Fajar menyinsing, pagi menyerbak seindah hari yang dihantarkannya, meski berkabut putih mengambang bak embun. Menjelmalah dingin yang melunjak naik keatas kulit. Namun rasa dingin itu tidak mengusik seseorang yang masih tertelungkup diatas Kasur dengan punggungnya yang terbuka. Tubuh telanjangnya hanya di Balut dengan sehelai selimut putih yang tergulung dipinggangnya.
Aku kembali kekamar, membawa nampan, sekaligus diatasnya ada segelas susu dicampur kayu manis dan jahe. Ada Toast bread dengan selai Coklat dan Hazelnut kesukaannya. Ketika aku masuk, aku tak sengaja melihat pantulan tubuhku sendiri dari kaca lemari. Melihatya aku hanya mengulum senyum. Mau aku apakan bekas merah di sekujur leherku ini.
Semalam dia terlalu bingar, ia berbaur denganku sampai merajalela. Bekas cinta yang ia buat dengan bibirnya timbul dimana-mana. Hingga pagi ini pun aku merasa cukup lelah, jujur saja stamina ku selalu terkuras tiap kali bercinta dengan istriku.
Tetapi kenikmatan yang ia berikan di bawah sana selalu sampai pada sanubariku, Selelah apapun maka aku tak akan pernah bosan untuk bergelung panas dengannya diatas ranjang.
Aku bawa nampan itu lalu aku duduk dipinggir Kasur, sejenak ku letakkan Nampan itu dimeja nakas. Diatas Kasur masih aku lihat kekasihku yang tertidur nyenyak, dengan rambut sebahunya yang pendek, ia memeluk bantal, dan punggungnya yang bidang terbuka bebas. Cara tidurnya membuat ia tampak seperti seorang Ksatria yang tidur setelah pulang perang. Perang besar yang hanya akan ia lakukan denganku seorang.
Aku bisa menyaksikan rambut rambut halus di punggungnya yang rapat di mandikan oleh cahaya mentari. Seperti ladang gandum yang memirang kala pagi hari yang menerang. Sungguh menggemaskan, belum lagi dengan bentuk dan lekuk otot punggungnya yang menawan.
Garis punggungnya yang tegas, relief tangguh dari permukaan punggungnya yang maskulin, meski tak selebar dan seluas punggung lelaki, jangan mendustai bahwa punggung yang aku saksikan dengan kedua mata kepalaku ini adalah punggung paling seksi yang pernah di miliki oleh seorang wanita.
Apalagi ditambah dengan baret dari kuku-ku yang memerah masih jelas tertera disana. Semalam aku pun terlalu membara hingga tak sengaja mencakar punggung istriku sebagai pelampiasan. Itu salahnya, mengapa ia terlalu hebat menyampaikan kenikmatan, hingga seorang wanita orgasme dan mengejang dibawah tubuhnya.
Aku mendekat, lalu kuraba punggungnya dengan lembut. Bulu bulu halus itu bangun dari permukaan kulitnya saat aku sentuh. Tak lupa kuciumi punggungnya dengan mesra, mengikuti garis punggungnya yang seperti aliran sungai di surga.
Lalisa menggeliat, ia kemudian berbalik, lalu membuka matanya perlahan kearahku. "Morning baby.." Sapaku padanya. Bibir sensual yang tak pernah puas untukku lumat itu tersenyum. Ia pun bertanya padaku.
Lalisa menggeliat, ia kemudian berbalik, lalu membuka matanya perlahan kearahku. "Morning baby.." Sapaku padanya. Bibir sensual yang tak pernah puas untukku lumat itu tersenyum. Ia pun bertanya padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA ROTI [EBOOK]
FanfictionBagiku, pernikahan itu mirip dengan Dua roti sarapan pagi. Dua roti yang berbeda, disatukan, dengan cinta sebagai menteganya. Dan mentega ? Itu bisa habis. Sebenarnya, ada banyak cara untuk menikmati agar Dua Roti ini tetap bersatu. Tapi, Bagaiman...