Jeon Jungkook dan Luhan berjalan di sepanjang ruangan gelap yang dipenuhi dengan lapisan tulang di bagian penyangga, tempat diletakkannya obor untuk menerangi. Namun karena jarak antara satu obor dengan yang lain begitu jauh, sedangkan jalannya terus memanjang, tempat itu terasa redup.
JeonJungkook mengetuk sebuah pintu besar dengan ukiran manusia bersayap dan bertaring di bagian depannya. Warna hitam legam, dan sedikit kecoklatan yang mengkilap saat terkena sinar bulan yang masuk melalui jendela di ujung ruangan membuat kesan ngeri di sana.Pintu itu terbuka sendiri, ruangan yang sangat luas menyambut mereka. Di tengah ruangan, sebuah meja makan panjang yang dipenuhi makanan terhampar dengan lezatnya. Ruangan terlihat romantis di satu sisi dengan hanya diterangi cahaya lilin yang di letakkan di sudut dinding, dan ditengah meja makan. Namun terlihat seram dengan arsitektur gelap yang mengelilingi, serta bau darah yang sangat terasa begitu memasukinya.
Beberapa botol warna merah, berdiri di samping piring dan garpu yang telah tertata rapi. Botol dengan tulisan romawi itu bukanlah anggur atau wine, botol-botol yang terlihat mewah dengan ukiran emas di lehernya adalah darah manusia yang diimpor dari transylvania.Darah itu dipilih dari darah manusia yang masih segar, beberapa suku yang masih menetap di sana percaya jika mereka memberi sedikit darah untuk pengurus gereja, tubuh mereka akan dilindungi dari iblis. Mereka tidak tahu, jika salah satu pendeta telah berkhianat dan mengirim darah penduduk setempat untuk konsumsi harian moroi bangsawan yang masih tersisa dengan imbalan kepingan emas tua yang bernilai tinggi.
..
Jungkook dan Luhan memberi hormat pada tuan muda yang tengah duduk di salah satu kursi sambil memegang pisau."Duduklah di sini, aku ingin makan malam dengan kalian," ucapnya pada Jungkook dan Luhan.
Tuan muda itu memanggil pelayan, menyuruh mereka menyiapkan makan bagi Jungkook dan Luhan.
Para pelayan membawa beberapa piring ayam, dan mangkuk berisi hati rusa yang masih mentah.
"Aku tahu kalian telah beradaptasi dengan dunia manusia sekian lama, jadi aku menyiapkan ayam ini untuk kalian berdua,"
Jungkook dan Luhan mengangguk, tuan muda mereka tersenyum dengan satu pisau yang masih ia pegang di tangan kanannya.
"Jangan lupa makan hati rusa ini juga, bagaimanapun kalian adalah seorang moroi, butuh makanan seperti ini agar kalian semakin kebal."
Tuan muda yang cantik itu memerintahkan pelayan meletakkan potongan hati rusa ke mangkuk kakak beradik itu.
.
.
.Selesai makan malam, mereka berdua di bawa ke ruangan pribadi moroi bangsawan.
Di dalam ruangan itu sangat berbeda dengan jalan yang mereka lewati ataupun ruang perjamuan yang terlihat muram.
Temboknya terbuat dari marmer putih, dengan gorden warna merah. Hanya diterangi dengan lilin di sekitarnya. Di tengah ruangan terdapat dua peti mati yang terbuka. Satu peti mati adalah tempat beristirahat tuan muda mereka di siang hari. Sebab pada saat siang, ia tak bisa terkena matahari, atau kulitnya akan melepuh.
Satu peti mati yang lain, belum ada yang tau itu untuk siapa. Tuan muda mereka tidak pernah mengatakan apa-apa.
"Apa kalian sudah berhasil menemukan dua dhampir itu?"
Tuan muda itu bertanya."Iya tuanku," jawab JeonJungkook.
"Bagus, 15 hari lagi bulan purnama, aku akan melakukan ritual suci untuk menyatukan kalian."
"Tapi tuanku, saya belum yakin jika Taehyung akan memberikan hatinya pada saya," ujar JeonJungkook setengah ragu.
"Lalu bagaimana denganmu, Luhan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Different DNA (Sudah Dibukukan)
Fiksi PenggemarJeon Jungkook adalah moroi pelindung klan vampir. Ia jatuh cinta pada manusia biasa. Padahal ia terikat sumpah 'sehati atau mati'. Manakah yang akan Jungkook pertahankan, sumpahnya? Atau cintanya?