PODCAST 10

25 7 0
                                    

"Puguh duduk di tepi ranjang ...."

"Aduh! Pakde akan sensor bagian ini."

"Kenapa disensor, Pakde?"

"Adegan dewasa toh?"

"Dengar dulu, Pakde."

"La? Tidak jadi adegan itu?"

"Apa sih?"

"Mereka di kamar melakukan apa coba?"

"Belum selesai ceritanya. Dengar dulu, Pakde."

"Oke, oke, oke!"

"Sementara itu, ibu meraih kardus yang belum sempat dia buka, berada di atas lemari besar yang ada di kamar itu."

"Kamu mau ambil apa? Puguh mencoba membantu ibu dengan mengambilkan kardus itu."

"Ada sebuah kenangan. Kata ibu membuka tali kardus dan mencoba mencari sesuatu."

"Oalah. Pakde pikir mereka ...."

"Jangan suka main dengan Mbah Suro, Pakde. Ha ha ha."

"Pikirannya negatif terus nanti. Mbah Suro itu memberi pengaruh buruk!"

"Pakde sudah lama tidak main ke sana."

"VC."

"Ponsel Mbah Suro belum Android."

"Ha ha ha."

"Sehat Mbah Suro, Pakde?"

"Terakhir dengar kabar toh sehat. Cuma asam uratnya tinggi."

"Ajak ke Podcast Pakde To, Pakde."

"Apa iya, ya? Diundang ke sini mau cerita apa?"

"Ya, tentang dukun, Pakde. Mbah Suro, 'kan dukun kondang."

"Iya, boleh. Kapan-kapan nanti pakde undang ke sini. Sekarang kembali ke ceritamu."

"Kemudian ibu memberikan sesuatu kepada Puguh."

"Ini. Kata ibu."

"Terlihat beberapa foto di tangan ibu."

"Ibu melangkah bermaksud menunjukkannya kepada Puguh. Sayangnya ibu lupa kalau kardus itu masih di sana dan ...."

"Aduh!"

"Tubuh ibu sempoyongan ke depan. Beruntung Puguh sigap menangkap ibu, tetapi dorongan tubuh ibu lebih kuat hingga tubuh mereka saling tindih di atas tempat tidur."

"Biaya 'an ae motone!" (Tidak memperhatikan itu matanya!).

"Ha ha ha."

"Pakde ini kenapa sih. Tidak tahu adegan romantis seperti itu."

"Kenapa ibumu membuang kardus di depan kakinya, ha! Bisa toh buang yang jauh agar tak mengganggu langkahnya Puguh! Modus!"

"Adegan itu memang tak disengaja oleh ibu waktu itu, Pakde. Pakde orangnya tidak romantis. Jadi, tidak tahu adegan bertabur bunga seperti yang ibu alami."

"Halah!"

"Ha ha ha."

"Tahan. Tahan, Pakde. Nanti darah tingginya kumat kalau sewot begitu. Ha ha ha."

"Lalu apa yang terjadi selanjutnya."

"Kata ibu, Puguh hanya bisa menatap mata ibu yang berada di atas tubuhnya."

𝗥𝗨𝗠𝗔𝗛 𝗜𝗡𝗜 𝗗𝗜𝗝𝗨𝗔𝗟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang