Aku menatap wanita yang tinggi badannya tidak terlalu jauh dariku dengan tatapan kosong, ia mendelik, seakan aku adalah barang yang baru kali pertama ia temukan.
"Lakukan apa yang kamu bisa Win!" Ucap Bang Rudi.
Wanita itu hanya mengangguk, bau parfum dari badannya tercium sangat kuat. Bibirnya merah dengan bulu matanya yang lentik
"Abang tinggalkan kamu. Tapi awas, jangan coba-coba untuk lari." Kata Bang Reihan.
Aku mencoba menghalangi kepergiannya, namun dia menepis kasar tanganku.
"Lakukan apa yang Abang minta atau Abang yang akan melakukannya." Kata dia.
Aku berusaha menafsirkan kalimat itu. Apa dia lakukan? Bang Reihan dan Bang Rudi pergi entah kemana. Apa yang aku rasakan amat asing mendapati seorang wanita yang entah siapa dia, duduk dengan tatapan matanya yang tidak pernah berhenti mengawasi.
"Tenang saja Ian, santai, aku tahu anak sepertimu hanya perlu sedikit pengenalan." Ucapnya enteng
"Aku gak ngerti apa yang kamu maksud?" Tanyaku
Ia tertawa lebar, aku dapat melihat deretan giginya yang putih bersih.
"Ternyata kamu masih terlalu polos. Julian! Dalam hidup terkadang harus terlihat kuat disaat lemah, untuk memperjuangkan apa yang kita inginkan. Apa kamu paham?"
"Aku sama sekali tidak mengerti apa yang kamu maksud?"
"Sudahlah, nikmati saja malam ini bersamaku."
Wina mendekat,ia berusaha melumat bibir. Aku langsung menghindar. Sama sekali tidak ada hasrat.
"Jangan mendekat, atau kutampar."
"Lakukan saja anak manis jika kamu mampu." Tantangnya
Dia kembali berusaha menciumku, aku membalasnya dengan melayangkan tamparan, namun secepat kilat dia menahan.
"Jangan coba-coba melakukanya padaku." Kata dia
Wina sangat kuat, dibalik kecantikan wajahnya, ternyata dia memiliki tenaga yang tidak bisa dianggap enteng. Wina menarik tanganku, ia membawaku ke kamar, dan dengan beringas membuka paksa pakaianku
"Untuk apa melawan, lebih baik kamu turutin apa yang Abangmu inginkan." Katanya
Aku memilih pasrah, tenaga dan gerakan tangannya saat tadi menghindar seranganku sudah cukup membuktikan Wina bukan wanita sembarangan. Semua pakaian yang aku kenakan berhasil ia tanggalkan. Melihatku telanjang dia semakin beringas, Wina menghempaskan tubuhku ke atas tempat tidur. Dia membuka pakaiannya. Baru kali ini aku mendapati wanita dewasa telanjang didepan mata, ukuran payu**ranya besar. Namun sama sekali tidak terangsang. Ia menindih tubuhku, kemudian melumat bibir. Aku berusaha mendorong tubuhnya, namun tidak berhasil. Wina mencengkeram kedua tanganku
"Sudah aku bilang, jangan melawan, percuma." Ucapnya
Tidak ada jalan lain, selain menuruti apa yang dia mau. Aku membalas serangan lidahnya, menciumi bibir merahnya yang ranum. Kita saling melumat bibir. Ia bangkit kemudian memainkan payu**ranya memberi isyarat agar aku menghisapnya. Tanpa banyak berpikir, aku menghisap dua gundukan itu. Rasanya agak lain tidak seperti menghisap puting lelaki, terasa lebih kenyal dan lembut. Cukup lama aku menghisap dua gundukan lemak itu, hingga akhirnya Wina menghempaskan tubuhku.
"Sekarang giliran aku." Kata dia
Tanpa diduga, dalam posisiku berbaring, dia menghisap batangku. Sangat agresif mengulum dengan penuh nafsu, aku dapat merasakan tekanan giginya yang sesekali mengenai kepala batangku. Tak ayal hisapannya membuatku mendesah karena nikmatnya. Dari caranya menghisap, dapat diterka Wina sudah sangat berpengalaman
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Cintaku Bersama Bang Rian Sang Kuli Season Dua Pencarian Jati Diri
RomantizmSetelah Putus dengan Bang Rian, Julian memulai kembali petualangan cintanya. Om Fauji adalah seorang duda beranak satu yang Julian kenal lewat aplikasi kencan. dari perkenalan itu, mereka akhirnya menjalin hubungan. namun tak dinyana, dari hubungann...