05.

654 40 3
                                        

••••

Happy reading!

••••

Mark diam menatap malas beberapa baju yang ditunjukan padanya untuk dicoba, yah hari ini keduanya berada di butik mae Haechan.

Tak banyak komentar yang keluar dari mulut Mark yang sejak tadi hanya menuruti perkataan Chittaphonㅡmae Haechan.

"Ini kayaknya udah paling cocok buat kalian!" Chitta menatap kedua pemuda itu dengan senyuman di wajahnya. Dia menyadari Mark yang terlihat tak terlalu suka berada di sana tapi dia tak ingin mempertanyakannya, takut-takut suasana nanti menjadi canggung.

"Kita ambil gambar bentar ya." Chitta buru-buru memanggil seorang pekerja di butiknya yang memang selalu mengambil gambar beberapa pasangan jika diminta.

"Jaga ekspresi, mae sadar sama ekspresi gak suka kakak." Haechan berucap tanpa menatap lawan bicaranya yang sedang menatap sinis dirinya.

Chitta kembali dengan seorang wanita yang membawa kamera. "Kalian dengar arahannya ya." Kembali dia tampilkan senyuman indah di wajahnya.

"Ambil posisi seromantis mungkin." Ucap sang photographer.

Keduanya saling melirik kemudian mengikis jarak yang sempat tercipta.

Mark menjaga ekspresi nya sekarang, tangannya merangkul pinggang ramping si manis dan bersama-sama tersenyum menatap kamera.

Posisi berikutnya masih dengan Mark yang merangkul Haechan sambil tersenyum ke arah kamera, namun saat hitungan ketiga Haechan bergerak cepat mengecup pipi yang lebih tinggi hingga membuat yang dicium terkejut sedangkan dua orang lainnya sudah heboh sendiri.

Mark ingin melayangkan protes saat melihat Chitta sibuk melihat hasil foto mereka namun dia urungkan saat melihat si manis mengambil tisu dan menyeka bibirnya menggunakan benda tipis itu.

"Kalian serasi banget! Mae gak sabar nunggu hari pernikahan kalian!" Ucapnya antusias yang ditanggapi dengan senyum lembut dari anaknya.

Mark sendiri menatap tak suka pada Haechan yang dia anggap sangat munafik.

Setelah Chitta keluar dari ruangan itu, Haechan segera mengambil ponselnya yang sudah berdering sejak mereka sedang berfoto tadi.

Sedangkan Mark sudah duduk diam menelpon kekasihnya.

"Maaf banget kak jun, malam ini gue lagi sibuk banget. Mungkin kapan-kapan aja ya main ke rumah kak jun." Mark melirik Haechan yang terlihat menunjukkan wajah tak senangnya selama mengangkat panggilan, jauh berbeda dengan nada bicaranya yang lembut seperti sedang tersenyum.

Dasar munafik. Perkataan itu tak lain tentu adalah batin dari seorang Jung Mark.

Setelahnya Haechan meletakan ponselnya kedalam saku celana kemudian menghampiri Mark.

"Sayang bentar ya, ayah mau ngajak ngobrol." Mark segera memutus panggilan dan menatap sinis pemuda berkulit tan di hadapannya.

"Tukang boong." Ucap Haechan tiba-tiba.

"Mohon sadar diri, tuan muda Seo yang terhormat." Balas Mark dengan nada malas.

"Terserah. Saya cuma mau nanya, kakak butuh apa?" Mark mengernyit bingung dengan pertanyaan tiba-tiba itu.

Sesaat kemudian Mark akhirnya paham jika bocah di depannya ini sedang berniat untuk menyogok dirinya.

"Emm.. Badan lo?" Dia tersenyum miring ke arah Haechan yang masih terlihat sangat tenang.

"Kakak tertarik sama saya ya? Makanya mau cari kesempatan gitu?" Balas Haechan hingga yang lebih tua melotot ke arahnya.

"Jangan sembarangan ngomong lo! Gue, gue, gue cuㅡ

ㅡOke, mau kapan?" Kini Mark terkejut, apakah dia akan benar-benar memberikan tubuhnya? Pikir Mark.

Mark adalah orang serakah dan ingin semua yang dia inginkan di kabulkan, selain itu dirinya juga adalah manusia mesum yang tak ingin menyia-nyiakan kesempatan bercinta dengan seseorang.

"Besok di apartemen gue, nanti gue kasih alamatnya." Haechan mengangguk acuh lalu kembali ketempat yang dia duduki tadi.

"Heh, lo belum bilang apa tujuan lo nawarin gitu."

"Nanti juga kakak tau."

••••

"Anjing! Lo serius?!" Mark menampilkan senyum bangganya pada teman-temannya yang terkejut mendengar kabar bahwa dirinya akan meniduri calonnya besok.

"Emang pada dasarnya tuh orang murahan jadi ya nawarin diri." Santai Mark sambil meneguk minuman beralkohol itu.

"Gue gak nyangka bocah mapres kayak gitu." Seorang gadis bersuara.

"Lo tau, jangan nilai buku dari sampulnya." Mark bangga dengan kata-katanya yang sudah seperti orang bijak.

"Harusnya itu buat lo gak sih? Siapa tau dia ada maksud lain, lo belum terlalu kenal sama dia kan?" Mark diam, berpikir sejenak tentang beberapa kemungkinan yang mungkin membenarkan perkataan temannya.

"Jangan-jangan dia mau bunuh lo lagi."

"Terus di mutilasi."

"Harta lo nanti di ambil."

"Anjing lo semua, gak bakalan gitu juga babi! Kalo dia mau bunuh gue, bakalan gue bunuh duluan!" Ucapnya penuh percaya diri.

Mereka melanjutkan acara mereka dengan ikut menari bersama orang-orang mengikuti irama musik di bawah lampu berwarna-warni.

Mark bahkan sudah menggandeng dua wanita sekaligus sambil membiarkan mereka mencari kesempatan untuk mengelus dada bidang miliknya.

"Buset Mark, maruk banget." Ucap Lucas yang masih belum menggandeng seorang wanita.

"Nih ambil satu dah." Mark mendorong wanita yang tadi menempel padanya, kini wanita itu mulai menggoda-goda Lucas yang mulai kesenangan.

"Asik bisa nusuk." Antusiasnya membawa gadis itu keluar dari kerumunan.

"Mau pindah ke kamar gak?" Si wanita dengan sengaja mendekat dadanya pada Mark yang amat tergiur melihatnya.

Tanpa bicara banyak, Mark mengikuti jejak Lucas yang sudah pergi lebih dulu bersama seorang wanita.

Bedanya, Mark membawanya ke toilet. Orang gila ini sepertinya sudah lelah terus-menerus bermain di dalam kamar.

••••

To be continue...

Love in Wealth || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang