Bigshot Gets Loved By All After Transmigrating Into A Book (1)

Bab 5: Tuan Muda Kelima Feng

"Kakak Kedua, jangan khawatir, aku baik-baik saja."

Mata Feng Wen Shu terlihat polos dan tulus.  “Kakak Kelima, untungnya kamu baik-baik saja.  Kalau tidak, saya, sebagai kakak laki-laki Anda, akan merasa bersalah.  Mengapa Anda di sini tanpa seorang pun di sisi Anda?  Dimana hambamu?  Kemana mereka pergi?"

Pelayan tersebut berlari dengan panik dan berlutut di tanah.  “Tuan Muda Kelima, saya… saya baru saja tertidur.  Itu adalah sebuah kecelakaan!  Harap bersikap lunak dengan saya!

"Sampah yang tidak berguna, apa lagi yang bisa kamu lakukan salah?"  tegur Feng Wen Shu.

"Pergilah, sekarang!"

"Tuan Muda Kelima?"

“Kakak Kelima, kamu tidak perlu mengasihani dia.  Tidak ada gunanya mempertahankan pelayan yang tidak berguna seperti itu.”  Feng Wen Shu menyuruh pria itu diseret.  Dengan lambaian tangan, taman dibersihkan oleh para pelayan lain sebelum melanjutkan untuk mendorong Feng Lin Bai di kursi roda ke dalam rumah.

“Malam hari semakin dingin, Kakak Kelima.  Berhati-hatilah agar tidak masuk angin.  Sebaiknya kita cepat masuk.”

"Terima kasih, Kakak Kedua," kata Feng Lin Bai penuh terima kasih.

“Tapi…” Feng Wen Shu berkata sambil berpikir, “Saya melihat orang-orang di taman itu semuanya mengenakan pakaian hitam dan senjata berserakan di tanah.  Mereka tidak terlihat mudah untuk dikelola.  Bagaimana Anda menghadapi mereka?”

"Tidak ada goresan padamu tapi mereka semua mati..."

“Kakak Kedua, keluarga kita menarik banyak perhatian.  Mungkin mereka tidak ada di sini untuk saya, mungkin mereka datang untuk Anda.  Saya kebetulan lewat dan itu sebabnya saya tidak terluka… Saya tidak tahu kok… ”

Feng Lin Bai berkedip.  "Lagipula, aku buta."

Feng Wen Shu tidak menemukan sesuatu yang salah dalam ekspresi kakaknya.  Melihat dia benar-benar tidak tahu apa-apa, dia merasa lega tetapi masih merasa sedikit aneh.

Ada begitu banyak pembunuh yang menunggu tetapi mereka tidak punya waktu untuk mengirimkan sinyal marabahaya.  Ini cukup untuk membuktikan betapa menakutkannya pembalasan mereka.

Kapan sosok yang begitu kuat tiba di ibu kota?

Feng Wen Shu tenggelam dalam pikirannya, sementara Feng Lin Bai, yang duduk di kursi roda, berlutut.  Cahaya di matanya redup dan berkurang.

…

Kembali ke kamar.

Pria berpakaian hitam itu berkata dengan tidak setuju, “Mengapa tuan itu menempatkan dirinya dalam bahaya seperti itu?  Dia seharusnya membiarkan kita menangani masalah seperti itu.

"Jika tidak, mereka tidak akan pernah bergerak."

Pria di kursi roda mendengus jijik.  “Kelompok pembunuh yang datang malam ini benar-benar hancur.  Kami akan mengambil beberapa dari mayat itu dan melemparkannya ke kamar Kakak Kedua saya sehingga dia dapat bermimpi indah.  Pengingat apa yang lebih baik tentang kehidupan yang damai?

"Ya."

Pria itu telah menerima perintahnya dan hendak pergi ketika Feng Lin Bai menghentikannya.  "Tunggu, satu hal lagi."

Pria itu membungkuk dan berkata, "Tolong beri tahu saya, Guru."

"Cari tahu identitas nona muda mulai malam ini."

Wajah tegas Feng Lin Bai melembut saat memikirkan wanita muda itu.  "Aku ingin tahu namanya sebelum fajar."

…

Keesokan harinya, ketika Jiang Yu turun, Jiang Wan ada di sana untuk menyambutnya.

“Selamat pagi, Kakak!”

Jiang Wan terkikik dan berkata, “Kakak masih pergi dalam perjalanan bisnis.  Kakak Kedua, Kakak Ketiga, dan Kakak Keempat semuanya sudah pindah, jadi hanya kami berdua untuk saat ini.  Ayo kita pergi ke sekolah bersama nanti.”

"Oke."

Jelas bahwa mereka akan mengambil mobil keluarga Jiang sehingga tidak perlu menolak.

Ketika mereka tiba di sekolah, Jiang Yu dan Jiang Wan keluar dari mobil.  Sudah ada sejumlah orang yang memasuki halaman sekolah dan semua orang segera menyadarinya.

Lihat, ini mobil keluarga Jiang!”

“Sekolah Belle tetap cantik seperti biasa… Tapi siapa gadis yang berjalan di sebelahnya?  Aku belum pernah melihatnya sebelumnya.”