Keesokan paginya aku telah membawa Rosseanne keluar dari rumah sakit, aku menggenggam tangannya erat, keluar dari Lobi rumah sakit dan memapahnya untuk menuju mobilku. Ia menautkan kelima jarinya dalam genggamanku. Aku tak pernah membayangkan, aku akan selantang ini menggenggam nya hari ini.
Seolah tak ada hari esok baginya untuk berada dalam genggamanku. Eoh, benar. Aku mencintainya. Dan aku tak bisa bermunafik tentang itu. Rosseanne menghujani aku dengan interaksi kecil yang membuat aku makin dekat dengannya. Rasa nyaman, aman dan tentram yang tak bisa aku bohongi hadir didalam hatiku tiap kali aku bersamanya.
Dan hari ini adalah hari yang sudah di janjikan.
Aku dan Rosseanne, akan pergi bersama. Iya, hari dimana hanya ada kami berdua didalamnya. Rosseanne dan aku saja, mengukir memori indah, kebahagiaan yang sangat pelik untuk kami dapatkan.
Sambil menyetir, aku tak pernah puas untuk melihat senyum dari pipi bulatnya. Atau suara indahnya yang bersenandung dan bernyanyi duduk disebelahku.
Perlahan rasa sedih dan dingin yang menjalar dihatiku mulai pergi. Kosong dan hampa itu terisi oleh dirinya. Benar, setidaknya hari ini saja. Aku ingin merasakan kebahagiaan, aku ingin melepaskan diri belenggu kesedihan tanpa ujung itu. Aku ingin merasakan kasih sayang Rosseanne yang terang seperti cahaya mentari pagi.
Lantas aku bertanya pada gadis yang duduk disebelahku itu. Aku menyelipkan rambutnya kebelakang telinga dengan penuh kasih sayang. "Hari ini kamu mau kemana Rosseanne ? Aku akan ikut denganmu" Tanyaku pada Rosseanne. "Ayo main bersama.. seolah tak ada hari esok untuk bermain"
"Terserah kemana kamu akan membawaku pergi Lisa, aku akan bahagia. Selagi aku bersamamu"
Aku tersenyum, kebetulan sekarang mobil kami sedang berhenti karena lampu lalu lintas yang sedang memerah. Aku menatap Rosseanne cukup lama, hatiku selalu lintuh melihatnya, ada perasaan sayang, namun juga ada perasaan sedih yang mendalam akan dirinya.
Aku tangkup sebelah pipinya. Lalu kucondongkan tubuhku kearahnya. Ku cium bibir sensual Rosseanne dengan begitu lembut. Mungkin ia menyaksikan pelupuk mataku yang basah ketika mencium bibirnya.
"Saranghae.. Chaeyoung ah"
Rosseanne termenung, ia menatapku tak percaya. Ini kali pertama bagiku untuk mengungkapkan cintaku padanya. Semenjak aku mengenalinya, meski kami telah melihat satu sama lain, meski kami telah tidur bersama.
Baru kali ini aku mengungkapkannya terhadap Rosseanne. Tentang rasa sayangku yang sebenarnya, wajar kalau ia kaget dan menatapku tak percaya. Aku tahu dia tak pernah menuntutku untuk mengucapkannya.
Tetapi kali ini aku ingin kau mendengarnya langsung dariku. Aku takut, aku takut barang kali aku tak punya kesempatan lagi untuk memberitahumu tentang perasaan ini.
"Kita akan ke Pantai Gangneung sekarang. Ke tempat aku dan kamu pertama kali bertemu" ucapku pada Rosseanne.
"Apa kamu mau kesana bersamaku ?" Rosseanne tersenyum. Lalu ia membalas dengan mengecup dahiku. "Semenjak aku bertemu denganmu di pantai itu, Pantai Gangneung sekarang menjadi tempat paling berkesan dalam hidupku"
Aku anggap itu sebagai iya darimu. Mobil yang aku kendarai ini berbelok semakin yakin menuju tol kearah Pantai Gangneung.
Selama tiga jam perjalanan hanya habiskan dengan bernyanyi, tertawa, dan melihat indahnya laut di sepanjang tol sambil merasakan asinnya udara pantai didalam mulut.
Sesampainya disana pun kami bersenang senang, Aku menemani Rosseanne, main pasir dipinggir pantai, main air, lalu makan siang.
Kami menikmati kerang bakar di pinggir pantai, meski sedang bermain aku tetap memperhatikan jam makan Rosseanne. Ia tak boleh telat makan, karena ia baru saja sembuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA ROTI [EBOOK]
ФанфикBagiku, pernikahan itu mirip dengan Dua roti sarapan pagi. Dua roti yang berbeda, disatukan, dengan cinta sebagai menteganya. Dan mentega ? Itu bisa habis. Sebenarnya, ada banyak cara untuk menikmati agar Dua Roti ini tetap bersatu. Tapi, Bagaiman...