--------
Kamu bisa bilang aku pengecut atau apapun itu. Yang jelas, mulai detik ini, kunci hati yang kuulurkan padamu, kutarik kembali
-
Nira Amalia
--------
Keesokan paginya, tepat pukul 5 pagi, Nira terbangun. Ia berniat untuk pari pagi sambil menikmati sunrise pagi hari di Bandung. Karena nanti jam 8, ia dan kedua orang tuanya akan pulang ke Jakarta, dan kembali lagi kesini saat masa kuliah nanti.Ia sudah siap dengan training dan kaos polos hitam yang dipakainya tadi malam. Hanya saja, sekarang ia memakai earphone di kedua telinganya dengan ponsel yang ia masukkan ke kantong celananya. Ia juga membawa uang jika nanti ia ingin membeli minuman dan sarapan diluar.
Sampai di anak tangga terakhir, ia melihat sang tante yang sibuk berkutik di dapur. Ia menghampiri, berniat pamit.
" Tante."
Tante Sari tersentak. Kepalanya menoleh ke belakang ketika mendengar ada seseorang yang memanggilnya.
" Loh, kamu sudah bangun?" Nira mengangguk.
" Nira mau lari pagi ya tante. Palingan di sekitar taman." Ijin Nira.
" Silahkan. Nanti mau sarapan di rumah apa disana?"
" Disana kayaknya tante. Jadi kalian sarapan aja dulu. Nira berangkat ya."
Nira pamit dan mulai melangkah keluar. Suasana pagi di Bandung memang menenangkan. Udara yang ia hirup pun masih terasa segar dan menyejukkan. Taman yang ia maksud tak terlalu jauh dari kediaman tantenya. Butuh waktu sekitar 5 menit dengan berjalan kaki.
Sampai disana, masih cukup sepi, entah kalau nanti. Tangannya memutar lagu 'Yet to Come-BTS' di playlist favoritnya. Ia Army jalur pandemi.
Tiga putaran telah ia tempuh. Kakinya melangkah menuju warung di sekitaran taman. Ia memesan air putih biasa. Ia teguk hingga tersisa setengah botol. Netranya melihat sekeliling, sudah mulai ramai, terlebih ini hari Minggu. Banyak keluarga dan pasangan pemuda pemudi yang melakukan aktivitas sama dengannya.
Cukup untuk istirahatnya, ia kembali melanjutkan lari paginya. Kali ini, ia fokus dengan ponsel ditangannya. Ia sedang berbalas pesan dengan Novan yang menayakan keberadaannya. Ia juga kesal karena Nira tidak mengajaknya lari pagi sekalian.
Nira terkekeh hingga...
Brukk
Oh my god
Nira menabrak laki-laki didepannya akibat terlalu asyik melihat ponsel. Ia langsung meminta maaf dan mengantongi ponselnya.
Laki-laki tadi menatap Nira.
Deg
" Daffa."
" Nira."
Kompak keduanya memanggil nama satu sama lain. Entah kebetulan yang baik atau tidak untuk pagi ini. Orang yang membuat Nira kepikiran tadi malam, sialnya kini ada dihadapannya.
----
" Kamu sendirian?" Tanya Daffa.
" Emm.. iya. Kalau kamu?"
" Sama."
Kini keduanya sedang duduk dipinggir jalan. Menunggu bubur ayam yang mereka pesan. Ya, setelah insiden tabrakan tadi, keduanya memutuskan untuk sarapan bersama.
Keduanya tidak mengobrol lagi. Berusaha sok sibuk dengan ponsel masing masing. Hawa canggung mengelilingi mereka. Hingga pesanan bubur ayam datang, menghancurkan kecanggungan mereka.
" Kamu suka bubur ayam?" Tanya Daffa.
" Suka. Tapi nggak yang suka banget."
Daffa mengangguk menanggapi gadis yang sejak kemarin mengusik hatinya. Ia kembali teringat dengan ucapan Novan kemarin. Setelah semalam merenung, Novan benar, ia harus melawan trauma dan Nira adalah gadis yang tepat, nggak neko neko.
YOU ARE READING
Until We Meet
RomanceCINTA Sebuah kata sederhana beribu makna Beribu orang mengaku percaya adanya cinta Tak sedikit pula yang dengan tegas tak mempercayai apa itu cinta, Nira contohnya Hingga suatu hari, perasaan bernama cinta ini muncul Menggedor pintu hati yang diket...