BAGIAN 01

1.2K 162 8
                                    


Matahari hampir tenggelam, sinar bulan sudah bangun dan siap untuk menggantikan posisi matahari. Angin berhembus seakan menusuk kulit para makhluk hidup yang berada disana. Jam menunjukkan pukul 15.30, tepat dimana banyak orang berlalu lalang untuk kembali kerumah atau sekedar mampir.

Terlihat seorang lelaki yang menghampiri dan duduk di halte bus yang tersedia. Shinsuke, dia salah satu orang yang baru saja pulang dari kantornya. Dia sendirian menunggu bus yang akan mengantarkannya ke tempat tinggalnya.

Tak lama, dia tidak sendiri di halte itu, ada 2 anak yang umurnya sekitar 4 tahun. Shinsuke yakin mereka kembar, karena memiliki fisik yang sama persis. Kedua anak tersebut menghampiri Shinsuke.

"Mama, kenapa kau sangat lama? Aku dan Samu menunggumu." Ucap salah satu anak.

Shinsuke mengerutkan keningnya, "Maaf, kalian salah orang?" Ucapnya dengan lembut.

Bukannya pergi, anak yang satunya malah memeluk Shinsuke. Tentu saja sang empu terkejut, bagaimanpun juga dia itu lelaki, kenapa harus dipanggil mama?

"Tolong kami, pria yang disana terus mengikuti kami sembari membawa pisau." Bisik anak yang memeluk Shinsuke.

Shinsuke yang sadar, segera menoleh ke pria yang dimaksud anak tersebut. Berjubah hitam dan seperti menyembunyikan sesuatu. Dia diam disana, tak berkutik sama sekali.

Shinsuke dengan sigap merogoh kantongnya untuk mengambil ponsel lalu menghubungi nomor polisi.

"Oh maaf, kalian terlalu lama menunggu ya? Bagaimana jika aku memasakkan makanan favorit kalian?" Ucap Shinsuke. Dia ragu jika harus memanggil dirinya mama.

"Horee!!" Seru kedua anak tersebut.

Tak lama kemudian, pria berjubah hitam tersebut pergi. Namun polisi berhasil menangkapnya. Shinsuke segera berterimakasih dengan polisi tersebut.

"Kemana orang tua kalian?" Tanya polisi ke si kembar.

"Kami dianggap tidak berguna, lalu diusir. 1 minggu kami bertahan dengan makanan yang diberi orang-orang." Ucap anak tersebut.

Shinsuke dan beberapa polisi yang mendengarkan ikut merasakan iba. Siapa yang tega mengusir anak yang masih belum mengerti apa-apa.

"Permisi, pak. Jika diizinkan, saya akan merawat mereka pak." Usul Shinsuke.

"Asal mereka mau. Sebenarnya saya berfikir untuk membawa mereka ke panti asuhan saja." Jawab polisi tersebut.

"TIDAK!! Justru panti asuhan juga mengusir kami, Samu trauma. Kami mau jika tinggal bersama dia." Ucapnya, matanya mulai berkaca-kaca.

Polisi itu berfikir sejenak, lalu menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, saya percayakan mereka kepada anda. Bisa sebutkan nama anda, nona?" Tanya polisi tersebut.

"Sebelumnya maaf, saya laki-laki. Nama saya Kita Shinsuke." Jawab Shinsuke.

Polisi itu sedikit terkejut, "Ah maaf, saya kira anda perempuan. Saya akan mengurus hak asuh 2 anak ini, mohon kerja samanya." Ucapnya, lalu meninggalkan Shinsuke dan dua anak tersebut.

"Siapa nama kalian?" Tanya Shinsuke.

"Aku Atsumu. Lalu dia adikku, Osamu." Ucap si kakak, Atsumu.

"Jika mama susah bedain, lihat dari arah rambut kami." Lanjut adiknya, Osamu.

Shinsuke tersenyum, "Baiklah, besok aku libur. Jadi kita bisa berbelanja di mall, bagaimana?"

"Kami tidur ditempat yang layak pun udah bersyukur." Ucap Atsumu.

Shinsuke tersenyum getir, dia tak bisa membayangkan apa yang terjadi pada kedua anak tersebut.

.
.
.
.

Ketiganya sampai di apartemen yang ditempati Shinsuke. Tempatnya lumayan luas, ada 2 tempat tidur juga walaupun Shinsuke tinggal sendiri disana.

"Kalian langsung mandi ya." Perintah Shinsuke, dan diangguki keduanya.

Shinsuke sendiri menuju kamarnya untuk meletakkan tasnya. Juga menghubungi seseorang, meminta bantuan membelikan baju untuk si kembar sementara.

"Mama" Panggil si kembar.

Shinsuke buru-buru keluar kamar dan menghampiri si kembar. Keduanya sudah mandi. Sangat mandiri, batinnya.

"Sementara kalian pakai baju sebelumnya ya, aku masih menyuruh teman untuk membelikan baju untuk kalian. Lalu susul aku ke dapur, kita makan malam." Ucap Shinsuke.

Si kembar segera memakai baju mereka, lalu menyusul Shinsuke ke dapur. Disela-sela melihat Shinsuke memasak, Osamu membuka suara.

"Apakah kau risih jika kami memanggilmu mama? Kami bisa mengganti dengan panggilan tuan." Ucap pelan Osamu.

Shinsuke menoleh dan mengelus surai Osamu, "Aku tak merasa risih, kalian boleh memanggilku senyamannya saja."

"Tapi tadi kau bilang jika kau itu lelaki, bukan masalah jika kami memanggil mama?" Tanya Atsumu lagi.

"Tsumu, aku memang lelaki. Tapi aku tak masalah jika kalian memanggilku mama, hanya saja aku belum terbiasa." Jelas Shinsuke.

"Lagipula mama memiliki tampang cantik, dan juga aku merasakan aura lemah lembut saat melihat mama." Lanjut Atsumu.

"Kau ini" Ucap Shinsuke sembari mencubit gemas pipi chubby Atsumu.

Saat makanan siap disajikan, terdengar bel berbunyi menandakan ada tamu. Shinsuke hendak menuju pintu depan karena dia tahu siapa yang datang.

Namun, Osamu lebih dulu berjalan kearah pintu, "Biar aku yang buka, ma." Ucapnya.

"Kalau begitu langsung ajak masuk, Samu." Balas Shinsuke.

"Siapa, ma? Kok langsung disuruh masuk?" Tanya Atsumu.

Shinsuke tersenyum tipis, lalu mengusak surai Atsumu. "Nanti saja, jangan lupa mengucapkan terimakasih ya." Ucapnya dengan lembut.

Sementara itu, Osamu sedikit kesusahan membuka pintu. Tapi, bukan Osamu namanya jika langsung menyerah, dia tetap berusaha membuka pintu hingga benar-benar terbuka.

"Oh, kau yang dimaksud Shin ya?" Ucap lelaki yang didepannya.

"Ayo masuk dulu, mama sudah memasak." Ajak Osamu dengan girang.

'mama?'

Lelaki itu menurut, dia mengikuti Osamu dibelakang. Terlihat menggemaskan saat berjalan dengan rambut yang terlihat baru saja kering.

"Rintarou, kau mendapatkannya?" Tanya Shinsuke saat lelaki itu sampai di dapur.

"Aku membeli 4 style pakaian, dan 2 sweater." Ucap lelaki yang dipanggil Rintarou, lalu memberikan 2 totebag yang berisi pakaian kepada si kembar.

Saat keduanya menerima totebag itu, mereka sangat senang. Raut wajah mereka semakin berbinar.

"Baik anak-anak, apa yang kalian ucapkan untuk uncle Rintarou?" Tanya Shinsuke.

"Terimakasih, papa Rin" Ucap keduanya.

Shinsuke maupun Rintarou sama-sama terkejut. Tapi Rintarou sama sekali tak mempermasalahkan.

"Hei, kenapa memanggilnya papa?" Ucap Shinsuke sembari menyamakan tingginya dengan si kembar.

"Sudahlah, Shin. Aku tak masalah mereka memanggilku papa, hitung-hitung simulasi papa muda." Ucap Rintarou.

Shinsuke menghela nafas, lalu menyuruh si kembar untuk berganti pakaian. Keduanya menurut, mereka langsung menuju kamar yang sudah ditunjukkan Shinsuke.

Kini, tinggal Shinsuke dan Rintarou saja yang berada di dapur.

"Bisa ceritakan bagaimana bisa kau membawa mereka kesini?" Desak Rintarou.

"Jangan sampai memberitahu yang lain terlebih dahulu, biarkan mereka tahu sendiri." Ucap Shinsuke.

"Baiklah, tapi biarkan aku ikut merawat si kembar denganmu." Ucap Rintarou.

Shinsuke mengangguk, lalu dia menceritakan dari awal si kembar memeluknya sampai polisi mengizinkannya untuk merawat dua anak itu.

Happiness [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang