Hari ini adalah hari ketiga aku tinggal di rumah Kakek. Sesuai dengan kesepakatan, aku melakukan apa yang harus kulakukan disini. Mulai dari bangun pagi, menemani Budhe Jum ke pasar, lalu membantunya memasak, mencuci piring. Lalu bersih-bersih kamar, mencuci baju sendiri, juga menyirami bunga nenek setiap pagi. Jujur, awalnya aku merasa keberatan, namun sekarang aku merasa sudah mulai sedikit terbiasa dengan ini semua.Sore ini aku memilih berjalan-jalan keliling rumah. Duduk di taman sendirian sambil menikmati es jeruk buatan Budhe Jum.
"Hahaha, Budhe Jum bisa aja."
"Beneran, Mas."
Aku langsung terdiam mendengar suara itu. Kepalaku menoleh ke arah pintu. Dan benar saja, tak lama kemudian aku melihat Wisnu dan Budhe Jum lewat. Astaga, dia datang lagi. Wisnu melihat ke arahku.
Dengan cepat aku langsung beranjak berdiri dan melangkahkan kakiku."Mau kemana, Ay?" Tanya Wisnu saat aku melewati di depannya.
"Mau ke kamar."
Sampai di kamar aku memilih duduk sendirian menghabiskan es jeruk yang hanya tinggal separuh. Sejenak kemudian aku merasakan sangat bosan sekali. Aku menaruh gelasku sebelum mengambil ponselku.
"Lah? HP gue mana?" Ucapku sedikit panik saat melihat di meja rias tidak ada ponselku disana. Aku langsung mencoba mencari di tempat tidur namun tidak ada. Kemudian aku menepuk jidatku saat aku ingat jika ponselku tertinggal di kursi taman belakang.
Aku langsung berlari keluar kamar menuju taman belakang, sampai disana ternyata aku tidak menemukan apa-apa. Belum tua tapi sudah pikun, itulah aku.
"Ay!"
Astaga, pria itu kenapa lagi. Aku membalikkan badan dengan ekspresi malas. Seperti biasa dia menunjukkan senyum andalannya, tiada hari tanpa senyum. "Ada apa?"
Dia menghampiriku lalu mengeluarkan sebuah ponsel dari saku celananya. Mataku membola saat itu ternyata ponsel milikku. "Ini kan ponsel gue."
"Saya nemuin tadi ponsel kamu disini. Saya cariin kamu ke dapur gak ada, ke kamar gak ada. Ternyata di sini."
Aku hanya diam saja, mencoba menyalakan layar ponselku, dimana di layar itu masih ada foto pria yang masih belum bisa kulupakan. Kalau begini, bagaimana aku bisa melupakannya, fotonya saja belum di hapus. Astaga Ayumi, lo bodoh banget.
"Hm, maaf. Saya tadi melihatnya. Karena awalnya saya tidak tahu siapa pemiliknya,"
"Gapapa." Setelah itu aku mengganti wallpaper itu dengan kartun. Wisnu melihat itu tapi ternyata dia hanya diam saja. Memang, sejak tinggal di rumah Kakek aku memang jarang mengecek ponselku, aku lebih disibukkan dengan pekerjaan rumah sampai-sampai lupa mengganti wallpaper.
"Yaudah, makasih ya."
"Iya, sama-sama. Kamu mau kemana?"
"Gak kemana-mana." Aku melangkahkan kakiku pergi meninggalkan Wisnu. Lalu kembali ke kamar. Hanya karena mengingat tentangnya, aku jadi malas melakukan sesuatu.
Di dalam kamar aku hanya bisa menangis dalam diam. Hingga tak sadar aku tertidur.
Hingga malam tiba, aku keluar untuk makan malam. Kali ini ada Wisnu di meja makan, seperti hari pertama aku tinggal disini.
"Gimana pekerjaan kamu, Nu?"
"Alhamdulillah baik-baik saja, Kek. Semuanya lancar meskipun ada kendala sedikit, tapi tidak apa."
Kakek mengangguk paham. "Bagus-bagus."
"Ayumi."
Aku mendongak sambil mengunyah. "Ada apa, Kek?" Tanyaku setelah menelan makanan di mulutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akan Kukejar Mbahmu
Teen FictionGenre : Romance dan Comedy Kisah tentang perempuan bernama Ayumi yang pergi ke rumah Kakeknya demi untuk melupakan sang pujaan hati yang nyatanya justru melamar sepupunya sendiri. Tak disangka di rumah Kakeknya, dirinya bertemu dengan Wisnu, pria y...