02. Makan Malam Bersama Keluarga?

11.3K 693 3
                                    

A..aku mau ikut bersama kalian, terima kasih kakek dan nenek!"

Ya Anggela menganggap rumahnya sudah hilang ketika ayah dan ibunya membuang dirinya.

Lagipula kedua orang tua itu terlihat baik dan melihat tatapan berbinar sepasang suami istri itu membuatnya tidak tega untuk menolak ajakan mereka.

Mengingat bagaimana kedua orang tuanya meninggalkan dirinya, Anggela yang saat ini berada di tubuh Anggeline menatap nanar pantulan dirinya yang terlihat samar saat melewati ruang kelas dengan jendela kaca.

Hingga tiba di depan kelas XII-IPA 3, Anggela masuk ke ruang kelas untuk memeriksa tasnya.

Dapat!

Anggela segera mengambil tasnya dan memeriksa apakah ada barang yang bisa di jadikan petunjuk utuk pulang ke rumahnya atau tidak.

Ada sebuah dompet kulit yang terlihat tua dan usang, dengan cepat Anggela membuka dompetnya dan melihat ada kartu identitas siswa lengkap dengan alamat rumahnya.

Anggela juga melihat sebuah handphone bermerek samsung, untungnya hp itu tidak di kunci sehingga Anggela bisa langsung membukanya tanpa repot memikirkan sandi HP.

Jam menunjukan pukul 19.38 malam, ia segera memesan gojek dengan tujuan alamat rumahnya.

Sekitar 20 menit menunggu, akhirnya gojek yang ditunggu-tunggu pun datang menjemputnya.

" maaf Non, ini alamat tujuannya ga salah kan?"

"Iya pak, emang kenapa?"

"Ga apa-apa non, cuman mastiin aja" terlihat senyum cerah di wajah abang gojek membuat Anggela merasa aneh.

Sudah sampai!

Anggela kaget melihat rumah di depannya, tidak ini bukan rumah ini adalah istana!

Walaupun di kehidupan sebelumnya, rumah kedua orang tua Anggela juga terbilang besar tapi rumah yang di hadapannya ini 10x lebih besar dari rumahnya saat masih bersama ayah dan ibunya.

"Pak, ini ga salah alamat kan?"

"Lah non, tadi katanya alamat tujuan udah bener, berarti emang benar non" rada kesal menanggapi nona muda di hadapannya 'rumah sendiri juga bisa lupa? Astaga anak muda jaman sekarang!' Batinnya sambil megeleng-gelengkan kepala, meski begitu dia tetap berperilaku ramah.

Anggela malu, segera dia cepat mengeluarkan uang dari dompetnya dan berjalan menuju gerbang besar rumahnya.

Satpam yang berjaga segera mengenali Anggela dan lekas berjalan kearahya.

"Non Anggeline kenapa bisa pulang selarut ini?" Tanya satpam dengan suara khas bapak-bapak dan menunjukan raut khawatirnya.

Ia tau anak majikannya yang ini memiliki IQ yang rendah, itu membuat keluarganya tidak peduli pada nona Anggeline, namun nona Anggeline nya ini memiliki sifat yang sopan dan baik hati tidak seperti adiknya nona Amelda dan kakaknya tuan muda Kenzo yang arogan.

Sifat sopan dan baik hati Anggela membuatnya dekat dengan para pelayan yang ada di rumah ini.

Kadang ia berpikir, bagaimana bisa nyonya dan tuan tidak bisa melihat kelebihan anaknya yang satu ini.

Rasanya ingin menasihati kedua orang tua Anggela tapi dia sadar akan posisinya hanya sebatas bawahan.

Anggela menjadi sedikit kaku, lalu langsung tersenyum ramah.

"Tadi saya bareng teman, ngerjain tugas kelompok pak, makanya pulangnya malam"

'Saya?' sejak kapan nona menggunakan bahasa yang formal? Ahh lupakan, nona pasti hanya kelelahan.

Anggeline Or AnggelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang