Di sebuah ruangan yang dipenuhi buku-buku tua dan benda yang terbuat dari perak murni. Seorang pemuda tinggi nan tampan sedang membaca selembar peta yang garisnya dilukis menggunakan tinta dari darah manusia. Pemuda itu melingkari satu titik menggunakan kuas yang ada di atas meja kayu berukir naga, yang terlihat tua namun kuat dengan warna cat coklat kehitaman.
Ia menggulung kembali peta yang ia pegang, kemudian meletakkannya di sebuah koper besar, bersama beberapa stel pakaian dan peralatan lain. Di jari manisnya, sebuah cincin dengan simbol dua naga terukir indah, terbuat dari perak murni yang dilebur bersama emas 24 karat. Ia mengecup cincin di jarinya sambil berujar pada diri sendiri, "SMA Bangtan, aku datang ... Waktunya beraksi ...."
.
.
.Luhan berlari mengitari lapangan, wajahnya terlihat pucat, keringat di dahinya berwarna kuning keemasan membuat wajah cantiknya semakin berkilau. Pelatih basket, tidak memberinya waktu istirahat yang cukup, sehingga pemuda imut itu hampir kehilangan keseimbangan jika saja Sehun tidak bergegas menghampirinya dan menangkap tubuh kecilnya dalam dekapan.
Semua mata yang berada di lapangan itu menatap mereka dengan aneh, tapi Sehun tak peduli bahkan ia dengan berani menegur pelatih basket Luhan, karena membuat kekasihnya hampir jatuh pingsan. Sementara teman Luhan yang lain merasa ada yang janggal, padahal Luhan terlihat baik saja saat latihan di dalam ruangan beberapa hari ini, tapi saat di lapangan Luhan terlihat kelelahan hanya dalam dua putaran. Padahal matahari tidak begitu terik.
Sehun memapah tubuh Luhan menuju UKS. Ia melewati ruang guru yang terbuka. Melihat itu, guru Jeonterkejut, dan meletakkan buku yang ia pegang dengan cepat. Bergegas menyusul Luhan dan Sehun ke UKS.
"Apa yang terjadi?" tanya Jeon dengan wajah khawatir begitu tiba di ruang Uks.
"Dia kelelahan ...." jawab Sehun.
Tangan kecil Luhan menggapai-gapai memanggil Jeonke arahnya.
Guru matematika itu pun mendekati Luhan. Pemuda yang tergolek lemah itu membisikkan sesuatu ke telinga Jeon yang membuat guru cantik itu terbelalak kaget. Wajahnya tampak kebingungan, menatap ke arah Sehun yang terlihat tidak sabar.
"Apa yang dia katakan, Mr?"
Jeon menarik tangan Sehun ke tempat duduk di dekat jendela ruangan, dengan tirai hijau muda yang menutupi jendela. Jika kalian ingat di chapter sebelumnya, ini adalah tempat Taehyung menyiksa Jeon dengan sentuhan nakalnya."Sehun, apa kau mencintai Luhan?"
Pertanyaan bersifat sangat pribadi yang diluncurkan gurunya itu, sukses membuat wajah Sehun terbelalak, kaget dan bingung bercampur jadi satu.
"Mr, aku sangat mencintainya...."
Jawab Sehun."Apa kau mau membantunya pulih kembali?"
Sehun tak tahu apa yang dimaksud Jeon dengan membantu pulih kembali, tapi karena ia sangat mencintai Luhan, jadi ia mengangguk saja.
"Jangan takut, ini akan sedikit sakit ...."
Sehun tiba-tiba berkeringat, "Apa maksud Saem dengan sedikit sakit?"
Jeon tidak menjawab, beberapa hal memang tidak perlu dijelaskan saat situasi genting seperti ini. Luhan terlalu lama berada di bawah sinar matahari, walau ia seorang moroi pelindung, tapi ia butuh nutrisi untuk mengembalikan kekuatannya.
Luhan kehabisan stok darah yang biasanya ia bawa di dalam tas dengan wadah kecil. Beberapa hari ini ia sibuk belajar untuk ujian sehinga tak punya waktu untuk mencari darah hewan segar di hutan. Begitupula Jeon, yang sibuk mengajar dan memberikan les private untuk murid kesayangannya.
"Sehun, dia butuh sedikit darahmu!" Ucap Jeon yang tentu saja membuat Sehun merinding, apalagi nada dan tatapan Jeon yang berbeda dengan seorang perawat atau dokter di rumah sakit, saat meminta donor darah pada relawan untuk pasiennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different DNA (Sudah Dibukukan)
ФанфикJeon Jungkook adalah moroi pelindung klan vampir. Ia jatuh cinta pada manusia biasa. Padahal ia terikat sumpah 'sehati atau mati'. Manakah yang akan Jungkook pertahankan, sumpahnya? Atau cintanya?