25. Jalan-Jalan bersama Rena

5.3K 399 2
                                    

Anggel tak bisa mendengar apa pembicaraan Rion dan gadis itu tapi Anggel dapat mengetahui jika Rion sedang memarahi gadis itu.

Terbukti dari Rion yang berbicara dengan wajah yang merah dan sambil menunjuk-nunjuk gadis itu, lalu gadis itu hanya bisa menunduk sambil menangis.

'Siapa gadis itu? Dan apa yang bereka berdua bicarain' Guman Anggel pelan sambil memalingkan wajahnya yang sedang berpikir.

Ketika melihat ke arah Rion dan gadis itu lagi, keduanya telah pergi.

Anggel membuang nafas kasar, lalu dengan malas membalikan badannya.

'Deg'

jantung Anggel terasa mau copot dari tempatnya.

Saat ini Rion berdiri di depannya dengan ekspresi yang menyeramkan dan wajah yang merah serta beberapa urat di wajahnya timbul.

"Lo ngapain di sini?" Tanya Rion berusaha menahan emosi.

"Ah....itu....tadi...g-gue itu, aaa...g-ue..." ucap Anggel terbata-bata dan masih mencari alasan yang logis untuk diberikan kepada Rion.

"Lo dengar apa aja yang gue omongin sama dia?" Tanya Rion yang sadar Anggel tidak bisa menjawab pertanyaannya.

"Gue ga denger apa-apa, sumpah!" Jawab Anggel dengan cepat dan menunjukan kedua jarinya membentuk piece, dirinya tak berbohong kali ini.

Rion mencoba mencari jejak kebohongan di mata Anggel namun nihil, dia tidak menemukannya sama sekali.

"Lain kali jangan pernah coba-coba ikutin gue lagi secara diam-diam! lo udah kek penguntit tau ga?" Ujar Rion dingin langsung meninggalkan Anggel sendirian.

Anggel yang mendengar itu terdiam di tempat, hatinya terasa nyeri ketika mendengar ucapan dingin dari Rion.

Dengan cepat dia menepis perasaannya, toh..dia juga pernah ditinggalkan oleh orang tua kandungnya saat masih di tubuh Anggela dan juga pernah di abaikan oleh orangtua Anggeline dan saudaranya.

Jadi untuk apa bersedih?

Yah people come and go sesuka hati jadi wajar saja jika Rion ingin meninggalkannya.

Tak mau memikirkannya lagi, Anggel langsung berjalan menuju kelasnya.

...

Keesokan harinya tepat di hari sabtu, Anggel dan Rena pergi berduaan untuk jalan-jalan.

Rena mengajak Anggel pergi ke salah satu mall terbesar dikota tempat mereka tinggal.

Mereka berdua pergi ke time zone untuk bermain.

Rena nampak sangat antusias mencoba segala permainan yang ada di time zone.

Sedangkan Anggel hanya memantau Rena dan di sekelilingnya dengan hati-hati agar Rena tidak mencurigainya.

Untuk saat ini semuanya masih aman terkendali.

Rena yang melihat Anggel hanya diam sambil mengawasi keadaan langsung mengajak Anggel ikut bermain.

Anggel hanya menuruti kemauaan Rena tapi tak menurunkan kewaspadaannya

Keduanya terus bermain hingga kelelahan.

Setelah itu mereka berdua pergi ke salah satu restoran yang ada di mall.

Saat tiba Rena langsung memesan makanan dan minuman sedangkan Anggel duduk dan memantau dari meja pelanggan.

Pikiran Anggel saat ini di penuhi dengan wajah Rion yang beberapa hari lalu tamapak marah, mulai dari kejadian itu Anggel merasa Rion menjauhinya.

Ketika sedang asik-asik melamun Anggel di kejutkan dengan suara pemuda yang memanggilnya.

"Anggel?" Sapa pemuda itu memastikan.

Anggel melihat ke arah pemuda itu dengan ekspresi bingung dan mengamati.

Pemuda itu paham dengan ekspresi Anggel yang tidak mengenalinya langsung mengulurkan tangannya.

"Ivander, yang waktu itu lo mukulin gue di gang!" Ucap Ivander sambil tertawa kecil ketika mengingat kejadian dimana dirinya di pukul oleh gadis didepannya.

Walau dalam keadaan binggung, Anggel juga mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Ivander, walaupun tak mengenalinya tetap harus bersikap sopan.

Selepas itu Ivander duduk di kursi depan Anggel.

"Emang gue pernah mukulin lo?" Tanya Anggel dengan dahi berkerut untuk memastikan, pasalnya dia tidak mengingat dirinya pernah memukul cowo seganteng ini.

Ivander tertawa mendengar itu, berpikir wajar jika Anggel tidak mengingat wajahnya karena waktu itu malam dan gangny yang gelap.

"Iya...lo lupa dulu lo pernah bantuin Leonardo waktu malam hari di gang gelap, trus lo juga injek kaki teman gue sama lo juga mukulin gue!" Ivander menjelaskan dan tertawa kecil di akhir kalimatnya.

Anggel segera berpikir.

Oh iya! Dia mengingatnya sekarang, jadi cowo ini yang di pukulnya waktu itu.

"Oh...ya gue inget! Trus sekarang lo mau apa? Malam itu gue juga udah minta maaf ya, lagian lo juga kan mau nampar gue duluan! Jadi kita impas" ucap Anggel dengan tatapan sinis.

"Tenang aja gue kesini mau minta maaf sama lo karena waktu itu gue mau nampar lo!" Balas Ivander panik ketika melihat tatapan sinis Anggel "lo mau maafin gue kan?" Sambunya lagi dengan pelan.

Anggel melihat Ivander sebentar lalu melihat ke arah Rena yang masih sibuk memilih menu makanan.

"Gue maafin" Anggel menjeda perkataannya "tapi lo harus traktir gue sama temen gue, deal?" Sambungnya dan melihat Ivander dengan alisnya yang naik-turun memastikan.

Ivander yang mendengar itu langsung menyetujui permintaan Anggel.

Toh...demi mendapat maaf dari Anggel dirinya akan melakukan apapun.

Selepas kejadian Anggel memukulnya, Ivander tidak pernah berhenti memikirkan Anggel.

Setiap tidur, makan, nongkrong, dirinya selalu terbayang tingkah Anggel yang pemberani.

Karena kejadian itu di malam hari, Ivander tidak melihat wajah Anggel dengan jelas, tetapi tau jika Anggel adalah gadis yang cantik.

Dirinya sudah mencoba meyakinkan dirinya tidak jatuh cinta pada Anggel namun hasilnya nihil, dirinya kini menyadari bahwa sebenarnya dia jatuh cinta kepada Anggel saat sesudah Anggel memukulnya.

"Yaudah pesan apa aja nanti gue yang bayar!" Ucap Ivander.

"Beneran?"

"Iya!"

"Okey...tunggu bentar!" Anggel merasa senang bukan main, dirinya mendapat traktiran gratis lagi kali ini.

Dengan perasaan senang, Anggel menghampiri Rena lalu mulai memesan apa saja yang ingin dia makan.

Setelah memesan berbagai menu makanan, Anggel dan Rena menuju ke meja mereka.

Rena yang melihat ada seorang pria tamapan Yang duduk di meja mereka menjadi bingung lalu berbisik di telinga Anggel.

"Anggel itu siapa? Kok bisa duduk di sini?"

"Udah diem aja! Ni orang yang ngetraktir kita, jadi jangan banyak tanya, oke!" Balas Anggel dengan berbisik juga.

Rena yang mendengar itu mengangguk patuh.

Oh ya..kenalin ini temen gue Rena, Rena ini kenalan gue Ivander!" Ucap Anggel memperkenalakn pada mereka berdua.

Rena reflek mengulurkan tangan kanannya yang langsung di terima oleh Ivander dengan senyum ramah.

Rena merasakan hatinya bergetar ketika melihat senyum Ivander.

'Sumpah ganteng banget, pengen teriak argghhhhhh!' Teriak Rena dalam hati.

Ivander risih ingin melepaskan tangannya dari Rena, namun Rena terlihat engan melepaskan tangannya.

Anggel yang melihat Ivander menjadi risih langsung menyenggol tangan Rena dengan sedikit kencang.

Rena yang sadar akan kelakuannya langsung melepaskan tangannya dengan tak rela dan tertawa genit.

"Hehe sory, gue suka lupa diri kalo ketemu cogan" ucap Rena terus terang.

Anggeline Or AnggelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang