Bab 2. Langit Biru

33 4 2
                                    


Ternyata benar, pertemuan pertama itu menumbuhkan rasa penasaran, sedang pertemuan kedua menumbuhkan rasa rindu, dan pertemuan selanjutnya hanya meninggalkan rasa candu.

***

D U A———

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



D U A
———

Suasana kampus terasa sangat ramai hari ini. Hiruk pikuk para mahasiswa terdengar. Saat ini aku sedang berjalan menuju kantin Fakultas Teknik yang berada di ujung gedung kampus ini, untuk menyusul Andi dan Rena yang sudah lebih dulu kesana. Jika bukan karena Rena berulang tahun hari ini, mungkin aku tak akan mau berjalan seorang diri melewati beberapa Fakultas. Baru saja Rena mengirim pesan, ia berjanji untuk menraktirku makan. Dengan syarat harus di kantin Fakultas Teknik. Aneh, Entah apa alasan Rena membuat persyaratan seperti itu.

Setelah sampai di kantin FT, aku segera mengedarkan pandanganku untuk mencari keberadaan Andi dan Rena. Kantin siang ini sangat ramai. Hingga aku kesulitan menemukan dua manusia itu.

Ketika sedang sibuk mencari Andi dan Rena, tiba-tiba kurasakan ada bahu yang menabrak bahuku dari belakang dengan kencang. Hingga membuatku tersungkur ke depan dengan posisi lututku mendarat mulus ke lantai. Tak bisa di pungkiri, ini rasanya sakit dan malu. Sakitnya nggak seberapa, tapi malunya... Astaga, rasanya membuatku ingin menenggelamkan muka seketika.

Ketika sedang sibuk meniup lutut yang terasa panas karena sedikit berdarah. Tak sadar ternyata ada lelaki yang tak asing sudah berada sejajar di depanku. Menatapku dengan wajah bersalahnya.

"Maaf ya, aku nggak sengaja tadi buru-buru soalnya." Ucapnya panik.

Aku hanya menganggukkan kepalaku. Sembari berusaha berdiri menahan sakit.

"Biar aku bantu." Ucapnya. Dengan sigap ia meletakkan satu tanganku ke pundaknya. Lalu membantu menopang tubuhku untuk berdiri. Tak hanya itu, ia juga membantuku berjalan menuju meja tempat Andi dan Rena makan. Yang bodohnya, mereka hanya diam saja ketika melihatku jatuh. Teman macam apa mereka ini.

"Lo nggak pa-pa kan Bi?" Ucap Rena dengan ekspresi panik yang di buat-buat.

"Mana yang sakit? Ada yang patah gak tuh? Ucap Andi dramatis.

Berusaha menahan emosi aku hanya menjawab: "nggak apa-apa kok." Dengan senyum yang tentu saja tidak ikhlas.

"Sebentar ya tunggu sini, biar ku ambilin kotak P3K. Jangan kemana-mana." Ucap lelaki itu. Tak perlu jawaban, ia segera bergegas meninggalkan kami.

"Asik nih, selangkah lebih dekat." Sindir Rena dengan menaik turunkan alisnya.

"Apaan sih, yang ada sakit semua nih lututku!" Aku berdecak kesal. Bukannya mengkhawatirkan kondisiku, malah terus saja mengejekku.

"Menurut ramalan hari ini sih kayanya nggak akan lama menjomblo deh lo Bi." Ucap Andi menimpali.
Ck, Ini lagi, cowok satu ini emang selalu update tentang ramalan zodiak setiap hari. Hingga di akun instagramnya 66% akun ramalan zodiak yang ia follow. Sisanya akun lambe dan cewek-cewek cantik kampus ini.

LANGIT BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang