Aku menyadari posisiku sedang tidak aman, kedua teman Niko seperti sudah diberi tugasnya masing-masing. Iya! Aku menyimpulkan Niko telah mengatur semuanya.
"Za! Di! Kalian berdua tahu apa yang harus kalian lakukan?" Ujar Niko pada dua orang itu.
Tanpa menjawab keduanya langsung menghampiriku.
"Enaknya kita apain nih anak?" Ucap salah satunya
"Hajar aja langsung!" Jawab kawannya
Niko hanya diam menyaksikannya. Waktu itu aku berusaha agar tidak panik, menguasai diri sendiri dalam kondisi tidak aman, berusaha untuk tenang.
"Kalian mau main keroyokan?" Ucapku.
"Halah! Banyak omong lu!" Kata orang yang badannya agak gempal. Dia menyerang, berusaha melayangkan pukulan. Namun aku sudah bisa membacanya,dengan secepat mungkin menghindar. Mengetahui pukulannya tidak mengenai sasaran, dia kembali melakukan serangan, berusaha merubuhkanku dengan tendangan kakinya. Aku tidak lalai dengan segera mundur menghindar. Nahas karena terlalu bersemangat mengeluarkan tenaga untuk menjatuhkanku orang yang Niko panggil dengan nama Didi itu terbawa tenaganya sendiri. Ia tersungkur. Tanpa membuang waktu aku gunakan kesempatan baik itu, menendang pinggangnya bertulang kali. Tendanganku membuatnya mengaduh. Melihat temennya rubuh, Reza tidak tinggal diam. Dia langsung menyerang. Jika saja tadi tidak segera menghindar sudah barang tentu aku terkena hantaman kepalan tangannya.
"Jago juga lu ternyata." Kata dia
Meski tidak pandai bela diri, aku masih hapal bagaimana cara menangkis dan menghindar serangan musuh. Waktu SMP dulu pernah mengikuti latihan beladiri seminggu sekali di sekolah.
Niko tetap diam. Sesekali dia mengerutu melihat kedua temannya itu tidak berhasil melumpuhkanku.
"Reza lu Cemen amat sih, hajar.' ucapnya.
Dalam hati aku tertawa. Niko hanya bisa memerintah dan mengandalkan orang lain, sedangkan dirinya sendiri tidak berbuat apa-apa.Malam itu aku mati-matian melawan Reza, Didi dan Niko. Namun malang bagiku, tidak bisa melawannya lagi. Saat Reza dan Didi kompak menyerang, tiba-tiba dari arah belakang Niko memukul pundakk. Seketika aku tersungkur, rasa sakit hantaman pukulan itu membuat pandangan menjadi buram,lalu kemudian gelap tidak terlihat apa apa lagi.Aku tidak tahu berapa lama tidak sadarkan diri. Saat mata ini terbuka kedua tangan sudah terikat di sebuah kursi kecil. Mulutku dilakban.
"Ini masih di tempat yang sama." Ucapku dalam hati. Tidak lama kemudian dua orang teman Niko datang, aku pura-pura masih tidak sadarkan diri.
"Dia belum sadar Za!"
"Belum. Lu lihat aja tuh. Selama Niko gak nyuruh kita gak perlu berbuat apa-apa, biarin aja."
"Tapi gue masih kesel, lihat nih bekas tendangannya, masih terasa sakit."
"Gue juga sama Za. Tapi gak apa- apalah segini wajar."
"Di Gue keluar bentar ya, lu tunggu disini, jagain."
"Jangan lama-lama."
"Iya."
Dalam kondisi terikat, aku mengamati keadaan. Reza sudah pergi. Jika melakukan perlawanan akan lebih mudah karena hanya menghadapi Didi.
"Dimana aku?" Ucapku
"Didi langsung menatapku, Didi kemudian mendekat
"Lu udah sadar." Jawabnya
"Lepasin."
"Lepas! Lu pikir gue bodoh mau ngelepasin."
"Aku mau buang air."
"Jangan coba-coba menipu, itu hanya akal-akalan aja kan? Gue lepasin ikatannya lu kabur. Gue gak sebodoh itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Cintaku Bersama Bang Rian Sang Kuli Season Dua Pencarian Jati Diri
RomanceSetelah Putus dengan Bang Rian, Julian memulai kembali petualangan cintanya. Om Fauji adalah seorang duda beranak satu yang Julian kenal lewat aplikasi kencan. dari perkenalan itu, mereka akhirnya menjalin hubungan. namun tak dinyana, dari hubungann...