17. Bagaimana Mungkin?!

137 24 19
                                    

Vote and comment, onegaishimasu~

Kita skip saja, sekarang memasuki musim panas. Itu tandanya sekolah di liburkan, dan sekitar 1 bulanan lagi akan menghadapi ujian sekolah kenaikan kelas. Kehidupan si manis kita ya seperti biasanya, disibukan dengan buku-buku yang ia pelajari sebelum menghadapi ujian. Seperti yang ayahnya ucapkan, dia mencarikan tutor untuk si manis kita.

Jujur saja dia tidak butuh tutor, tapi mau bagaimana lagi, perkataan ayahnya tidak bisa di ganggu gugat.

Pintu kamar Haruto di ketuk oleh sang ibunda tercinta.

"Sayang? Ayo turun ke bawah, guru tutor mu sudah datang." Dengan malas Haruto turun ke bawah dengan nyonya Watanabe.

"Apakah harus?" Tanya si manis kepada sang ibunda. Nyonya Watanabe hanya tersenyum.
"Mau bagaimanapun itu adalah keputusan ayahmu Haru-kun."

Skip.

Haruto dan nyonya Watanabe sudah berada di ruang tengah, di sana sudah ada tuan Watanabe dan guru tutor untuk Haruto. Di lihat-lihat guru tutor itu masih terlihat muda, ya mungkin sekitar umur 24-25 tahun.

"Ini adalah putra bungsu saya, tolong ajarkan dia sampai bisa menguasai semua materi." Ucap tuan Watanabe singkat, dengan raut wajah datar.

"Baik tuan, saya akan usahakan. Sebelumnya perkenalkan nama saya Lee Hee Seung, saya dari universitas Hybe." Ucap Heeseung memperkenalkan dirinya kepada keluarga Watanabe.

"Ternyata kamu masih kuliah?" Nyonya Watanabe sedikit terkejut.

"Iya nyonya, saya hanya mencari pekerjaan diwaktu luang." Pemuda Lee ini memang murah senyum, senyuman yang sungguh menawan membuat hati author berdebar. Ehe

"Perkenalkan ini si bungsu kami, namanya Watanabe Haruto." Nyonya Watanabe memperkenalkan putranya kepada sang guru tutor.

"Haruto." Si manis menjabat tangan si pemuda Lee itu dengan raut wajah tak kalah datar seperti ayahnya.

"Manis." Batin Heeseung.

"Haru bersikap baiklah kepadanya, mulai saat ini dia yang akan mengajarimu. Bagaimanapun juga ayah sudah membayarnya mahal, jadi jangan di sia-siakan!" Ujar tuan Watanabe kepada Haruto.

"Sepintar apa otaknya sampai dibayar mahal? Buang-buang uang saja." Batin Haruto.

"Hm." Haruto hanya berdehem sebagai jawaban. Tuan Watanabe memijat pelipisnya, respon anaknya sungguh membuat dia lelah.

"Baiklah kalau begitu." Tuan Watanabe akan pergi lagi ke kantornya, sebelum pergi tentunya berpamitan dulu kepada sang istri.

"Tuan Lee, tolong ajarkan putra saya sampai dia mengerti ya, secukupnya saja jangan terlalu berlebihan." Tutur nyonya Watanabe selembut mungkin. Sifatnya sungguh keibuan sekali.

"Baik nyonya, serahkan saja Haruto kepada saya." -Heeseung.

Nyonya Watanabe tersenyum, "terimakasih."

Skip.

Acara belajar pun di mulai, Haruto hanya diam memperhatikan guru tutor nya menjelaskan, cukup malas sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi kan? Sudah bayar mahal katanya.

"Haruto, apa kamu mengerti dengan apa yang saya jelaskan tadi?" Tanya Heeseung dengan senyumannya.

"Tidak." Tentu Haruto berbohong, sebelum pemuda Lee itu menjelaskan, Haruto sudah memahaminya hanya dengan sekali lihat di buku.

Dengan sabar Heeseung kembali menjelaskan. "Baiklah, saya akan mengulanginya sampai kamu mengerti." Sebelum Heeseung kembali menjelaskan, ucapannya sudah di potong oleh si manis.

FAKE (JEONGHARU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang