JISUNG - The First and Last

62 14 0
                                    

Park Jisung as Zidan Syauqi
©NCT Dream

Story by Amlpm07

"You are mine and I'm yours"

===

Zidan selalu suka hujan. Entah apa alasannya, yang jelas Zidan selalu merasa lebih baik ketika hujan mulai turun membasahi setiap permukaan-permukaan di sekitarnya. Seperti sore ini, Zidan masih harus terjebak di sekolah karena hujan sudah lebih dulu turun sebelum bel pulang benar-benar berbunyi. Namun, laki-laki itu tidak pernah keberatan untuk sedikit lebih lama berada di sekolah. Zidan selalu menikmati saat-saat di mana ia duduk di depan kelas sambil memandangi bagaimana hujan turun dengan deras dan membawa suara-suara yang selalu Zidan suka.

Semua tentang hujan, Zidan selalu suka, bahkan kilatan petir yang menyambar dan suara gemuruh yang memekakkan telinga tak membuat Zidan ketakutan. Laki-laki itu akan tetap merasa tenang bersama hujan. Hujan sudah serupa teman dan Zidan tidak bisa untuk tidak menyukainya.

Saat ini, bersama rintikan hujan yang turun semakin deras, Zidan mulai merasakan lelah itu lagi. Zidan mulai merasa kesusahan dengan takdir hidupnya yang sekarang. Tergabung dalam grup Band Revaleaz yang mulai cukup terkenal dan dicintai banyak orang bukan sesuatu yang bisa dikatakan sempurna membuat ia bahagia. 

Zidan bukan tidak senang, laki-laki itu justru sangat bersyukur karena bisa berada di titik terbaik seperti ini bersama anggota-anggota Band Revaleaz yang lain—Mark, Renzo, Nollan, Darren, Andika, dan Chellvan. Menjadi seorang basist terkenal seperti mimpinya sejak dulu. Mendapat banyak cinta dari orang-orang yang awalnya tak pernah sama sekali mengenal laki-laki itu. 

Zidan sudah berhasil dan seharusnya, hal itu sudah cukup membuat ia jauh lebih bahagia. Namun, tetap ada beberapa hal yang masih membuat Zidan merasa kosong. Masih ada banyak ruang yang tidak bisa diisi oleh keberhasilan yang ia capai saat ini.

Terkadang Zidan berpikir, mungkin akan lebih baik jika ia menjadi orang biasa-biasa saja. Hidup dengan teman yang jumlahnya tidak banyak. Melakukan apa pun dengan apa adanya, tanpa takut menjadi perbincangan, tanpa takut mendapat komentar tidak mengenakkan hanya karena ia melakukan diluar ekspektasi orang-orang. Namun, pada akhirnya Zidan tetap bersyukur dengan apa yang ia jalani sekarang. Hidup dengan apa yang ia mimpikan selama ini.

"Artis kita yang satu ini sendirian aja. Mana temen-temen lo yang ganteng-ganteng itu?"

Tiba-tiba saja, gadis dengan rambut bergelombang sebahu yang entah datang dari mana itu duduk tanpa permisi di samping Zidan. Panggil saja gadis itu Jiya, salah satu teman sekelas sekaligus teman Zidan dari ia masih berada di bangku SMP. Sebenarnya, Zidan agak terkejut, kenapa gadis itu tiba-tiba kembali menyapa setelah hampir satu tahun ini berlagak menjadi orang asing di hadapannya?

"Gue udah sering bilang, jangan panggil gue kayak gitu, Jiya. Gue bukan artis," protes Zidan tanpa berniat mengalihkan tatapannya dari rintik-rintik hujan sore itu.

"Kenapa? Emang gue salah? Kan, itu faktanya," balas Jiya sambil memiringkan sedikit kepalanya ke samping agar ia bisa memandangi wajah Zidan yang sudah lama tidak ia perhatikan sedekat ini. Jiya juga heran, entah dapat kekuatan dari mana hingga ia berani menyapa Zidan lagi seperti sekarang.

"Tapi, gue gak suka, Jiya!"

Jiya jelas langsung tersentak mendengar nada suara Zidan yang tiba-tiba meninggi. Memangnya apa yang salah? Kenapa Zidan tampak marah? Bukankah itu adalah hal yang biasa. Beberapa orang memang sering memanggil hampir seluruh anggota Band Revaleaz menggunakan embel-embel artis karena memang kenyataannya begitu, bukan? Jiya juga sering melakukan hal yang sama, apalagi kepada Andika dan Chellvan yang juga memang teman satu kelasnya di 11 IPS 2.

𝐓𝐨 𝐌𝐲 𝐅𝐢𝐫𝐬𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang