chapter five

278 38 0
                                    

Lora terbangun dalam keadaan rumah sepi, ia memeriksa ponselnya lalu mendapati pesan dari sofi.

"Gue sama fedrick beli sarapan, sekalian mau belanja bulanan kalo lo gabut boleh banget beresin rumah ya kak"

"Giliran minta tolong aja pake kak" gumam lora kesal, ia hendak mengambil air di kulkas namun dikejutkan dengan keberadaan gavi yang masih terkapar diruang tengah.

"Astaga!" Lora berusaha membangunkan gavi, gadis itu sudah mencoba dengan memanggil namanya lalu menepuk kakinya tapi nihil.

"Dia tidur apa hibernasi lama banget, apa gue siram aja ya pake air tapi nanti kasurnya basah." Lora mengambil bantal sofa, lalu dengan sigap memukul wajahnya membuat gavi langsung terbangun.
"Bunda!"

"Lo mau ngebunuh gue ra!" Teriaknya, lora tidak peduli gadis itu melenggang menuju meja makan untuk meminum segelas air.

"Lagian lo tidur kaya kebo susah banget dibangunin, mending lo bantuin gue beresin rumah."

"Gue masih ngumpulin nyawa elah, tunggu bentar." Jawabnya tidak ramah, lora memutar bola matanya lalu hendak pergi untuk mandi. Namun, saat ia sudah sampai di depan pintu kamarnya gavi memanggilnya.

"Ra, bantuin gue ra!" Lora berdecak kesal, lalu segera menghampiri gavi.

"Ra bantuin gue bangun, badan gue rasanya gamau pisah sama kasur." Ucapnya seraya mengulurkan tangannya, lora menerima uluran tangan itu. Namun, ia belum siap untuk menarik gavi laki-laki itu malah menariknya terlebih dahulu membuat lora terjatuh tepat diatas badannya, bibir mereka bertemu, jantung mereka seolah sedang berlomba siapa yang berdegup paling kencang, badan mereka membeku mereka ingin pergi tapi tidak bisa,rasanya seperti disengat listrik.

Lora berdiri dengan cepat, wajah mereka berdua sama-sama memerah rasanya lora ingin hilang dari alam semesta saking malunya.

"L-lo sengaja ya!" Teriak lora dengan terbata karena gugup sedangkan gavi mengalihkan pandangannya, laki-laki itu juga merasakan hal yang sama.

"Enggak! Lo aja yang ga kuat narik gue, lemah banget cih." Celetuk gavi, lora tidak habis fikir jelas-jelas gavi yang menariknya padahal ia belum siap tapi berdebat dengan gavi tidak akan ada habisnya lora memilih untuk mandi daripada meladeni argumen gavi.

"Kalo sampe gue udah beres mandi kasurnya belum diberesin, gue ceburin lo ke kolam renang." Lora pergi tepat setelah mengucapkan kalimatnya, sedangkan gavi yang tidak mau kalah itu berdiri mengikuti lora seraya berkata.

"Gue kejar lo sampe ke ujung dunia kalo perlu, biar gue ceburin balik lo ke kolam lumpur!" Lora tidak menggubris ucapan gavi, ia segera masuk lalu menutup pintu kamarnya dengan keras.

"Liat aja ra gue bales lo."

.

"Aw!" Lora mendengar teriakan gavi lalu segera mencari keberadaannya, gavi tengah memegangi jarinya yang terluka karena jaring pembersih kolam renang.

"Kenapa, sini gue liat." Lora menghampiri gavi yang berada di tepi kolam, laki-laki itu menatap licik ke arah lora ketika gadis itu fokus memperhatikan lukanya ia segera mendorong lora kedalam kolam

"GAVI GUE BARU MANDI!" teriak lora, untung saja ia bisa berenang sedangkan gavi, laki-laki itu tertawa puas melihat pemandangan dihadapannya.

"Makanya gausah macem-macem lo sama gue, sini sungkem dulu." Ucapnya dengan nada sombong, lora tidak akan menyerah begitu saja memangnya gavi siapa bisa membuatnya memohon seperti itu, lora tidak akan memohon dengan percuma.

"Gue minta maaf, gue serius gavi ersya dhanurendra." Ucap lora dengan tulus seraya menundukan kepalanya.

"Masa minta maaf kaya gitu, liat mata gue dong." Astaga gavi benar-benar cari mati, jika membunuh orang itu tidak dosa ia sudah membunuh gavi lima menit yang lalu.

"Gue minta maaf karena perlakuan gue selama ini ke lo, gue sadar gue jahat selama ini. Maafin gue ya?" Gavi merasa sedikit tersentuh mendengar ucapan lora, ia mengambil sebuah handuk lalu memberikannya pada lora.

Diluar dugaan gadis itu malah menarik kakinya, membuatnya tercebur juga kedalam kolam. Gavi menyesal sudah mempercayai ucapan lora yang terdengar tulus itu.

"LORA!" Teriaknya frustasi, sedangkan lora dengan cepat pergi dari kolam berenang di susul oleh gavi yang sedang mengejarnya.

Lora berlari ke arah dapur lalu berlari memutari rumah hingga akhirnya ia pergi ke ruang tamu, namun sedikit lagi ia mencapai pintu kakinya tergelincir dan gavi berhasil menangkapnya. Kedua tangan gavi mendekap lora sangat erat, dengan emosi yang sangat menggebu-gebu membuat lora sedikit takut padanya.

"Kena lo!" Gavi menggelitik badan lora, membuat gadis itu tertawa terbahak-bahak badannya meronta-ronta ia hampir melepaskan diri namun kedua tangan gavi kembali memeluknya dengan erat. Tepat saat itu juga sofi dan fedrick kembali, mereka sangat terkejut dengan apa yang mereka lihat. Badan gavi dan lora basah kuyup, lalu gavi seperti memeluk lora dan kakaknya itu malah tertawa diperlakukan seperti itu.

"ASTAGFIRULLAH GAVI NYEBUT ISTIGFAR LO!" Teriak sofi, sedangkan fedrick hanya bisa tertawa lepas. Mereka berdua segera berdiri, mencoba untuk menjelaskan keadaan yang sebenarnya.

"Gercep juga lo gav" ucap fedrick sedikit ambigu, membuat sofi melayangkan tatapan mautnya kepada fedrick.

"Sofi serius ini ga kaya yang lo fikir, ini orang sialan dorong gue ke kolam tadi!" Lora memberikan pembelaan, gavi tidak mau kalah ia juga merasa diperlakukan tidak baik oleh lora.

"Asal lo tau kakak lo ini aniaya gue, bisa gue tuntut pembunuhan berencana lo!" Kini giliran gavi yang mencari pembelaan,

"Kdrt kali" timpal fedrick, dengan kompak gavi dan lora mengerutkan dahinya.

"Kita gaakan biarin kalian makan sebelum kalian mandi dan beresin ini rumah." Ucap sofi tegas, lora berdecak kesal gadis itu bergegas pergi ke kamarnya sedangkan gavi berusaha kabur dari hukumannya.

"Gue mau mandi di rumah aja, lagian gue ga bawa baju." Elak gavi, sofi sudah faham betul dengan alasan alasan gavi ia tidak akan membiarkannya lolos begitu saja.

"Gak. Lo mandi disini, pake baju ayah dan bantuin lora beres-beres rumah." Gavi menyerah lalu menuruti perkaataan sofi. Sesaat setelah gavi pergi sofi dan fedrick berbincang-bincang.

"Siap sama rencana kedua kita besok?"

"Udah aku atur tenang aja."

.
.
.

maaf baru bisa up hari ini, kemarin aku masih sedih karena spain pulang:(

oiyaa buat chap selanjutnya enaknya lanjutin mereka di hari itu apa next day??

GALILEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang