Bab. 6. Fakta tentang Filia.

24 3 0
                                    

"Tidak ada yang lebih menyakitkan dari pada dikecewakan oleh satu orang yang kamu pikir tidak akan pernah menyakitimu." - Biru.

***

E N A M————

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


E N A M
————

Setahun yang lalu.

Biru berjalan tergesa memasuki sebuah kafe yang sangat ramai malam itu. Kakinya melangkah lebar menuju deretan kursi di sudut ruangan yang sudah di setting seromantis mungkin. Namun langkahnya terhenti ketika menemukan dua orang familiar itu.

Tangannya mengepal keras. Perempuan berambut panjang lurus yang sering ia temui di kampus, kini sedang melakukan kencan romantis dengan lelaki paruh baya. Mereka terlihat tengah asik berbincang.

Biru buru-buru menghampiri perempuan itu. Dengan brutal, tangannya menjambak rambut perempuan itu dan menarik tubuhnya hingga terjatuh mengenaskan di lantai. Sebelum perempuan itu sempat protes, tangan Biru sudah lebih cepat bergerak, melayangkan satu tamparan ke pipi kanannya.

Plak!

"Berengsek!" Perempuan itu berteriak. Lalu bangkit dari duduknya dan menatap Biru dengan tajam. "Maksud lo apa, hah?!"

Keributan ini mengundang perhatian seisi kafe. Suara alunan penyanyi akustik pun berhenti. Hingga terdengar suara riuh pengunjung kafe itu membicarakan aksi mereka.

"Lo yang berengsek!" Jawab Biru sengit. Matanya tak kalah tajam menatap Filia. Ya perempuan itu adalah Filia. Teman sekelas Kevin yang sering memancing kecemburuannya.

Pandangan Biru turun pada lelaki paruh baya yang masih duduk terdiam, dan berusaha menyembunyikan wajahnya dari Biru.

Biru menggebrak meja dengan kasar.

Membuat lelaki itu mau tak mau menoleh ke arahnya.

"Mau jelasin apa lagi, Yah?!" Bentaknya pada Rudi. Ayah kandungnya.

Mendengar kalimat itu, Filia tertegun. Kaget, ternyata lelaki paruh baya yang kerap ia kencani ini adalah Ayah Biru.

Rudi bangkit, dan berusaha memegang tangan Biru, namun Biru segera menepisnya. "Jangan sentuh aku!" Ucap Biru sengit, dengan tatapan garang. "Menjijikan." Sindirnya.

Rudi terdiam. Sama, Filia pun diam. Merasa malu telah menjadi tontonan orang ramai. Filia segera mengambil tasnya dari atas meja dan berniat ingin pergi. Namun usahanya gagal. Karena lagi-lagi Biru menjambak rambutnya hingga ia kesakitan.

Rudi yang awalnya diam. Kini tangannya bergerak berusaha menyelamatkan Filia. Melihat itu, Biru semakin menarik rambut Filia lebih kuat. "Cewek murahan!" Umpatnya kasar.

Ironinya, Filia justru menertawakan umpatan yang dilayangkan Biru kepadanya. Membuat Biru semakin murka.

"Cewek nggak tau diri! Di bayar berapa lo sama bokap gue, hah?!" Ucap Biru merendahkan.

Filia nampak tersenyum licik. "Yang jelas, gue udah berhasil ngerebut apa yang seharusnya jadi milik lo sekarang." Bisiknya sarkastis.

Mendengar itu, Biru mendorong Filia dengan kasar. Tak cukup puas, tangannya mencengkeram lengan Filia kuat-kuat.

"Cukup Biru!" Ucap Rudi mulai kehabisan kesabarannya, karena merasa di permalukan oleh anaknya.

"Bagus, sekarang Ayah belain dia?!" Jawab Biru tak terima.

"Kamu sudah keterlaluan, Biru." Ucap Rudi.

"Ayah yang keterlaluan!" Biru tak habis pikir. Apa isi kepala Ayahnya, sehingga lebih membela wanita murahan ini di banding anaknya sendiri.

"Entah kata apa yang pantas untuk menggambarkan betapa hinanya seorang lelaki tua yang mengencani wanita muda seusia anaknya!" Ucap Biru sarkastis.

"LANCANG!" Tangan Rudi sudah terangkat ke atas, namun ia segera sadar dan menurunkannya. Hampir saja kelepasan menampar Biru.

"Kenapa? Tampar aja, Yah." Ucap Biru.

Rudi diam.

Pandangan Biru beralih pada Filia yang terlihat menahan sakit karena cengkeramannya. "Denger gue baik-baik! Jauhi bokap gue atau-"

"Atau APA?!" Sahut Filia menantang.

"Gue bakal bales perbuatan lo ini!" Ancam Biru pada Filia. Lalu Biru melepaskan cengkeramannya dengan kasar. Hingga meninggalkan bekas goresan kukunya di lengan Filia.

Sudah cukup puas meluapkan emosinya pada Filia. Biru berlari keluar kafe dengan perasaan tak keruan. Karena menurutnya, percuma saja meladeni orang gila seperti Filia.

Kejadian malam itu adalah patah hati terbesar dalam hidupnya. Biru tak menyangka, Ayahnya bisa melakukan hal serendah itu. Di sisi lain, Biru teringat pada Ibunya. Ia memang sakit hati melihat kenyataan ini, namun Ibunya sudah pasti lebih sakit lagi.

Memang terkadang kita hidup tidak boleh terlalu percaya dengan orang lain. Bahkan orang terdekat sekalipun bisa mengkhianati.

***

"Kayanya aku udah lama nggak lihat kamu senyum." Ucap perempuan berambut panjang lurus, dengan setelan kaos berwarna putih dan rok mini motif kotak-kotak.

"Ya, senyum karena seseorang." Jawab lelaki yang duduk di sampingnya.

"Cewek?"

Lelaki itu mengangguk. "Ya, dari pertama bertemu dia. Aku merasa ada kecocokan dengannya."

Perempuan itu terdiam. Setahun setelah perpisahan mereka, ternyata membuat lelaki ini berubah. Tak terlihat lagi sorot cinta untuk dirinya. Perempuan itu menyadari kesalahannya.

"Soal yang dulu itu, aku minta maaf."

"Sudahlah jangan di bahas lagi. Aku sudah berdamai dengan masa lalu kita."

***

Hai readers!Jangan lupa bantu komen & vote ya! Luv 🤍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai readers!
Jangan lupa bantu komen & vote ya! Luv 🤍

Instagram : @dessy_kusumaa

🤍

LANGIT BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang