10

80 3 0
                                    

Follow my wp sykalila

Gimana rasanya jika kamu mendapatkan berlian, namun ternyata itu bukan untukmu? Sakit atau sedih? Namun, ini semua bukan tentang berlian

~ Aqila Eitene Gustav Alston ~

🌱🌱🌱

Aqila terkejut, ketika headphone-nya tiba-tiba ditarik oleh pria di sampingnya. Tak sampai di situ, ia semakin dibuat terkejut dengan ajakan pria itu yang sebenarnya biasa saja. Jika saja pria itu tidak melanjutkannya dengan memanggil nama lengkapnya. Terlebih, bagi seseorang yang katanya 'hilang ingatan'.

"Ayo makan bareng saya, Aqila Eitene Gustav! Sekarang!"

"Hah?"

Oke! Sepertinya waktu pemeriksaan telinga bulanan Aqila sudah datang. Sehingga, telinganya sampai menghalu jikalau pria di depannya baru saja memanggil nama lengkapnya, yang ia seratus persen yakin tidak akan diingat olehnya.

"Kayaknya halu gue udah sampe stadium akhir deh. Sampe telinga gue aja ngarep dipanggilin nama lengkap sama dia," monolog Aqila yang tentu saja didengar oleh Dean.

"Halu? Apa itu halu? Lagian, kalau nama Anda bukan Aqila Eitene Gustav, lalu siapa? Aisyah?" tanya Dean beruntun sekaligus heran. Sementara, Aqila syok dibuatnya.

Buset! Kesambet apa ni anak?! Sampe mau ngomong panjang lebar gitu.

"Pokoknya, ka—" Belum sempat Dean melanjutkan. Seseorang sudah lebih dulu datang dengan peci di kepalanya, khas seperti orang yang habis salat.

"Aqila, ada siapa?"

Aqila menoleh, begitu pula Dean. Seketika, pria itu tersadar dan memberikan hormat kepada Dean.

"Selamat malam, Mr. Akandra," sapa pria tersebut sopan.

Dean menaikkan sebelah alisnya. Menatap pria itu dari atas sampai bawah, seperti mengenali pria itu.

"Ah ... Mr Akandra. Kenalin, dia Mas Aziz, rekan saya. Sebelumnya, Mr pernah bertemu di elevator bersama saya beberapa hari lalu," ucap Aqila memperkenalkan sekaligus mengingatkan.

Dean mengangguk paham. Sekarang, ia ingat kapan ia pernah bertemu pria itu.

Ternyata lelaki jerk itu.

"Mr, kita jadi makan kan? Gimana kalo kita ajak Mas Aziz juga? Dia juga belum makan karena bantuin saya lembur," ucap Aqila frontal. Sontak, Aziz gelagapan.

"Apa? Gak usah, Qil. Aku makan nanti aja. Kalo kamu mau makan sama Mr Akandra gak papa. Aku pulang aja."

"Ish, mana boleh gitu! Nanti kalo asam lambungnya Mas Aziz naik gimana? Udah ... ikut kita aja! Toh, kita ditraktir Mr Akandra kok. Iya kan, Mr?" tanya Aqila di akhir kepada Dean.

Dean mengernyitkan keningnya, bingung. Perasaan dia kan hanya mau mentraktir Aqila saja. Kenapa wanita itu justru seenaknya menambah orang?

"Trus kerjaanmu gimana? Biar aku selesein aja deh. Kamu makan aja sama Mr," kata Aziz masih sungkan. Aqila menghela napas, kesal.

"Ih, jangan gitu dong! Soal kerjaan, bisa dilanjut besok. Udah, gak papa. Santai aja, Mr Akandra gak galak kok," kata Aqila, yang lagi-lagi membuat Dean terpengarah.

Buset! Sebenernya yang jadi bos di sini itu gue apa dia sih?! Main ngatur-ngatur aja.

Lalu, Dean pun menghela napas sabar. Sementara Aziz akhirnya mengangguk menyetujui untuk makan malam bersama mereka.

DEQILA Story 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang