01 | Wawancara

613 62 2
                                    

"OKE, last question!. Dari nainafrz04@mail.com: Kak Arawinda, aku ngefens banged sama kakak sejak Kak Ara jadi guest di acara  Najwa Sigap—jauh sebelum Kak Arawinda dikenalin sebagai Staf Presiden. Aku juga suka nonton konten-konten video kakak di channel yutub iSmart, sangat membantu banget.  Semenjak belajar pake iSmart aku jadi lebih mudah memahami materi pelajaran, apalagi sains. Cara penyampaiannya seru dan rinci, pokoknya suka banged!

Pertanyaan dari aku, apa tips dari kakak untuk para remaja diluar sana agar bisa fokus belajar mengejar cita-cita?. Apalagi di zaman sekarang yang banyak banget distraksinya. Apakah kak Ara pernah mengalami godaan ditengah jalan kayak masalah percintaan atau mungkin toxic relationship antar sahabat gitu? Masa SMA kan biasanya rawan banget kak, hormon lagi puber-pubernya, labil dan semacamnya. Kalo pernah, apa saran dari kakak agar bisa melewati itu semua? Terima kasih."

Ruang kerjaku hari ini tampak sedikit hidup dengan kehadiran Jisella Rumi, sahabat —yang sialnya, juga seorang jurnalis kawakan Up News yang kini tengah memaksaku untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan wawancaranya dengan dalih demi hidup dan mati!

Tadi selepas jam makan siang, perempuan itu benar-benar muncul  menemuiku di markas iSmart dengan penampilan paripurna lengkap dengan lanyard kebanggaan dari Up News dan kantung mata tebal menggelantung dibawah mata yang sulit disamarkan

Seminggu yang lalu Ningsih—sekretarisku, mengatakan perihal permintaan wawancara dari Up News oleh Jisell. Cukup mengejutkan juga sih karena seringnya dia menyambangi iSmart untuk mengajakku hangout, bukan untuk urusan pekerjaan seperti ini. 

Untuk masalah wawancara, sebenarnya aku tidak terlalu khawatir. Aku tahu, sebagai jurnalis Jisell memiliki kredibilitas yang baik. Buktinya selama ini persahabatan kami adem ayem saja meski jika ditilik dari profesi masing-masing, hubungan kami sudah selayaknya predator dan mangsa, dia pencari berita dan aku sumber beritanya. Lihat juga caranya melobi wawancara, bukannya memanfaatkan jalan pintas, dia justru tetap memilih mengikuti prosedur dengan profesional. 

Dia bercerita, semua ini bermula setelah kejadian dimana Pak Damar—bosnya yang tidak sengaja bertemu kami dua bulan lalu di Mall Raya, akhirnya mengetahui hubungan persahabatan diantara kami. Beliau jadi gencar mendesak Jisell untuk segera mengatur sebuah wawancara ekslusif diantara aku dan Up News menggunakan koneksinya. 

Menurut Pak Damar, ini kesempatan bagus jika mengingat kebiasaanku yang jarang sekali menerima sesi interview dari media. Belum lagi berita tentangku yang saat ini tengah panas-panasnya.

Dari raut wajahnya, aku sadar Jisell sendiri sebenarnya tidak terlalu suka dengan ide ini. Dia sempat meminta maaf kepadaku dan menjelaskan posisinya yang sulit. Posisinya sebagai kacung membuatnya—mau tak mau— harus menerima semua titah sang bos bila dia tidak ingin ditendang dari perusahaan. 

"Ra, jawab" celetuknya "Malah bengong.."

"Eh, apa tadi pertanyaannya? Tips buat fokus belajar ya?" ulangku memastikan

"Tips fokus belajar sama cara menghadapi godaan."

Aku tak kuasa terkikik, "Berasa jadi pendakwah weh..."

"Jama-ah~, ooh~ jama-ah~. Alhamdu? Lillah. Baiklah kepada Ustadzah Arawinda, waktu dan tempat disilahkan."

Masih dengan sisa-sisa tawa yang terurai aku menjawab, "Kalo aku dulu sih biar fokus belajar caranya ya pastiin punya tujuan dulu yang mau diraih. Semisal, "Pengen dapat juara satu!", "Pengen keterima di sekolah favorit!", "Pengen jadi dokter!", "Pengen jadi pengusaha kaya!", apapun, yang penting punya pemantiknya dulu."

Kelip lampu recorder masih menyala diatas meja. "Baru habis itu bikin circle atau pilih lingkungan sehat yang bikin aku ingat terus sama tujuan awal aku. Pilih temen yang baik, bikin suasana belajar yang nyaman, menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat, gali potensi kenali diri. Jujur, waktu SMA itu aku agak ambisius banget, kamu juga sadar kan, Sell?"

Still Fallin' For You | [PINDAH KE FIZZO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang