Indahnya malam dengan bulan yang cerah, didampingi dengan banyaknya bintang menambah kesan indah untuk malam ini.Rintarou, Shinsuke dan si kembar berada di balkon kamar. Mereka duduk di kursi yang tersedia disana. Dengan Atsumu yang duduk dipangkuan sang mama sembari bermain game, dan Osamu berada dipangkuan sang papa dengan menatap langit-langit malam.
"Aku lelah menghitung bintang, kenapa mereka banyak sekali." Keluh osamu.
Dua orang dewasa itu tertawa mendengarnya.
"Kuasa Tuhan yang mampu menciptakan seluruh bintang tersebut. Tak hanya bintang, segala sesuatu yang ada didunia ini adalah ciptaan Tuhan." Ucap Shinsuke.
"Percuma adek hitung jumlah bintang, karena ga bakal bisa selesai." Lanjut Rintarou.
Osamu mengangguk, lalu ia menunjuk bintang yang terlihat lebih besar dari bintang lain. Bintang itu terletak tak jauh dari bulan, dan dua bintang kecil yang berada tengah posisi bulan dan bintang besar itu.
"Bulan yang bersinar terang itu adalah papa. Lalu bintang besar yang disana adalah mama. Dua bintang kecil itu adalah Tsumu dan aku." Ucap Osamu.
"Benar, papa akan disamping kalian dan menyinari semesta kalian. Mama akan selalu mendukung apapun keputusan kalian kelak, dan kalian berdua akan selalu menjadi kebanggaan kami." Ucap Rintarou.
"Benar, sekarang kalian berdua memiliki mama dan papa yang akan terus melindungi dan menjaga kalian." Lanjut Shinsuke.
Begitu hebat takdir Tuhan mempertemukan kedua anak malang itu dengan dua orang yang mampu membuat mereka kembali berjuang untuk hidup.
"Katanya papa mantan anggota band ya?" Tanya Atsumu.
"Tahu darimana? Perasaan papa tidak pernah menceritakannya." Jawab Rintarou.
"Kakek yang memberitahu, dia juga menunjukkan gitar yang papa gunakan." Ucap Atsumu.
"Sepertinya mama tahu, kakak ingin diajarkan bermain gitar, bukan?" Sahut Shinsuke.
Atsumu mengangguk antusias, "Nanti kalo Tsumu bisa, bakal sekeren papa tidak ya."
"Tentu saja. Jika kakak terus belajar, akan tercapai apa yang kakak inginkan. Hasil tidak akan mengkhianati usaha, sayang." Jawab Shinsuke sembari memberi kecupan gemas di pipi si sulung.
"Lalu adek? Ingin belajar alat musik juga?" Tawar Rintarou.
Osamu menggeleng, "Aku lebih ingin menjadi ahli memasak seperti mama." Ucapnya.
"Anak-anak pintar, keinginan untuk belajar itu sangat bagus. Asal kalian memiliki niat dan tekad yang kuat, maka percayalah jika suatu saat nanti keinginan kalian akan terwujud." Ucap Rintarou.
"Baiklah, sudah saatnya kalian tidur kids. Besok kita harus kembali kerumah." Lanjutnya.
🦊🦊🦊
Jam menunjukkan pukul 21.00, Rintarou dan Shinsuke masih terjaga, mereka berdua masih nyaman menikmati indahnya malam.
"Kembar tidak harus sama tujuan, ya." Ucap Rintarou.
"Kembar tak segalanya sama, bidang bakar mereka bahkan bisa saja berbeda." Sahut Shinsuke.
"Tapi kita sama loh walaupun tidak kembar." Ucap Rintarou.
Shinsuke mengerutkan keningnya, "Apa yang sama?" Tanyanya.
"Kita mencintai satu sama lain, benarkan?" Goda Rintarou.
Shinsuke memalingkan wajahnya, "Aku tak pernah mengatakan jika aku mencintaimu, Rintarou."
"Mengaku lah. Jangan khawatir, aku akan menikahimu, sayang." Ucap Rintarou sembari menarik Shinsuke untuk jatuh ke pelukannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness [ END ]
General FictionHal yang sama sekali tidak dipikirkan oleh Shinsuke, adalah menemukan anak kembar di halte saat pulang bekerja. Bukan bukan, lebih tepatnya dua anak tersebut memanggilnya dengan sebutan "mama".