku ingin memeluknya namun aku tak bisa seperti itu
"Aku becanda, ini kamar kita" ujarku agar tak menyakiti hatinya
Ia tersenyum saat aku mengatakan 'kamar kita' aku merasa lega karna kata-kataku tidak menyakiti hatinya
Kami berbincang-bincang hingga akhirnya sang malam pun tiba
KAMU SEDANG MEMBACA
The pluvia
Genç Kurgu"bagai hujan, hadirmu menenangkan jiwaku yang beku" Jika aku bisa, aku ingin selalu bisa berada di sampingmu ran Namun sampai kini aku masih mengunci hatiku agar tidak terurai untuk kedua kalinya, berjalan menghadapi kenyataan yang tak dapat ku teba...