Bigshot Gets Loved By All After Transmigrating Into A Book (1)

Bab 167: Adik Perempuanku dan Aku Adalah Satu-Satunya yang Tersisa

Pada saat yang sama, sebuah pikiran aneh tiba-tiba muncul di benaknya.

Jangan mendekatinya.

Jangan.

Meskipun pemikiran ini muncul entah kenapa, Jiang Yu mengikuti instingnya dan dengan cepat berjalan ke arah lain.

Ketika dia tiba di kantor, Feng Junhao sudah ada di sana.

Jiang Yu menemukan tempat duduk jauh darinya dan duduk. Tak satu pun dari mereka berbicara satu sama lain.

Feng Junhao masih khawatir tentang ancaman yang diajukan Jiang Yu kepadanya terakhir kali, jadi dia tentu saja tidak mengambil inisiatif untuk berbicara.

Jiang Yu tidak keberatan. Pikirannya tanpa sadar melayang ke sosok yang baru saja dilihatnya. Namun, sebelum dia bisa terlalu memikirkannya, pintu kantor terbuka dan Kong Tang tiba.

Kong Tang membawa mereka ke ruang pertemuan kecil. Setelah menguji sound system, dia menginstruksikan, "Ini akan dimulai sekitar pukul 9:30. Kalian tunggu di sini dan istirahat sebentar, biasakan diri kalian dengan naskahnya."

Dia melihat waktu dan bertanya, "Apakah kamu sudah sarapan?"

"Ya."

Jiang Yu berpikir dengan tenang. bagaimana dia bisa mulai bekerja tanpa makan dulu?

"Aku masih memiliki sesuatu untuk dilakukan. aku akan keluar sebentar."

Setelah Kong Tang mengatakan ini, dia pergi. Hanya dua siswa yang tersisa di ruang pertemuan kecil.

Setelah Kong Tang pergi, Jiang Yu dan Feng Junhao duduk di sudut berlawanan dari meja oval di ruang pertemuan kecil dan kembali ke keadaan diam mereka sebelumnya.

Pada saat yang sama.

Jiang Chenglang baru saja keluar dari mobil ketika dia melihat sosok yang dikenalnya berdiri di gerbang sekolah.

Anak laki-laki itu memiliki rambut merah yang sulit diatur yang membuatnya terlihat sangat menarik. Sulit untuk tidak memperhatikannya.

Ketika Jiang Chenglang berjalan di belakangnya, dia mendengarnya berkata kepada penjaga, "Biarkan aku masuk! Saya di sini untuk mengadakan konferensi orang tua-guru untuk adik perempuan saya!"

Jiang Chenglang: "..."

Belum lagi, dia cukup sombong.

Jelas bahwa orang-orang di luar gerbang tidak mempercayai kata-katanya. Mereka takut membiarkannya masuk akan membawa masalah. Ada cukup banyak orang berpengaruh di sekolah hari ini. Penjaga harus mengawasi para VIP ini untuk mencegah kesalahan.

Selain itu, dia telah mendengar tentang orang ini. Dia memiliki catatan kriminal, jadi dia tidak bisa membiarkannya masuk dengan mudah.

Melihat penjaga itu tidak mempercayainya, Jiang Zeyu memutar matanya dan memainkan kartu emosional itu lagi.

"Tn. Penjaga, tolong izinkan saya masuk. Saya benar-benar di sini untuk mengadakan konferensi orang tua-guru untuk adik perempuan saya..."

Jiang Zeyu berkata dengan sedih, "Adik perempuanku dan aku adalah satu-satunya yang tersisa di keluargaku. Tidak apa-apa jika tidak ada yang mengadakan konferensi orang tua-guru untuk saya, tetapi saya tidak ingin kursi adik perempuan saya kosong hari ini. Saya tidak ingin orang tua lain kembali dan mengatakan bahwa adik perempuan saya tidak memiliki siapa pun untuk merawatnya."

"Adik perempuan saya hanya memiliki satu anggota keluarga. Tuan Penjaga, tolong kasihanilah kami!"

Jiang Zeyu tidak bisa mengeluarkan air mata dan hanya bisa berpura-pura mengendus.

Penjaga itu dalam posisi yang sulit.

Tentu saja, dia tidak mengetahui situasi keluarga semua orang di sekolah, tetapi dia tahu bahwa siswa ini adalah pembuat onar yang terkenal di aula ini.

Pembuat onar seperti apa?

Tipe yang sombong dan suka mengaduk-aduk masalah. Dia mengamuk di aula sekolah.

Siswa seperti itu biasanya tidak terlihat menyedihkan tetapi hari ini, dia menangis dengan sangat sedih. Mungkinkah dia benar-benar sengsara?

Penjaga itu menatapnya dengan simpati di matanya.

Dia memang terlihat sangat menyedihkan.

Kakak dan adik itu bergantung satu sama lain. Itukah sebabnya dia biasanya begitu tidak masuk akal di sekolah sehingga orang lain tidak akan menggertaknya dan dia bisa mendukung adik perempuannya?

Penjaga itu berkata dengan ragu-ragu, "Baik, sekali ini saja."

Jiang Zeyu sangat senang. Dia telah berhasil seperti yang diharapkan.

"Terima kasih, Tuan Penjaga!"

Dia mengangkat kakinya dan hendak melangkah ke gerbang sekolah ketika sebuah tangan tiba-tiba jatuh di bahunya dan menghentikannya.

Itu adalah suara yang tenang dan datar.

"Maaf mengganggu Anda. Ini adalah kambing hitam keluarga saya. Saya adalah walinya."