8

856 124 10
                                    

"Okaa-sama!" Panggil Pangeran Ken sembari meletakkan nampan berisi makan malam untuk ibunya di atas nakas mini, ia lantas duduk di atas futon wanita itu.

"Hm? Eh! Astaga! Kenapa Ken-kun membawa nampan, aduh... nanti Ken-kun jatuh!" Ucap wanita itu, menatap putranya dengan khawatir. Ia langsung mengambil nampan dan meletakkannya ke atas meja.

"Ke ingin membawanya. Waktunya makan malam. Okaa-sama tidak boleh telat makan." Pangeran Ken menggenggam lengan dengan jemari lentik itu dengan lembut.

"Ha'i, Okaa-sama akan makan. Tapi, Ken-kun harus menyuapi Okaa-sama." Wanita itu tersenyum lebar, mengambil sepiring makanan, menyodorkannya pada putra semata wayangnya itu.

"Baiklah, apa pun untuk Okaa-sama yang cantik." Sumringah Pangeran Ken.
.
.
.
Saara dan Shion mengintip Permaisuri Hinata dari balik pohon.

"Kenapa Yang Mulia terlihat murung?" Tanya Shion pada Saara.

"Aku juga tidak tahu. Aku kasihan pada Yang Mulia. Aku ikut sedih." Jawab Shion.

"Apa yang kalian lakukan di sini?"

"Kyaa--hmp!" Kedua dayang itu berteriak tertahan kala mendengar suara dari Pangeran Ken.

"Astaga! Pangeran Ken, anda mengejutkan kami." Ucap Shion dan Saara bersamaan sembari ber-ogiji pada Pangeran Ken.

Pangeran kecil itu mengacuhkan kedua wanita itu, memilih melirik ke arah ibunya yang duduk sendiri di bangku taman dengan tangan memangku dagu.

"Ada apa dengan Okaa-sama?" Tanya Pangeran Ken.

"Mohon maaf Pangeran Ken, saya tidak mengetahui mengapa Yang Mulia begitu sedih." Ucap Shion.

"Aku akan menemui Okaa-sama." Ken segera beranjak mendekati sang ibu, disusul oleh kedua dayang itu.

"Hah..." Helaan nafas dari wanita cantik itu membuat Pangeran Ken sedikit khawatir.

Tangan mungil itu menyentuh lengah sang ibu.

"Ah!" Hinata berjengit kaget.

"Ken-kun?" Wanita itu menatap Pangeran Ken.

"Kenapa Okaa-sama terlihat sedih?" Tanya Pangeran Ken.

"Tidak, Okaa-sama tidak sedih. Okaa-sama hanya merasa bosan, tidak ada yang bisa Okaa-sama lakukan." Keluh Hinata mengelus surai raven putranya itu.

"Kenapa tidak berjalan-jalan keluar saja?" Pangeran Ken memeluk tubuh wanita itu.

"Wah! Kenapa aku tidak kepikiran sejak tadi?!" Seru wanita cantik itu dengan semangat.

"Hehehe... Okaa-sama sangat bersemangat." Kekeh Pangeran kecil itu.

"Hei, bagaimana kalau kita keluar untuk berjalan-jalan. Di belakang ada hutan, kan? Kita bisa bertamasya sejenak." Wanita itu berdiri, membuat pelukan Pangeran Ken terlepas.

"Okaa-sama, bukankah sedikit berbahaya pergi ke hutan tanpa pengawalan?" Tanya Pangeran Ken khawatir.

Shion dan Saara menghela nafas lega kala Pangeran Ken menyuarakan kekhawatiran mereka.

Hinata tersenyum lebar menatap putra-nya itu.

"Selama itu Okaa-sama, semua akan baik-baik saja, sayang. Katakan pada pengawal untuk menyiapkan kudaku, jika kalian ingin ikut, silahkan saja. Ken-kun akan ikut Okaa-sama. Tanpa ada pengawal mengikuti kita, dan aku tidak menerima penolakan dalam bentuk apa pun! Lagi pula, kemarin Okaa-sama sudah mengatakan kalau kita akan berpetualang."

Kedua dayang setia Sang Permaisuri hanya bisa mengangguk pasrah atas perintah yang tak terbantah itu.

Percuma!
.
.
.
Permaisuri Hinata berjalan riang bersama putra dan kedua dayangnya.

The Jancok EmpressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang