setengah tahun? 1 tahun? sudah 2 tahun Jisung berjuang mati matian untuk bisa mendapatkan pengakuan resmi dari Chenle jika mereka berdua pacaran, namun nyatanya Chenle masih ragu untuk membuka pintu hatinya.
Apa Jisung menyerah? pastinya tidak, teta...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rumor hubungan Chenle dan Jisung mulai menyebar, semua siswi dan boti membahas tentang masalah itu semenjak kejadian dihari senin dimana Jisung dengan lantang mengatakan jika Chenle adalah pacarnya.
Seminggu ini Jisung memberlakukan silent treatment pada Chenle, namun Chenle tidak merasa dirugikan dengan hal itu justru Jisung lah yang merasa tersiksa karena tidak bisa berbicara dengan Chenle, padahal jiwa dan raganya sudah diabdikan hanya untuk Chenle seorang.
Diam diam Jisung mencuri curi pandang pada Chenle yang sedang menikmati ramennya sedirian. Jeno yang sudah curiga sedari tadi dengan tingkah aneh si bocil akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.
"Eh sat!" Si Jisung meloncat kaget karena dengan tiba tiba Jeno menepuk pahanya lumayan keras.
"Gobl*k sakit asu!" kulit paha Jisung memanas akibat Jeno, eh si Jeno malah nyengir tanpa ngerasa berdosa, untung aja hari ini Jeno lagi baek hati neraktir Jisung jadi Jisung mengurungkan niatnya untuk membalas perbuatan Jeno.
"Lo ngapain dari tapi clingak clinguk ke Chenle? lo beneran pacaran sama tuh anak?" Jeno benar benar sepenasaran itu.
"Belum, tapi gue udah nembak dia" dengan pede dan tampa rasa takut si Jisung membeberkan rahasia besarnya itu ke Jeno, dan kalian tau bagaimana reaksi Jeno? rahang Jeno terjatuh tak percaya jika teman sedari paudnya itu adalah seorang gay!
"COY! BERATI GOSIP ITU BENER?" Jisung memutar bola matanya malas saat melihat reaksi berlebihan Jeno.
"Gue cabut dulu nyamperin Chenle, thanks traktirannya" Bener bener si Jisung main nyelonong aja padahal si Jeno masih ingin mengulik lebih dalam lagi tentang hubungan rumor yang beredar itu!!
"uhuk uhuk ekhhmm" Chenle dengan wajah datar lebih ke mengarah tidak peduli melihat Jisung disebelahnya.
"Udah seha-"
"Ngapain lo!" Anjim bgt! belum juga selesai Jisung ngomong dengan sewotnya Chenle menyela omongan Jisung. Tapi Chenle dilihat lihat makin lucu ya kalau ngambek gini, begitu perkiraan batin Jisung sekarang.
"Makan sendirian boss?" Jisung mencoba akrab dengan Chenle, ada rasa penyesalan dihatinya semingguan ini dia menghilang dari Chenle, telpon, wa, email dari Chenle pun tidak ia balas.
"Lo ga buta kan?" Gini nih, basi banget pertanyaan Jisung, padahal udah jelas Chenle duduk sendiri masih aja ditanya!
"Ga usah marah gitu kali" Jisung merebut sendok berisikan dumpling yang sudah hampir masuk ke mulut Chenle.
"lo makin imut kalau ngambek gini" Jisung melahap dumpling itu tanpa merasa bersalah, bukan merasa bersalah karena merebut dumpling Chenle tapi karena membuat pipi Chenle memerah.
"Babi! dumpling GUE!" Chenle merebut sendoknya kembali lalu menjauhkan semangkok ramen dan damplingnya dari Jisung.
"Kalau salting tuh ngomong aja, ga usah ditahan tahan" Jisung suka melihat Chenle salah tingkah seperti itu, kulit nya yang putih disertai rona merah dipipi benar benar bisa membius perhatiannya.
"bacot anj- uhuk uhuk" Chenle tersedak dumpling yang tadi ia telan bulat bulat.
"Telen dulu baru ngomong, minum cepet" Dengan telaten Jisung membantu Chenle untuk meneguk minumannya.
"Belum jadi pacar aja gue seperhatian ini, gimana kalau gue beneran jadi pacar lo?" Chenle termenung memikirkan perkataan Jisung barusan, mungkinkah Chenle harus menerima jika dia menyukai seorang pria?
"Pagi, Chenle" Lea dengan nampan makanan ditangannya datang menghampiri Chenle, Jisung menyambut Lea dengan tatapan tidak suka sama halnya dengan Lea yang baru saja menyadari kehadiran Jisung.
"Kamu lagi kamu lagi, ga punya temen ya sampai setiap hari kamu nempel sama Chenle?" Wah si Lea belum tau aja Jisung ini mantan berandalan, kalau si Lea ini cowo mungkin hari ini nyawanya bisa habis ditangan Jisung.
"dasar nenek lampir" Sindiran Jisung itu ngebuat Lea naik pitam.
"Cowo punya mulut kaya banci!"
Sebelum masalah semakin besar, Chenle mengambil alih perselisihan itu sebagai penengah.