••••
Happy reading!
••••
Semenjak kegiatan panas yang dilakukan pemuda ini bersama seorang mahasiswa, pikirannya jadi tak karuan.
Bayang-bayang saat dirinya menggagahi mahasiswa itu masih teringat jelas, bahkan suara merdu yang saling bersautan samar-samar terdengar.
Rasanya dia bisa gila karena terus memikirkan mahasiswa itu, pekerjaan yang diberikan ayahnya juga tak dapat dia kerjakan dengan benar.
Sampailah sebuah suara mengembalikan fokusnya.
"Jangan ngelamun kamu, kerjaan masih banyak." Mark berdecak kesal saat melihat beberapa tumpukan kertas kembali hinggap di mejanya.
"Yah, Mark mau keluar bentar dong, capek nih." Ucapnya mencoba merayu sang ayah agar mengizinkannya untuk keluar dari kantor.
"Baru segitu udah capek, selesain dulu baru keluar." Yang lebih tua berbalik dan berjalan pergi meninggalkan anaknya yang hanya bisa mengeluh.
Mark butuh sesuatu untuk menyegarkan pikirannya, sesuatu yang bisa mengembalikan fokusnya, sesuatu sepertiㅡ
Ceklek
"Saya disuruh Mae kesini, tadi juga udah ketemu ayahnya kakak." Bukannya fokus, Mark malah akan menjadi gila dengan kehadiran mahasiswa yang sudah pernah dia tiduri.
Sebisa mungkin Mark menenangkan pikirannya dan menanyakan alasan sang calon istri disuruh datang kesini.
"Ngapain lo kesini?!" Ucapannya terdengar ketus tapi matanya terus mencuri pandang ke arah bawah Haechan.
"Mae yang nyuruh, katanya sih disuruh ayah kakak." Jawabnya dengan santai.
Bocah itu sebenarnya juga tak ingin kesini tapi dirinya jelas menghormati orang tua, ya jadinya mau tak mau Haechan harus datang entah untuk apapun itu.
"Oh gue tau nih." Mark tersenyum menjengkelkan. "Lo bakalan di jadiin babu gue." Haechan sama sekali tak peduli dengan kata-kata yang baru saja keluar dari mulut pemuda mesum itu.
Tanpa disuruh Haechan langsung duduk sendiri sambil memainkan ponselnya.
Sementara orang lain di ruangan itu bukannya lanjut bekerja malah men curi-curi pandang pada Haechan.
Mata elang nya menemukan luka pada bibir plum mahasiswa itu, suara-suara bagaikan melodi saat mereka bercinta kembali berputar di kepalanya.
"Fuck." Umpatnya merasakan bawahnya yang terasa sesak.
Ceklek
Seorang pria masuk ke dalam ruangan membuat Mark kini bernapas lega, setidaknya di dalam ruangan tidak hanya ada dirinya dan Haechan.
"Haechan, ayah boleh minta tolong kan?" Yang lebih muda berdiri kemudian mengangguk.
"Kamu pergi sama Mark ya? Beli makanan buat orang-orang kantor." Ucapnya kini mengeluarkan kartu dari dalam dompet miliknya.
Mark yang awalnya ingin protes langsung berbinar melihat kartu hitam yang di keluarkan ayahnya.
Segera dirinya berdiri dan memakai jas yang sempat dia buka.
"Biar Mark aja, yah, Mark bisa kok." Kedua orang itu menatapnya satunya dengan tatapan datar dan satu lagi dengan tatapan aneh.
"Jangan biarin kartunya di pegang Mark ya, Haechan?" Haechan kembali mengangguk dan menerima kartu yang di berikan oleh Jaehyun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Wealth || Markhyuck
FanfictionWe married because of wealth but my love is sincere without valuing any wealth -Markhyuck -bxb Ranking : #2 in romantics 18/12/2022 #1 in wealth 10/01/2023 Start : 03/12/2022