Closet Gay:Jeno Lee

815 61 4
                                    

"ku pikir kau benar-benar sudah tidak peduli padaku"cibir ayah haechan ketika mendapati anaknya berjalan memasuki rumah

"Bibi ahn bilang ayah bahkan tidak bisa menggerakkan tubuh,tapi sepertinya bibi berlebihan"ucap haechan,netranya menatap muak pada ayahnya yang sedang duduk di sofa dengan sebatang rokok yang baru di sulut entah yang keberapa dan sebotol minuman yang tinggal setengah

Haechan pagi-pagi sekali terpaksa pulang kerumah ayahnya karena asisten yang dia sewa untuk merawat rumah itu menelfon dan mengatakan jika ayahnya sakit,bagaimanapun juga rasa kemanusiaannya lebih tinggi ketimbang dendam yang selama ini dia pendam sendiri

"Hah....wanita tua itu harus kuberikan ucapan terima kasih karena bisa membuat anak yang baru saja ingin memutus hubungan ayah-anak ini pulang"ayah haechan berbicara dengan masih menghisap rokok miliknya

Haechan tidak menghiraukan perkataan ayahnya,dirinya masuk ke dalam kamar miliknya dan mengambil sesuatu dalam laci lalu keluar kembali

Dia menuju dapur mengambil sebuah gelas kemudian menghampiri ayahnya dan duduk di kursi seberang,mulai menuangkan minuman pada gelas ayahnya dan gelasnya

Haechan mengangkat gelasnya di depan ayahnya"apa asiknya minum sendiri??....ayo bersulang...."

Ayah haechan yang awalnya hanya memperhatikan,mengulum senyum lalu mengambil gelasnya dan bersulang dengan haechan

Haechan merasakan bagaimana minuman itu masuk ke mulut dan melewati tenggorokannya,rasanya pahit dan terasa panas di tenggorokan tapi begitu candu

"Jadi apa yang membawamu pulang kemari?"tanya ayah haechan sembari meletakkan gelasnya dan mulai menyulut lagi sebatang rokok

"Rumah ini tentu saja"jawab haechan singkat,dirinya menuangkan kembali minuman dalam gelasnya

"Ah....kau sudah tau rupanya"ayah haechan hanya mengangguk paham

"Aku baru tau jika ayah begitu bodoh,menggadaikan rumah ini hanya untuk beberapa ratus juta"ujar haechan sarkas

"Mau bagaimana lagi,ayah yang bodoh ini tidak bekerja dan di terlantarkan anak satu-satunya,lalu untuk apa lagi sebuah rumah jika nantinya ayah akan berakhir di tempat penampungan lansia"ayah haechan berkata dengan santai,tanpa beban apapun,di pikirnya dia memang hanya sendiri,dia lebih suka menyerah daripada berjuang untuk sesuatu yang sudah jelas akhirnya

"Bagaimana jika prosesnya di percepat?"tanya haechan

Ayah haechan menaikkan sebelah alisnya"proses apa?"

"Pergi ke panti jompo"jawab haechan tenang"anggaplah ini kebaikan seorang anak yang tidak tega melihat ayahnya hidup sendirian,lagipula di sana akan ada yang merawat dan ayah juga akan mempunyai banyak teman sebaya,kalian bisa menghabiskan hari dengan bersantai,main catur,bercengkrama ah ya....kudengar ada panti jompo yang menyediakan sauna juga dan...."

"Hentikan sialan!!!"bentak ayah haechan geram

"Kenapa?ayah tidak suka?padahal kan hal itu terdengar menyenangkan untuk menghabiskan sisa usia senja"cibir haechan sambil menggoyangkan gelas di tangannya

"Aku akan tetap berada di sini"

"Ayah bilang tidak ingin sendirian?"tanya haechan

"Ini rumahku"jawab ayah haechan kesal

"Tidak lagi karena aku yang sudah menebusnya,jadi aku berniat mengubah hak miliknya atas namaku"ucap haechan yang makin membuat ayahnya kesal

"Jadi ini tujuanmu datang kemari?"

"Tentu saja"

"Kalau begitu berikan padaku sisa uang pembeliannya"

"Ayah masih bisa tinggal di sini dengan semua fasilitas di sini free,jadi kurasa itu sudah cukup untuk membayar sisa uang yang ayah maksud"

SHIPPER:I'm Not GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang