Tuhan, terima kasih atas rezekimu. Karena kembali mempertemukan kami
~ Aqila Eitene Gustav Alston ~
🌱🌱🌱
Cahaya flash kamera terus saja menyoroti sosok lelaki yang kini tengah tersenyum tipis seraya melambaikan tangannya. Seiring satu persatu wartawan bergilir menanyainya. Dalam hatinya, ia malas sekali untuk tersenyum.
Terlebih, melakukan senyum formal seperti sekarang. Kalau bukan tuntutan sang mami, ia tidak akan melakukan hal seperti sekarang. Ia akan lebih suka tampil apa adanya, memasang wajah datar. Ketimbang tersenyum dan menghadapi para fotografer dan wartawan seperti sekarang.
"Selamat kepada Anda. Karena sudah memenangkan dua penghargaan sebagai 'Pengusaha Pendatang' dan 'Pengusaha Muda Berbakat'. Apakah kelak, Anda memiliki target untuk mendapatkan penghargaan Forber 30 Under 30 World tahun berikutnya? Setelah Anda mendapatkan Forber 30 Under 30 Asia."
Sang lelaki bungkam. Tak memberikan tanggapan apa pun atas prestasinya yang lain. Sampai, Serliana—sang sekretaris—datang dan mengancamnya.
"Kalo kamu berani menolak pertanyaan wartawan lagi, kakak yakin, sebentar lagi koleksi marvel di rumahmu akan dibakar oleh Nyonya Akandra!" bisik Serliana mengingatkan di telinga kirinya.
Sang lelaki berdecak. Sementara Serliana beranjak dari sana dan mempersilakan para wartawan untuk menanyainya kembali.
"Oke, saya ulangi lagi, Tuan Dean Akandra. Setelah Anda mendapatkan Forbes 30 Under 30 Asia, apakah Anda berniat untuk mendapatkan penghargaan Forbes 30 Under 30 World?"
Dean—lelaki yang sedang diwawancarai—itu pun menghela napasnya dan menjawab, "tidak, saya tidak pernah sekalipun terpikirkan untuk mendapatkan penghargaan terhormat seperti itu. Terlebih, dua penghargaan yang saya dapatkan sekarang.
Ini semua berkat dukungan yang diberikan kedua orang tua saya. Serta, para pendukung saya selama ini. Jadi, saya dengan khusus, mengucapkan terima kasih kepada mereka semua. Terlebih, para juri yang membuat saya bisa memenangkan penghargaan ini."
"Kalau boleh tahu, apa rencana Anda ke depannya? Mungkinkah setelah menjadi fresh graduate, Anda akan lebih fokus bergulat di dunia bisnis dan menggantikan posisi Tuan Edwin Akandra?"
"Untuk itu, saya tidak bisa menjawab. Karena setiap pebisnis memiliki trik, tujuan, dan rahasia masing-masing. Dan ya, saya juga belum tahu apakah kelak saya akan menggantikan posisi papi. Jadi, sekian terima kasih," pamit Dean di akhir sebelum pergi dari sana.
Menerobos para wartawan dibantu oleh beberapa pengawal yang senantiasa melindunginya. Menghampiri sebuah alphard abu-abu yang memang sudah disiapkan untuk mengantarnya pulang. Tapi, selayaknya ada orang yang tidak pengertian dan mengetahui waktu yang tepat. Maminya justru menelpon. Ketika ia sedang berdesak-desakan berusaha keluar dari kerumunan.
"Dasar Mami kurang ajar! Gak tahu aja Dean lagi susah begini," kata Dean sedetik setelah ia mengangkat panggilan.
Sontak, Nita yang diumpati sedemikian rupa pun naik pitam.
"Hei! Harusnya Mami yang bilang begitu! Kenapa jadi Dean sih?! Lagian, apa salah Mami sampai Mami diumpati begitu, hah?" cerocos Nita beruntun.
Dean memijit keningnya, tatkala ia sudah berhasil masuk ke dalam mobilnya.
"Ya karena Mami nggak lihat waktu aja. Tadi tuh Dean lagi dikeroyok wartawan tahu gak?"
"Whatever, Mami gak peduli. Lagian Mami juga udah sering dikeroyok kayak gitu waktu nemenin papi. Ntar juga kamu terbiasa."
KAMU SEDANG MEMBACA
DEQILA Story 2
Teen Fiction《Update Sepekan Sekali》 R 17+ ⚠️ WARNING! ⛔ Cerita kaya akan emosi. Siapkan amunisi berupa tisu seplastik! Juga, waktu untuk menikmati dan mengikuti cerita campur aduk emosi ini ~ Tidak ada yang bisa memilikimu, selain aku. Because you're mine ~ Mel...