PODCAST 19

26 7 2
                                    

"Mbok ya, pelan-pelan. Kata Mbah Kardi."

"Ibu melihat Mbah Kardi mengelap bajunya akibat teh yang tumpah."

"Ini tehnya saya taruh di sini, Nduk."

"Kalau begitu saya ke bawah dulu. Imbuh Mbah Kardi."

"Kemudian Mbah Kardi meninggalkan ibu."

"Ibu mengurungkan niatnya untuk turun dan memilih kembali duduk seraya memikirkan cara agar bisa menemukan ke mana sosok itu membawa nenek."

"Ibu merasakan hangat dan manisnya teh buatan Mbah Kardi seketika membasahi tenggorokan saat meminumnya."

"Di sandaran kursi yang menghadap jendela, dengan gelas masih di tangan, pandangan ibu jauh menerawang saat tiba-tiba darahnya pun menghangat."

"Ibu merasa napasnya memburu mengembuskan nafsu."

"Astaga! Astaga!"

"Apakah ada sesuatu di dalam teh ibumu, ha!"

"Kemudian ibu segera meninggalkan lantai atas dan turun untuk mencari Mbah Kardi."

"Entah apa yang merasuk di aliran darah ibu. Yang ibu ingat waktu itu adalah kalau dirinya membutuhkan dekapan hangat."

"Astaga! Obat terangsang! Eh, perangsang!"

"Lalu?"

"Kepala ibu dirasa semakin pusing, pandangannya semakin pudar, dan samar."

"Jelas, jelas sudah ada sesuatu di dalam teh itu! Apa kamu ingat bagian yang terjadi setelah Mbah Kardi juga memberikan minum? Itu loh sewaktu Puguh menyuruh Mbah Kardi mengambilkan minum, Indah."

"Iya, Pakde."

"Astaga! Pakde sudah menduga ada yang tak beres dari semua minuman yang dibawa oleh Mbah Kardi."

"Allahu akbar! Apa dalang semua ini adalah Mbah Kardi pembantu laknat itu, ha! Tua-tua keranjingan itu orang!"

"Ibu tak menduga ke arah sana kalau Mbah Kardi yang membuat kepala ibu menjadi pusing, Pakde."

"Astaga! Masih saja bodoh ibumu ini! Bodoh sekali!"

"Baru saja pakde puji akan niat ibumu untuk menyelidiki masalah ini. Eh, ini malah kumat lagi bodohnya!"

"Lantas apa yang terjadi selanjutnya setelah ibumu memutuskan untuk turun dan mencari Mbah Kardi?"

"Pakde yakin ibumu pasti akan menuduh Mbah Kardi kalau telah mencampur sesuatu ke dalam teh."

"Tidak."

"Ha!"

"Allahu Akbar!"

"Antara sadar dan tidak, ibu merasa kalau tubuhnya sudah berada di atas tempat tidur."

"Bagus!"

"Paling tidak, dugaan pakde salah untuk sementara karena pakde tak yakin kalau ibumu juga mengunci kamar itu."

"Ibu melihat Mbah Kardi ada di ambang pintu, Pakde."

"Mampus!"

"Ternyata dugaan pakde meleset!"

"Ibumu sudah terpengaruh obat itu, Indah!"

"Ibu masih sempat mengingat kalau ibu melihat di ruangan itu banyak patung-patung wanita tanpa busana."

"Allahu Akbar!"

𝗥𝗨𝗠𝗔𝗛 𝗜𝗡𝗜 𝗗𝗜𝗝𝗨𝗔𝗟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang