06 | Sebuah Alasan

301 48 8
                                    

06 | Sebuah Alasan

.

.

[Bab ini hanya berisi flashback]

Sebulan setelah hari penyuluhan itu, semua kembali berjalan seperti biasa. 

Aku dan Kak Ganda lebih tepatnya, kembali ke kehidupan kami masing-masing. Aku dengan tumpukan buku dan soal-soal, dia dengan kesibukan OSIS nya itu, mungkin. Aku masih sering melihatnya mendisiplinkan murid-murid nakal lainnya atau mungkin mengatur ketertiban upacara hari senin.

Tak ada interaksi berarti yang terjadi diantara kami sesudah penyuluhan itu. Semua kembali seperti masa dimana kami belum mengenal satu sama lain. Setidaknya itu pikiranku, tidak tau kalau Kak Ganda. Lagipula kelas kami berbeda, kegiatan kami juga. Tidak ada satu kesamaan lagi atau mungkin kesempatan lain yang bisa kembali menghubungkan kami. 

Sesekali mungkin kami pernah bertukar sapa [baca: hanya dengan gestur menundukkan kepala] ketika tak sengaja bertatapan. Hanya semacam itu. 

Apa Kak Ganda sombong? Hmmb.., sebenarnya justru kalau dilihat dari banyaknya pertemanan lelaki itu, kak Ganda bisa disebut tipikal orang yang humble dan easy going. Normal lah untuk ukuran anak SMA pada umumnya. Hanya saja mungkin karena image galak ples rupa antagonisnya yang lebih menonjol, jadilah murid-murid lain yang belum terlalu mengenalnya — terutama aku dan teman-teman yang lain, memandangnya bak tokoh villain yang dingin, tegas, kejam, haus darah dan toksik. Udah sebelas-duabelaslah sama bayangan psikopat atau mafia Italia.

Jisell? Aman terkendali. Dia belum tahu perihal penyuluhan itu---dan kuharap tidak akan pernah tahu. Saat aku pergi waktu itu, dia tahu kalau aku pergi mewakili penyuluhan, tapi ya sudah sampai disitu. Dia tidak tahu menahu kalau aku pergi ke penyuluhan bersama Gandara, lelaki yang diidolakannya.

Oke, berhenti membicarakan Gandara.

Hari ini, setelah mengumpulkan angket pendaftaran ekstrakurikuler, Jisell menarikku ke kantin dan bergabung dengan pasangan baru di kelas kami, Katon dan Sarah. Mereka ini pasangan baru yang tengah bucin setelah jadi korban 'cie-cie' di kelas kami. Biasa kan ya kalo temen sekelas iseng ngegodain siapa sama siapa, terus jadi baper beneran gitu...?

"Tolong ya, nih pasangan berdua bisa pindah planet sekalian aja nggak sih, sepet banget mata gue liatnya, daritadi gelendotan mulu, heran deh." gerutu Jisell ketika jengah dengan adegan suap-suapan dihadapannya.

"Makanya merem. Ribet deh!" Katon menimpali Jisell. 

"Mentang-mentang baru punya pacar ketua kelas jadi ngelunjak ya.."

"Ya harus dong~ Mum-pung Pun-nyak! Ketimbang elo?. Kalo perlu nih, seluruh dunia harus tau kalau gue sama Sarah lagi in relationship!"

"Pret!" Jisell mencebikkan bibir. 

Dan seperti yang bisa diharapkan dari ketua kelas, Sarah melerai keduanya seperti biasa. "Udah beb, kok malah berantem sama Jisell sih," Suaranya mengalun lembut ke telinga kami. Tak lupa berlanjut menasehati Katon dengan wejangan-wejangan khas percintaan.

Aku bertatapan dengan Jisell, menahan senyum geli. Mulut Jisel kembali gatal mengejek, "Dasar bucin, generasi micin!"

"Nggak ada hubungannya ya.." Katon menoleh menimpali Jisell dengan tidak terima. Matanya menyipit penuh peringatan, "Sirik aja lo..!"

Astaga, ujung bibirku melengkung senyum. Nih orang berdua memang sama-sama kayak bocah! Nggak bisa gitu sehari tenang, pasti adaaa aja yang diributin.

Jisell menyahut lagi, belum mau kalah. "Siapa bilang nggak ada hubungannya? Ada, yes.."

Still Fallin' For You | [PINDAH KE FIZZO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang