🌟13🌟

92 21 3
                                    

Scarlet berjalan sendiri di jalanan yang sepi, sesekali ia menendang batu kerikil yang dilewatinya. Tampak bayangan seseorang yang seakan mengikutinya, Scarlet menolehkan pandangannya ke belakang, tetapi setiap ia menoleh tak ada siapa-siapa. Hal itu berhasil membuat bulu kuduknya berdiri, ia segera mencari kontak Tara untuk mengiriminya pesan.

Scarlet
"Kaya ada orang yang ngikutin gue, gue takut sumpah."

Scarlet menggenggam ponselnya erat menunggu balasan dari sahabatnya itu, ponselnya bergetar. Namun, belum sempat ia membukanya, pandangannya sudah gelap, seseorang menutup hidungnya dengan kain yang sudah dibius.

Saat terbangun, Scarlet mendapati dirinya yang sudah terduduk di kursi dalam keadaan kaki dan tangan yang terikat. Ia terkejut, sekuat tenaga mencoba melepaskan ikatan itu. Alhasil, bukannya terlepas, dirinya malah terjatuh bersama dengan kursi itu.

Ruangan yang tadinya gelap dan sunyi, sekarang menghasilkan sedikit cahaya, seorang pria terlihat berjalan ke arahnya. Tak ada yang dapat Scarlet lakukan sekarang, ia memejamkan matanya seraya berdoa agar dirinya baik-baik saja.

Seseorang yang lain memasuki ruangan dan menghidupkan lampu, Scarlet cepat-cepat menghirup banyak udara. Karena perlu diketahui, gadis itu phobia gelap, yang menyebabkannya sesak napas saat berada di kegelapan.

"Lo cantik, mau jadi pacar gue?" ujar orang itu dengan seringaiannya. Scarlet tampak mengingat, ia seperti mengenali pria ini. Dan benar saja, pria itu adalah Zayn, musuh Alvaro.

"Gimana? Mau nggak?" lanjut Zayn, tapi hal tak terduga terjadi, Scarlet dengan lantang meludahi wajahnya.

"Sial!" desisnya segera membersihkan wajah itu dengan tisu.

Ia menjambak rambut Scarlet kuat, dan memotretnya. Scarlet tak tahu apa yang akan dilakukan pria itu, ia hanya dapat meringis kesakitan, tanpa bisa melakukan perlawanan sedikitpun.

Di sisi lain....

"Terakhir dia ngirim lo pesan kapan?" kata Alvaro dengan raut wajah yang khawatir, ia segera menuju rumah Tara saat gadis itu mengiriminya pesan tentang Scarlet.

"Jam delapan tadi, setelah itu dia gak bales pesan gue lagi," balas Tara yang juga terlihat sangat khawatir.

"Dia ada bilang ke lo dia mau ke mana?" tanya Alvaro.

"Kita baru pulang karena mampir ke perpustakaan, dan gue pikir dia baru sampai rumahnya, tapi gue gak tahu kenapa dia bilang dia di jalan mau ke rumah gue. Mungkin dia lagi ada masalah sama adek tirinya itu, gue harap dia baik-baik aja," jelas Tara.

Drttt... Drttt... Ponsel Alvaro bergetar, Zayn mengiriminya pesan. Alvaro menggenggam ponselnya dengan kuat, rahangnya mengeras. Ia langsung tancap gas meninggalkan Tara yang bahkan tak tahu apa isi dari pesan itu.

Motor Alvaro melaju dengan sangat kencang, ia menyalip banyak mobil dan motor lainnya. Tak peduli dengan keselamatan diri, ia melaju membelah jalanan gelap itu. Yang ia pikirkan sekarang adalah waktu, ia harus sampai di sana dengan cepat agar bisa menyelamatkan gadisnya.

Hitungan mundur, sepuluh, sembilan, delapan, tujuh, enam, lima, empat, tiga, dua, Alvaro memberhentikan motornya tepat di depan rumah tak berpenghuni itu, satu. Ia langsung berlari ke dalam, mencari di mana Scarlet berada.

ALSCAR [OnGoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang