Sore ini aku bertemu dengan Teddy Oppa di Sebuah Bar, kami membahas kelanjutan dari karir kami yang telah diujuk tanduk, tidak sebenarnya ini telah kandas. Studioku telah ditarik oleh Bank, begitu juga denga uang anggunan yang kami miliki semuanya telah nahas karena utang yang masih belum dibayar.
Hampir satu tahun lebih, kami berdua tak lagi mendapatkan Projek pengarah suara. Dan itu benar benar membuat nasib kami ditepi jurang. Biaya sewa studio, biaya peralatan, bahkan selama berbulan bulan kami tak menghasilkan uang. Puncaknya Kemarin, LM Studio di rampas dan aku tak bisa berbuat apa apa dengan itu.
Kepalaku rasanya mau pecah, seandainya aku bisa melarikan diri dari bumi ini atau hilang lenyap saja maka aku sudah melakukannya. Tetapi, apa itu menyelesaikan masalah ? tidak. Justru hanya akan membuatnya semakin parah. Lari hanya untuk pengecut, sementara aku bukan lah pengecut. Pantang bagiku di injak oleh orang lain apalagi diejek. Aku duduk di meja bar ini dengan kepala berat, ku teguk gelas vodka itu dengan menghela nafas berat yang tak akan pernah hilang.
Tak lama kemudian, Teddy datang, seperti biasa ia selalu menggunakan Cap head, Hoodie dan menutupi wajahnya, ala ala orang musik yang selalu menciptakan karya namun tak ingin identitasnya di ketahui.
"Bro, have you been waiting long ?" Tanya nya sambil memegang pundakku. Ia duduk mengisi kursi kosong yang berada tepat disebelahku.
"Tidak, aku juga baru memesan minum disini. Kau mau minum apa Oppa ?"
"Sama dengan mu, Vodka dingin" jawabnya. Aku pun memanggil seorang pelayan dan meminta segelas lagi Vodka dingin untuk Teddy.
"Jadi bagaimana ? Apa kau sudah Menemukan solusi untuk permasalahan ini Lisa ?"
"Belum" jawabku menggeleng.
"Lisa masalah ini bisa makin serius, aku tak bercanda. Jika kita tak bisa membayar tunggakan akhir bulan ini maka aku jamin pihak bank juga akan menyita rumahmu."
"Kalau begitu istrimu bisa tahu dengan apa yang telah terjadi sebenarnya" Ujar Teddy.
"Tidak, aku tidak akan membiarkannya Oppa. Jennie tak boleh tahu kalau aku telah bangkrut"
"Wait.. Jangan bilang sampai sekarang kalau kau masih bersandiwara baik baik saja didepan istrimu. Oh ayolah Lisa"
"Lalu aku harus apa Ted ? apa aku harus bilang pada Jennie bahwa aku ini telah bangkrut, itu hanya akan membebaninya ! Akupun sudah muak dengan semua permasalahan ini !"
"Belum lagi masalah lain yang harus aku hadapi"
"Masalah lain ? apa itu ?" Susul Teddy lagi.
"Nyonya Kim mengumumkan pertunangan Jennie dengan Kim Tae Hyung tanpa izinku. Yah, aku tahu dia tak akan pernah meminta izin padaku karena baginya aku dan Jennie tidak pernah menikah"
"Eh, T-tunggu" Teddy memegang bahuku - menjeda dan ingin mendengarnya sekali lagi.
"Kim Tae Hyung ? Jennie akan menikah dengan Kim Tae Hyung ?"
"Laki laki yang sudah mengambil projekmu ? Karena dia juga alasan kita bangkrut sekarang, Seandainya dia tidak merebut proyek kita yang kemarin, maka semua hutang kita akan terbayar sesuai dengan jatuh tempo. Studio kita tak akan disita seperti ini."
"What The Fffff... This is truelly like a Shit ! Oh man, He is an Asshole !"
"Dia mengambil projekmu, dan sekarang dia Juga mengambil Istrimu ? Fuck ! Dia benar benar menjadi rivalmu dalam segala hal !" Ucap Teddy kesal
"Cih ! bahkan aku pun juga heran mengapa ia benar benar niat mengusik hidupku sementara aku tak pernah mengganggunya"
"Ini benar benar buruk Lisa, ya meski aku juga tahu kalau Kim Tae hyung sudah mengincar Jennie sejak dulu. He just obsessed with Jennie, I know !"
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA ROTI [EBOOK]
FanficBagiku, pernikahan itu mirip dengan Dua roti sarapan pagi. Dua roti yang berbeda, disatukan, dengan cinta sebagai menteganya. Dan mentega ? Itu bisa habis. Sebenarnya, ada banyak cara untuk menikmati agar Dua Roti ini tetap bersatu. Tapi, Bagaiman...