04

363 38 2
                                    

••••

Happy reading!

••••

Malam ini Haechan sudah siap ingin keluar dengan teman-temannya, pakaiannya lumayan terbuka hingga dada atas dan perutnya terlihat, celananya juga terbilang tipis.

Haechan berjalan keluar, untung kedua orang tuanya masih berada di rumah Mark jadi dia bebas.

Dirinya memang dikenal sebagai seorang mapres yang tak pernah melakukan hal nakal, sayangnya itu hanya terlihat di kampus dan di depan orang yang tak mengenalnya berbeda saat bersama dengan teman-temannya, dia menjadi liar dan melakukan segala hal yang diinginkan tanpa ada seorang pun yang berani melarang.

Ceklek

Haechan terdiam, begitupun orang yang baru saja ingin mengetok pintu.

Akhirnya dia kembali masuk kedalam rumah bersama orang tadi yang kini duduk menatap Haechan yang memakai jaket.

"Bentar kak saya buatin minuman." Ponselnya dia letakan di atas meja lalu pergi ke dapur untuk membuat minuman.

Yang disuruh menunggu beberapa kali menggelengkan kepala, masih belum percaya dengan penampilan Haechan yang baru dia lihat.

Ting!

Ting!

Dia penasaran mendengar suara notifikasi yang tak mau berhenti, sambil memastikan Haechan masih lama tanganya bergerak cepat menyalakan ponsel dan melihat notifikasi di layar ponsel.

Njunnn
Chan, jan lpa bwa buttplug lo
Yg pink lucu ya
Mksihh

Lagi-lagi dia terkejut setelah membacanya, sepertinya dia salah jika berpikir Haechan hanya seorang mapres yang selalu taat aturan dan tak pernah berbuat hal-hal yang tidak-tidak.

Kini dia duduk dengan kaku saat pemilik ponsel itu tiba sambil membawakan segelas teh.

"Maaf kak cuma sediain teh." Ucapnya kemudian duduk di seberang.

"Gapapa." Jawabnya setenang mungkin, jangan sampai di ketahuan membaca pesan yang masuk.

Haechan mengambil ponselnya dan membaca notifikasi yang masuk, matanya kemudian melirik orang di depannya yang sedang berpura-pura tak tau apa-apa.

"Kalo boleh tau, kak Mark kenapa datang kesini?" Haechan kembali dengan wajah datarnya menatap Mark yang sudah gelisah itu.

"Daddy lo yang nyuruh, katanya takut ninggalin lo sendiri di rumah." Mark meletakan kembali gelas berisi teh itu ke atas meja, matanya menatap lantai, entah mengapa dia jadi enggan menatap Haechan.

"Bentar lagi saya mau keluar, kakak bisa pulang." Haechan berdiri dan memasukkan ponselnya kedalam saku celana.

"Saya tinggal sebentar ya kak." Mark mengangguk, kemudian Haechan langsung pergi ke kamarnya karena temannya yang menitipkan parang padanya.

Saat menaiki tangga Haechan melirik Mark sebentar, dia tau laki-laki itu membaca pesan dari renjun sebab posisi ponselnya tadi berubah.

Gue kenapa jadi takut gini sialan?! Kan bagus gue jadi tau rahasianya!

Bisa gue pake buat ancem dia!

Pinter banget dah gue!

Mark kembali tenang dan menyeruput teh yang disediakan oleh Haechan, matanya kemudian berkeliling melihat beberapa figura yang di pajang, ada foto keluarga juga yang besar Mark sedikit iri dengan keluarga lengkap itu.

Love in Wealth || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang