Sehati atau mati?

473 83 10
                                    

Jeon Jungkook memilih pergi dari tempat itu, dan terbang ke apartemennya sendiri.

Sebelum menghubungi Xiumin kembali, ia menyempatkan diri menghubungi Luhan agar berhati-hati. Sebab ia merasa ada seseorang atau makhluk lain yang mengawasi mereka.

Jeon menghubungi Xiumin setelah selesai mengirim pesan pada adiknya, dan teman cantik Jeon yang bernama Xiumin, mengirim catatan lengkap tentang profil Gabriel itu di dunia modern.

"Namanya Kim namjoon, dia adalah keturunan Van Helsing yang ke-13, tinnginya hampir 180 lebih, simbolnya adalah naga hijau, dingin di luar penuh api di dalam, aku masih belum menemukan spesifikasi mortal yang ia miliki, tapi seperti yang kukatakan sebelumnya, ia adalah gabriel terkuat dalam sejarah vampir kita, jika ia sedang marah dan menggunakan seluruh kekuatan yang ia miliki, api dalam dirinya bisa menghancurkan satu kastil vampire besar seperti yang ada di Transylvania, beserta benih di dalamnya tanpa sisa."

Jungkook menelan ludah kasar, itu berarti tidak boleh ada sedikitpun kesalahan saat perjamuan bulan purnama nanti. Jika tidak, mereka bangsa moroi akan menghadapi murka dari gabriel terkuat yang juga memiliki misi rahasia.

Jungkook mengambil nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan, memikirkan sesuatu yang telah mengganggu hatinya sejak tadi, dengan perasaan berat ia mengambil keputusan untuk merelakan Taehyung pada tuan mudanya. Semua itu demi kemurnian perjamuan itu, ia tidak ingin mengambil resiko sekecil apapun. Ia tidak yakin jika Taehyung mau memberikan hatinya pada Jungkook, dari gelagatnya tersirat bahwa murid nakalnya hanya memiliki nafsu dari kilatan matanya setiap kali berhadapan dengan Jungkook.

Dengan kekuatan pengendali pikiran milik tuan muda Jin, Jeon bisa berasumsi jika Taehyung akan mudah jatuh hati pada keturunan terakhir moroi bangsawan itu. Apalagi Jin sendiri memiliki daya pikat dengan wajah cantik dan mata sayunya yang selalu membuat dhampir manapun jatuh hati.
.
.
.
Hari ini Taehyung kembali ke sekolah, memorinya tentang kejadian kemarin di apartemen Jeon telah ditarik oleh Jin sebelum ia dibawa Luhan kembali ke rumahnya. Kecuali ingatannya tentang sosok hyung yang ia kenal di kastil dulu yang sekarang menjadi guru matematikanya. Jin sendiri heran dari mana Taehyung memperoleh ingatannya kembali, ia berpikir mungkin seseorang memang sengaja menaruhnya di kepala Taehyung.

"Hyung."
Taehyung langsung berlari dan memeluk Jungkook di dalam kantor guru.

Dengan pelan Jungkook melepas pelukan Taehyung, menyapu pandangan ke sekeliling ruangan, dimana mata para guru tengah menatap mereka dengan perasaan aneh.

Jeon tersenyum kecut, malu pada dirinya sendiri yang tak sempat menghindari Taehyung tadi. Serta kelemahannya yang tak bisa memarahi Taehyung begitu saja atas ketidak sopanannya, memeluk seorang guru di depan umum dan memanggilnya hyung adalah hal yang tidak bernorma.

Jeon menarik Taehyung dari ruangan guru dan membawanya ke belakang gedung sekolah yang sepi.

Jeon ingin memperingatkan Taehyung untuk menjaga sikapnya, namun belum sepatah kata keluar dari mulut Jungkook, pemuda tampan di hadapannya itu telah merangkul Jeon dalam pelukannya sambil berucap lirih.
"Hyung, aku merindukanmu."

Jeon mengusap punggung Taehyung dengan gerakan horizontal.
"Aku juga merindukanmu, lain kali kau harus menjaga sikapmu jika bertemu denganku di tempat umum."

Jeon menghela nafasnya, ia tahu Taehyung tidak akan ingat kejadian semalam saat ia mengamuk dan merusak pintu kamarnya, juga saat Taehyung berusaha melakukan blowjob padanya.

"Taehyung, aku ingin mengenalkan seseorang padamu!"

Dari balik punggung Taehyung, Jin dan Luhan berjalan ke arah mereka.

"Tuan Jin?"

Taehyung takjub dengan penglihatannya, tuan muda yang 7 tahun lalu ia layani, sekarang masih sama, bahkan terlihat seusia dengannya.

Different DNA (Sudah Dibukukan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang