NIKO DAN FERY

424 7 2
                                    

Aku mencoba mendekati Niko, ingin lebih tahu kepribadian dia yang sesungguhnya. Sikapnya yang kadang dingin dan cuek membuat orang enggan dan malas dekat dengannya. Niko hanya akan peduli dengan seseorang yang ia suka.
Sepulang bertemu Narti aku ke rumah Om Fauji. Aktivitas Niko lebih banyak ia habiskan dirumah, selebihnya berkumpul dengan kawan lama dan tongkrongannya. Dia sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya saat aku sampai.

"Lagi apa Nik?" Tanyaku

Ia tidak menjawab, hanya melihatku dengan sudut mata. Aku berlalu ke kamar menyimpan tas dan berganti pakaian. Setelah itu menghampiri Niko.

"Bukankan kedatanganmu kemari untuk berlibur, kenapa masih saja mengerjakan urusan pekerjaan?"

"Apa pedulimu untuk itu?" Jawab dia datar

"Aku hanya bertanya. Siapa tahu bisa membantu."

"Memang lu bisa? Oh iya! Aku lupa, sekarang lu jadi Asisten rekan bisnis papa ya! Hebat. Bagaimana caranya? Jangan bilang lu menjadi la*ur untuk mendapatkannya.

Aku sakit hati dengan Ucapan Niko barusan. Namun tidak terlalu aku hiraukan. Tujuanku lebih utama daripada meratapi rasa sakit hati.

"Aku tidak bodoh-bodoh amat Nik. Tapi ya sudahlah, jika tidak mau, hanya menawarkan bantuan saja."

Lagi Niko bertanya soal Veri. Saat ia mengatakannya seperti baru menemukan sesuatu yang hilang yang amat berharga dalam hidup. Aku terus mendalami isi pikirannya, masuk ke dalam hatinya sedalam-dalamnya.

"Memang kenapa dengan Veri? Gue perhatikan lu sampai sebegitunya?"

"Lu tidak perlu tahu."

"Ya sudah, aku tidak akan membantumu bisa kenal dengan Veri.

Niko diam beberapa saat. Sungguh sifat dinginnya itu sulit dilawan. Tapi aku tidak akan menyerah, akan terus masuk kedalam hidupnya agar bisa mengetahui segala hal tentang dia.

"Ayahmu cukup lama di luar kota Nik. Aku tidak bisa setiap hari kesini!"

"Lu tidak usah seperti itu, mau tidak sama sekali kemari gak jadi masalah buat gue."

Sehari kemudian aku pulang.

Beberapa chat yang aku kirim pada Bang Rian tidak ada satupun yang dibalas. Andai saja saat ini  bisa menemaninya, merawat menjadi orang yang paling dibutuhkan, tentu akan sangat membahagiakan.
Seseorang yang telah menempati posisi dalam hati begitu dalam, akan sangat sulit dilupakan. Seperti Bang Rian, bagiku dia adalah seorang yang memiliki banyak arti dalam hidup.

Aku menemui Veri bermaksud untuk menanyakan kondisi terakhir Bang Rian. Saat sampai, Veri  sedang menelfon seseorang.  Nada bicaranya sangat mesra.

"Siapa itu tadi? Pacarmu ya?" Ucapku setelah ia menutup teleponnya

"Iya Ian, pacarku."

"Orang mana?"

"Gak jauh dari rumah kok."

"Oh. Pasti cantik ya?"

"Ya begitulah Ian. Kita pacaran sejak SMA."

"Siapa namanya jika boleh tau?"

"Lusi."
Veri bercerita Bang Rian sudah mulai menunjukkan perkembangan yang berarti, tidak semahal beberapa minggu yang lalu. Hanya saja ia harus lebih banyak istirahat dan rutin memeriksakan kesehatan minimal seminggu sekali.

"Kalau kamu perlu apa-apa jangan sungkan ya!"

"Iya Julian. Maaf sudah banyak merepotkan."

"Santai aja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah Cintaku Bersama Bang Rian Sang Kuli Season Dua Pencarian Jati DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang