SKANDAL CINTA BANG REIHAN DAN FAK FAJAR

389 9 0
                                    

Haruskah aku menyelidiki ini lebih dalam? Bang Reihan! Apa yang sebenarnya terjadi pada dia? Dan ada apa antara ia dengan Pak Fajar?

"Mbk Abang kemana?" Tanyaku pada Mbk Vika yang kala itu sedang duduk santai, usia kandungannya kini telah menginjak empat bulan

"Tadi bilang sama mbk ada perlu." Jawab Mbk Vika

"Kemana?"

"Dia gak bilang."

"Abang sering sekali keluar malam akhir-ahir ini, banyak urusannya ya?"

"Ya begitulah Ian. Gak papa, mbk percaya kok, dia gak akan berbuat macam-macam."

Dalam hati igin sekali aku menanyakan hal yang lebih dalam sama Mbk Vika, soal hubungan mereka diatas tempat tidur. Namun itu tidak mungkin, tidak sepatutnya menanyakan hal tabu seperti itu.
Waktu menunjukkan pukul satu malam saat aku selesai mengerjakan tugas. Bang Reihan belum pulang. Aku memutuskan tidur.
Paginya Bang Reihan bangun kesiangan. Berbagai hal tidak biasa yang ia lakukan tak luput dari pengamatanku. Jarang sekali Bang Reihan bangun kesiangan seperti itu. Ia  adalah seorang yang cukup disiplin pada waktu.
Suatu hari aku memberanikan diri bertanya padanya.

"Bang apa mbk Vika sama sekali tidak bisa melayani Abang?"

"Enggak,Ian. Dan untuk memintanya, Abang tidak tega, takut malah membuatnya stress."

"Maaf kalau pertanyaan Ian enggak sopan, kan Abang pernah bilang, kalau Abang ini Hyper. Ini kita bicara sebagai sesama lelaki. Jika Abang pengen banget ngapain?"

"Ya ngeluarin sendiri, seperti kemarin kamu meregoki Abang. Kenapa? 

"Emang gak minta sama mbk Vika?"

Bang Reihan hanya tersenyum tipis mendengar pertanyaan itu, dia enggan menjawab dan atau berkomentar. Ia meneruskan bicara

"Kamu kenapa tanya-tanya seperti ini? Mau bantuin Abang lagi apa?"

"Gak papa. Oh iya Bang, beli bibit tanaman apa saja dari Pak Fajar?"

"Bibit tomat yang kemarin itu dari dia."

"Ian merasa Abang  semakin akrab sama Pak Fajar?"

"Kamu kenapa masih saja menanyakan hal itu? Emang ada yang salah?"

"Bukan seperti itu maksudnya."

"Lalu? Sudahlah, pertanyaanmu tidak penting."

Setalah mengatakan kalimat itu, ia pergi ke kamarnya.

Aku berusaha menelaah dan menafsirkan perubahan raut wajah Bang Reihan saat menanyakan soal Pak Fajar tadi, dia terlihat agak sinis, dan tidak mau  membahasnya lebih jauh. Beberapa menit berlalu, aku memutuskan tidur, asa kantuk yang menyerang memaksaku untuk menunda tugas. Namun baru hendak memejamkan mata, ada yang mengetuk pintu kamar. Itu  Bang Reihan.

"Ian buka pintunya." Ucapnya dari luar terdengar pelan

Tanpa menjawab, aku membuka pintu,ia segera masuk, langsung duduk di tepi tempat tidur

"Udah tidur?" Tanyanya seperti orang bingung

"Baru mau tidur."

Aku duduk di kursi tidak jauh dari tempat ia duduk. Bang Reihan diam beberapa saat, kegelisahan nampak begitu jelas.

"Abang kenapa?" Tanyaku

"Kamu pasti sudah tahu kalau seperti ini Abang kenapa! Maaf soal tadi."

Aku berusaha tidak mempedulikannya, namun beberapa detik kemudian, ia menepuk pundakku

"Ian! Abang boleh minta lagi gak?"

"Minta apa?" Jawabku pura-pura tidak mengerti

"Seperti yang kemarin. Boleh?"

Kisah Cintaku Bersama Bang Rian Sang Kuli Season Dua Pencarian Jati DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang