PROMISE (Wangxian)

308 29 0
                                    

========================================================================

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


========================================================================

Wei Wuxian bersahabat erat dengan ketua sekte Lan. Mereka sudah merasa saling memiliki satu sama lain. Wei Wuxian pribadi secara diam-diam jatuh cinta dengan sang ketua sekte yang terkenal dengan wajah datar dan dingin serta minim ekspresi itu. Ditambah lagi gender mereka sama. Akankah cintanya berbalas?

Note : Typo, ooc, implicit  sex scene, sho-ai.
 


= Promise =


Sang surya perlahan meninggalkan singgasananya, kembali keperaduannya. Langit musim gugur sore itu terlihat indah dengan gradiasi warna lembayungnya yang mendominasi. Angin sepoi-sepoi bertiup dari arah laut membawa perasaan segar menerpa dua anak adam yang sedang berdiri bersebelahan.
 
Salah seorang dari pemuda itu mengenakan hanfu sutra putih dengan ikat kepala berwarna senada dengan tahta emas ditengah keningnya semacam ciri khas dalam klan mereka sebenarnya. Sikap bersahaja dan tegas terlihat di wajah lelaki itu. Raut wajahnya datar, menyembunyikan perasaannya yang bergejolak dengan emosi yang tak terungkapkan.
 
Ia tak memperdulikan angin yang terasa makin dingin karena terus fokus menatap kearah laut. Bahkan dia tidak peduli akan keberadaan lelaki di sampingnya yang semenjak tadi menunjukkan gelagat ingin segera beranjak dari tempat itu.
 
"Lanzhan, ayo pulang. Cuaca makin dingin. Kau bisa sakit nanti," ujar lelaki yang berdiri disampingnya, mengenakan hanfu berwarna hitam perpaduan merah dengan pita merah di rambut panjangnya yang diikat ekor kuda. Lelaki itu memiliki wajah imut dengan gigi kelincinya yang terlihat manis, berkulit putih dan punya senyum menawan serta mata yang indah. Sekilas perawakannya mirif perempuan tapi kalau dilihat lebih jelas dia itu lelaki, lelaki cantik istilahnya.
 
"Jangan mengaturku, Weiying, " jawaban dari si wajah datar membuat pemuda imut yang dipanggil Weiying itu hanya bisa menghela nafasnya. Dia sudah biasa menghadapi sikap Lanzhan yang datar dan menyebalkan itu. Ia mengikuti arah pandang Lanzhan, berusaha menikmati pemandangan laut senja sambil diam-diam menatap wajah datar didepannya ini.
 
 
 
 
 
Pemuda ini, Lan Wangji atau biasa disapa Lanzhan oleh Weiying merupakan ketua sekte Lan generasi kedua dari klan Gusu yang bergelar Hanguang-jun. Adik kandung dari Lan Xichen atau Zewu-jun. Mereka dikenal dengan sebutan Gusu Lan bersaudara. Bagi Weiying, Lanzhan memiliki kharismatik yang tak terbantahkan membuat siapapun segan saat bertatapan dengan lelaki itu. Tubuhnya tinggi memiliki kulit seputih porselen begitu mempesona dan sempurna membuat para wanita terpesona sekalipun hanya dengan melihat siluetnya saja. Wajah tampan ketua sekte Lan itu begitu indah seolah tak tampak nyata. Ditambah dengan kemampuan silatnya yang tinggi membuat sosok lelaki itu semakin sempurna dimata kaum hawa dan menimbulkan iri dikalangan kaum adam.
 
Sementara lelaki di sampingnya sebenarnya juga tak kalah menawan darinya. Weiying yang mempunyai nama asli Wei Wuxian ini juga merupakan seorang kultivator handal dan ilmu silatnya juga tak kalah tinggi dari Lanzhan sendiri. Dia memiliki wajah yang manis dan senyum yang menawan. Hanya saja Wei Wuxian tidak bisa disetarakan dengan Lan Wangji. Dia hanya anak angkat dalam keluarga Jiang. Meski disayangi dia tetaplah orang luar. Dia juga dianggap pemberontak yang menganut aliran sesat disebut sebagai Yiling Laozu. Tapi Lanzhan yang menyayangi sahabatnya itu tidak peduli dengan semua masalalu Weiying, meski dia mendapat tantangan keras dari pamannya Lan Xiren yang sangat tidak menyukai keberadaan Wei Wuxian. Apalagi Wei Wuxian tidak punya sopan santun dan tidak mau menaati tata krama serta peraturan Gusu.
 
"Lanzhan, kau harus kembali ke Gusu. Membersihkan diri dan makan malam, " sekali lagi Wei Wuxian mencoba mengingatkan karena senja sudah beranjak malam dan dia juga merasa sudah cukup puas menatap wajah datar Lan Wangji diam-diam.
 
Kali ini Lan Wangji menoleh, tetap datar seperti biasanya tanpa terlihat sedikitpun riak kesedihan mewarnai wajah itu.
 
"Kau tidak berhak mengatur ku! " katanya ketus.
 
Lagi-lagi Wei Wuxian menghela nafas. Ucapan giok Lan itu tak membuatnya tersinggung.
 
"Hey, aku tahu kau ini penguasa Gusu. Namun aku tetap perlu memastikan agar kau menjalani kehidupanmu dengan baik, karena itulah gunanya aku ada di sisimu."
Tanpa mengatakan apapun, Lan Wangji segera membalikan badan dan berjalan melewati Wei Wuxian. Sempat dia melirik laut dengan ekor matanya seolah mengucapkan selamat tinggal. Seiring langkahnya yang menjauhi laut sorot matanya makin menajam dan ekspresinya semakin datar, seolah tak pernah ada emosi apapun diwajah itu.
 
...........
 
"Ketua Lan, ini adalah hasil laporan Klan Matahari, " ujar seorang lelaki berambut hitam panjang mengenakan hanfu putih sama seperti yang dia kenakan, berlutut menyerahkan gulungan kepadanya.
 
Lan Wangji menoleh kearah kanan, seakan mengerti, Wei Wuxian segera berjalan menghampiri lelaki pengantar pesan untuk menerima gulungan itu lalu kembali berjalan kearah Lan Wangji dan menyerahkan gulungan itu. Wei Wuxian segera menjauh membiarkan Lan Wangji membuka gulungan itu dan membaca isinya.
 
Lan Wangji begitu teliti membaca gulungan itu tanpa terlewatkan sebaris katapun. Seakan memastikan kalau tulisan itu memang ditulis oleh Shizui sendiri. Isi laporan itu adalah mengenai latihan prajurit yang dilakukan oleh klan Matahari secara mendadak sejak kemarin malam dan terlihat oleh beberapa pasukannya didekat perbatasan. Laporan itu diakhiri dengan tanda jempol serta cap khusus milik kepala pertahanan klan Gusu sendiri.
 
Raut wajah Lan Wangji terlihat datar seperti biasa dan dia tampak tenang. Sebagai orang yang memiliki ilmu tinggi dia sudah memperediksi hasil terburuk dari laporan itu dan sudah mencurigai aktivitas klan Matahari sejak beberapa bulan lalu. Sebetulnya dia sama sekali tidak pernah menpercayai Klan Matahari saat menawarkan aliansi dengan Gusu. Ingat, mereka pernah menghancurkan Yunmeng jiang bukan? Lan Wangji melirik kearah Weiying yang jauh di sudut jendela. Dia sengaja menutup batinnya agar Weiying tidak bisa mendengar suara hatinya. Dia tidak ingin Weiying mengamuk sebelum dia bisa memastikan hal sebenarnya.
 
 
"Mendekatlah Lan Shizui, " Lan Wangji mengisyaratkan anak didiknya itu mendekat kearahnya yang lansung dituruti oleh remaja itu. Shizui segera berlutut dan Lan Wangji berbisik padanya.
 
"Perintahkan bawahanmu untuk memperketat pengawasan diseluruh perbatasan, khususnya yang berbatasan dengan klan Matahari. Dan surat perintah akan segera aku siapkan!"
 
"Baik! " Shizui balas berbisik dan menganggukan kepala.
 
"Aku akan memerintahkan mu untuk pergi ke perbatasan dan bergabung dengan bawahanmu. Berikan laporan terbaru mengenai kondisi perbatasan sesegera mungkin padaku. "
 
Shizui sempat bertanya-tanya dalam hati apa maksud tindakan ketuanya itu. Mengapa  harus memperkuat penjagaan diseluruh perbatasan? Dia tidak mengerti dengan pemikiran Lan Wangji, namun bertanya pun dia tidak akan mendapat jawabannya.
 
"Saya akan segera melaksanakan perintah ketua. "
 
Lan Wangji menyuruj pemuda Wei itu mendekat kearah  meja tulis. Wei Wuxian yang tahu segera menyiapkan kertas dan tinta namun Lan Wangji malah menggerakkan tangan Wei Wuxian mencelupkan tinta dan menggerakkan tangan itu untuk menulis surat perintah. Setelahnya dia membubuhkan stempel klan dan menyerahkannya pada Shizui.
 
Shizui segera menundukan kepala sebelum kemudian bangkit dan berlalu dari ruangan itu. Wei Wuxian segera menghampiri Lan Wangji ketika Shizui  telah berlalu dari ruangan itu.
 
"Weiying, aku butuh bantuanmu. Ayo kita persiapkan pasukan kita. Dan pastikan mereka bersenjata lengkap, " ujar Lan Wangji dengan suara pelan. Wei Wuxian mengeryitkan dahi, dia telah lama mengenal ketua Lan itu tapi tidak pernah bisa menebak pemikiran dan rencananya hingga akhirnya rencana itu terlaksana.
 
 
 
"Mempersiapkan pasukan? Kalau boleh tahu buat apa, Lan Zhan? Apakah kita akan berperang lagi? " Wei Wuxian heran. Kata perang membuat gejolak emosi kembali menguasai hatinya. Jantungnya berdetak kencang. Darahnya mendidih dan luka hatinya yang sedikit mengering kembali basah dan terbuka lebar, seolah dikelupas dengan paksa. Lan Wangji sangat tahu apa yang dirasakan oleh Wei Wuxian.
 
16 tahun yang lalu Wei Wuxian kehilangan segalanya karena perang. Atau lebih tepatnya perang hukuman atas fitnahan yang dijatuhkan padanya. Dia harus membayar mahal untuk hal yang tidak dilakukannya  dengan kehilangan Yunmeng Jiang, kedua orangtua angkatnya serta kakak angkat tersayangnya yang mati dalam membelanya. Sudah begitu dia juga harus kehilangan kepercayaan dari saudara angkatnya Jiang Wanyin karena dituduh sebagai penyebab kehancuran keluarga mereka. Padahal itu semua adalah ulah klan Matahari.
 
Lan Wangji berusaha membela sahabatnya tapi dia juga tidak dapat menyelamatkan Wei Wuxian dari jurang kematian. Dan kini Wei Wu Wuxian bisa kembali berkat pengorbanan Mo Xuanyu dan Lan Wangji tidak ingin menyia-yiakan itu lagi. Untuk itulah dia kini selalu berada disisi Wei Wuxian untuk menjaganya.
 
Wei Wuxian sendiri mempercayai Lan Wangji lebih dari siapapun dan tidak peduli dengan ketidak setujuan para tetua Lan mengenai status Wei Wuxian yang kini sebagai Yiling Laozu, dengan aliran ilmu sihir hitam. Dia akan terus berada disisi Wei Wuxian apapun yang akan terjadi.
 
"Ya, kita akan berperang, " jawab Lan Wangji  ragu, ekspresinya terbaca oleh Wei Wuxian meski wajah itu selalu saja datar dimata orang lain. Wei Wuxian mengepal tangannya mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan pemikirannya.
 
"Apakah tidak ada cara lain selain berperang? Jangan biarkan musuh menancing emosimu, Lanzhan! Aku mengenal betul seperti apa klan Matahari. Jika perang terjadi, rakyatlah yang paling terkena dampaknya. Kau juga tahu bagaimana peristiwa Yunmeng Jiang bukan? "
 
Lan Wangji juga kuatir kalau klan Matahari yang melatih pasukan diperbatasan hanyalah sebuah jebakan semata. Sebetulnya jika klan Matahari hendak menyerang sekalipun, Lan Wangji yakin klannya bisa menang tanpa banyak menimbulkan korban jiwa.
Selama ini, Lan Wangji telah merencanakan balas dendam bagi klan Matahari dengan latihan berat bagi para pasukan khusus Gusu dan penggunaan senjata-senjata mutakhir untuk pasukannya disegala tingkat, mulai dari yang terendah hingga ke tingkat yang lebih tinggi. Berkat propaganda yang dilakukan Lan Wangji terhadap rakyat Gusu mengenai klan Matahari dan kejahatan perang yang dilakukan klan Matahari 16 tahun lalu, tidak ada pemberontakan yang dilakukan rakyat meskipun Lan Wangji menggunakan anggaran yang didapat dari pajak sebanyak 75 % untuk pasukannya dan 50 % untuk pembangunan serta kepentingan rakyat Gusu.
 
Kini, Lan Wangji hanya menunggu saat yang tepat untuk menjalankan rencananya. Kakaknya Lan Xichen tahu hal itu, namun dia membiarkannya karena dia tahu Lan Wangji berbuat demikian untuk kebaikan rakyat Gusu. Sebab jika tidak menyerang merekalah yang akan diserang. Lan Xichen tahu betul tabiat buruk klan Matahari, peristiwa 16 tahun yang lalu cukup menjadi contoh bagi mereka.
 
"Tidakkah kau ingin membalas dendam, Weiying? Keluarga Jiang meninggal dalam pertempuran 16 tahun yang lalu. Yunmeng Jiang hancur, bahkan Jiang-chen juga tidak mengakuimu lagi karena menganggap dirimu seorang pembunuh. Kau bahkan tak memiliki seorangpun yang menganggapmu keluarga kini. "
 
Wei Wuxian menundukan kepala, merasa kecewa karena Lan Wangji sama sekali tidak sadar dengan perasaannya. Jauh didalam hatinya, dia telah menganggap Lan Wangji sebagai anggota keluarga, satu-satunya orang yang paling berharga dihatinya kini.
 
"Tidak, aku tidak ingin lagi membiarkan orang-orang tidak bersalah menjadi korban. Cukuplah peristiwa 16 tahun lalu. " jawab Wei Wuxian serius.
 
"Mungkin kau tidak pernah memikirkan hal ini, namun bagaimana jika para pasukan itu sebetulnya hanyalah warga sipil yang dipaksa menjadi prajurit dan membunuh? Haruskah mereka yang disalahkan? "
 
Ucapan Wei Wuxian membuat Lan Wangji terhenyak. Wei Wuxian adalah seorang persuator ulung yang mempengaruhi keputusannya dan sedikit mempengaruhi tindakannya juga. Ketika Lan Wangji membuat keputusan, maka Wei Wuxian akan memberikan penilaian dan memberikan pendapatnya juga.
 
"Kau terlalu baik, Weiying, " ujar Lan Wangji.
 
" Aku tidak mengerti kemana perginya Yiling Laozu yang dingin dan ganas itu. " usai berkata demikian Lan Wangji bangkit dari duduknya dan beranjak.
 
"Ikutlah keruangan pribadiku! "
 
Wei Wuxian menundukan kepala dan segera berjalan di belakang Lan Wangji. Hanya dengan menatap punggung pemuda Lan itu membuatnya teringat akan punggung yang sama,  yang pernah dipeluknya erat sambil menangis 16 tahun  yang lalu.
 
.........
 
Angin malam yang dingin bertiup kencang seolah mengingatkan jika salju akan turun sebentar lagi. Sekarang sudah memasuki akhir tahun dan musim gugur baru saja berlalu, pepohonan menyisakan ranting-ranting kering pertanda tahun baru akan segera tiba.
 
Didalam sebuah kamar disalah satu Paviliun Gusu, terdapat dua orang anak adam sedang duduk berhadapan dimeja oshin dengan beberapa botol tuak kualitas terbaik. Wei Wuxian mengambil sebotol Tuak yang masih berisi tiga perempat dan menuangkannya kedalam gelas Lan Wangji.
 
"Kau juga minum, Weiying, " Lan Wangji melirik Wei Wuxian yang sama sekali tidak menyentuh gelasnya. Sedangkan dirinya sendiri sudah mulai merasa tanda-tanda akan mabuk. Wei Wuxian menggeleng.
 
"Aku tidak kuat minum. " lirihnya, Lan Wangji berdecih dan menatapnya sinis.
 
"Apa tidak kebalik? Kau pikir aku mengenalmu berapa tahun? Siapa orang yang selalu menghabiskan paling sedikit 5 botol tuak setelah merengek padaku? "
 
Wajah Wei Wuxian memerah dan merasa malu karena kebohongannya terungkap. Dia akui dia memang gila tuak sejak dulu dan merupakan peminum yang kuat. Bukan seperti Lan Wangji yang terkenal alim dan bersahaja.
 
"Aduh, ketahuan deh! " Wei Wuxian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
 
"Kalau aku minum dan mabuk siapa yang akan menjagamu? Bisa berabe kalau kita berdua mabuk terutama kau, Lanzhan! "
 
Lan Wangji menatap Wei Wuxian tajam berusaha untuk tidak menerkam pemuda dihadapannya ini. Wei Wuxian ini kalau bicara tak pernah berpikir terlebih dahulu.
 
"Kau bahkan lebih lemah dariku. Aku tak yakin kau bisa tahan godaan akan tuak. Ayo minum, atau kuberikan semua tuak terbaik ini pada Cao Yuchen, atau Jin Guangyao dan teman-teman lain. "
 
Wei Wuxian yang mendengar nama Jin Guangyao segera mengangkat botol tuak itu dan meneguknya dengan paksa. Ia benci mendengar nama itu dari mulut Lan Wangji. Dan dia bersumpah tidak akan meminum lebih dari sebotol tuak  malam ini. Namun Lan Wangji telah membuatnya lupa diri mereka berdua malah minum lebih banyak dari seharusnya.
 
"Jangan minum terlalu banyak, Hanguang-jun. Ingat kesehatanmu. Kalau kau sakit bagaimana dengan klan Gusu ini? Apalagi kau belum menikah dan memiliki seorang putra. "
 
 
 
 
Lan Wangji melotot mendengar ucapan Wei Wuxian yang menurutnya tidak lucu itu. Dia masih belum memikirkan hal itu. Memang para tetua Gusu menyarankan agar dia segera mencari pendamping demi kelangsungan Gusu. Pamannya Lan Xiren begitu kuat menyarankan hal itu, bahkan sudah menyediakan calon untuknya. Tapi Lan Wangji sendiri tidak pernah terpikir untuk memiliki istri dan hanya menganggap bahwa wanita itu mahluk penuntut sekaligus alat memproduksi keturunan semata. Lagian dia punya janji yang tak akan pernah dilanggarnya bahkan seumur hidupnya sampai dia sendiri mendengar orang itu membuka hati untuknya. Alih-alih membantah ucapan Wei Wuxian dia malah membalikkan perkataan pemuda itu.
 
"Bagaimana jika aku tidak ingin menikahi wanita manapun? "
 
"Kau sudah mabuk, Lanzhan. Jangan bilang jika kau ingin menjadi biarawan, " goda Wei Wuxian tersenyum geli.
 
"Kenapa tidak ingin menikah? Padahal kau bisa mendapatkan wanita manapun yang kau mau. " lanjutnya.
 
"Karena aku terikat janji hatiku. Aku menginginkan teman masa kecilku untuk menjadi kekasih hatiku. "
 
Wei Wuxian sempat membelalakkan matanya mendengar ucapan Lan Wangji. Tapi kemudian tawanya meledak tanpa bisa dikendalikan lagi. Ia yakin kalau Lan Wangji sudah mabuk hingga mengucapkan hal aneh itu.
 
"Bagaimana mungkin dua orang pria bisa menjalin hubungan cinta huh? Kau tahu itu adalah hal yang sangat terlarang terutama bagi klan Gusu sendiri. "
 
"Aku tidak peduli itu. " jawab Lan Wangji menatap tajam kearah Wei Wuxian. Kepalanya sudah mulai pusing dan kesadarannya pun perlahan terkikis.
 
"Jika aku menghendaki tak seorangpun boleh melarangnya. "
Ucapan tegas Lan Wangji membuat Wei Wuxian terdiam menundukan kepalanya. Saat dia mengangkat kepalanya, dia malah menemukan betapa seriusnya pemuda Lan itu menatapnya. Sebenarnya tak jauh beda dengan Lan Wangji, Wei Wuxian pun tidak ingin menikah. Dia hanya ingin mengabdikan seluruh hidupnya untuk Lan Wangji seorang. Dan dia baru akan meninggalkan lelaki itu jika hidupnya sudah mulai dianggap beban bagi lelaki itu.
 
Lan Wangji mengulurkan tangannya,  menarik wajah Wei Wuxian dan menangkupnya. Rasa marah akan aturan-aturan konyol klannya  mendadak merasukinya. Ia ingin bebas mendekati Wei Wuxian tanpa terikat aturan apapun.
 
"Aku tahu kau mengerti maksudku, Weiying."  Lan Wangji menatap lekat iris karamel yang indah dan menawan itu dalam-dalam.
 
"Ini tidak benar! " Wei Wuxian malah memejamkan matanya.
 
"Aku hanyalah seorang kultivator hina, penyihir ilmu hitam yang dianggap pemberontak, tidak pantas berdekatan dengan pemimpin suci sepertimu. Kita tidak sebanding, Lanzhan. "
 
"Perintahku adalah mutlak. Sekarang aku ini atasanmu kan? " Lan Wangji terlihat tidak peduli.
 
"Lanzhan... " Ucapannya terputus saat perlahan Lan Wangji menempelkan bibirnya pada bibir Wei Wuxian. Spontan Wei Wuxian membuka mata saat merasakan benda kenyal menempel dibibirnya namun seolah terhipnotis dia malah diam saja saat Lan Wangji melumatkan bibirnya serta membuka mulutnya, bertukar saliva dengan lelaki itu.  Bahkan ia membalas ciuman itu.
 
Tangan Lan Wangji mulai bergerilya melepas satu persatu pakaian yang melekat di tubuh Wei Wuxian tanpa melepas ciuman mereka. Nafsu telah merasuki akal sehatnya yang terkikis habis akibat alkohol.
 
 
 
"Mmph... mmmphm..." erang Wei Wuxian tertahan saat menyadari dia telah full naked dan lidah Lan Wangji di mulutnya membuatnya merasa geli, mulutnya terasa penuh sehingga saliva terus mengalir keluar.
 
Lan Wangji kemudian melepaskan ciumannya hanya untuk membuka pakaiannya sendiri sehingga ia juga sama full naked seperti Wei Wuxian. Alkohol ternyata telah membuat tubuhnya menghangat dan libidonya meningkat.
 
Wei Wuxian tidak peduli apa yang akan dilakukan Lan Wangji pada tubuhnya. Dia membiarkan Lan Wangji menggerayanginya dan menyentuh tiap inchi tubuhnya. Inilah satu-satunya cara baginya untuk menunjukan perasaannya pada pemuda Lan itu, perasaan yang tak mungkin bisa terungkap kalau mereka berdua masih dalam keadaan sadar.
 
Wei Wuxian merasakan tubuhnya telah terangkat, ternyata Lan Wangji memindahkannya ketempat tidur. Kembali Lan Wangji menyentuh titik-titik sensitif tubuhnya dan menjilatinya membuat libidonya ikut meningkat.
 
"Bersiaplah Weiying, malam ini akan menjadi malam yang paling berkesan untukmu dan aku harap kau tidak menyesalinya. "
 
"Ku harap kau tidak menyesalinya juga, Lanzhan. "
 
Lan Wangji mengecup bibir Wei Wuxian singkat dan menyeringai. Kedua anak adam itu akan segera kehilangan keperjakaan mereka sebentar lagi. Malam panjang menjadi saksi pemuas hasrat terpendam mereka berdua demi melunasi janji kecil mereka.
 
.............
 
Wei Wuxian terbangun paginya dalam keadaan lelah luar biasa dengan kondisi full naked. Hanya berbalut selimut yang melekat ditubuhnya terhubung dengan Lan Wangji yang masih terlelap disampingnya juga dengan tubuh sama nakednya.
Wei Wuxian segera menyadari saat melihat tanda merah di lehernya dan cairan lengket yang mengalir dari anusnya. Dia sudah melakukan kesalahan besar kerena mabuk. Dia telah bercinta dengan Lan Wangji secara sukarela tanpa bisa menghentikan lelaki itu. Dan dia yakin sebentar lagi akan terjadi kegemparan dalam klan Gusu dan Wei Wuxian tidak boleh membiarkan hal ini terjadi.
 
Perlahan dia bangkit dan mengambil pakaiannya yang tergeletak tidak jauh dari tempat tidur serta memakai pakaiannya dengan cepat mengambil chenqing nya dan menyelit kan dipinggangnya lalu berdiri di hadapan Lan Wangji yang masih tertidur.
 
"Selamat pagi, Weiying, " sapa Lan Wangji dengan suara parau. Rupanya pemuda itu sudah bangun hanya kepalanya agak pusing akibat pengaruh alkohol yang lumayan banyak diminumnya tadi malam. Tapi samar-samar dia masih teringat apa yang dia lakukan bersama Wei Wuxian tadi malam.
 
"Tadi malam menyenangkan bukan? " godanya tersenyum menyeringai. Wei Wuxian pura-pura mengeryitkan dahi seolah tak mengerti ucapan Lan Wangji.
 
"Apanya yang menyenangkan dengan menghabiskan malam mengurusi pria mabuk." ketusnya.
 
"Apa berhubungan denganku itu adalah caramu mengurusi orang mabuk? " balik tanya Lan Wangji.
 
"Berhubungan? Tentu saja kita memang berhubungan kan? Kau adalah sahabatku sekaligus atasanku saat ini, " balas Wei Wuxian terkekeh menutupi kecanggungannya. Lan Wangji malah kesal mendengarnya.
 
"Tidak usah pura-pura polos, Weiying. Kau tahu kita telah bercinta tadi malam, melakukan hubungan seksual."
 
 
Wei Wuxian tertawa hingga airmatanya keluar. Ia tidak tertawa karena bahagia, hatinya terasa sakit bagai dicabik-cabik pedang dan membuatnya ingin menangis. Dia sangat sedih mendapat kehormatan merasakan bercinta dengan penguasa Gusu tersebut. Namun itu terjadi karena mereka berdua dalam pengaruh alkohol semata bukan murni dari hati. Dia bahkan tidak ingin mencemarkan nama baik Gusu hanya karena bercinta dengan sesama gender.
 
"Kita benar-benar mabuk semalam, Lanzhan. Apa yang merasuki kepalamu heh? Kita bahkan tidak melakukan apapun. Yang ada kau malah melepas seluruh pakaianmu karena kepanasan dan aku menggendongmu kekasur agar kau tidak membuat keributan diluar. Kau tahu sendiri bagaimana dirimu saat mabuk kan? "
 
Hati Wei Wuxian nyeri mengungkap kebohongan itu. Namun dia harus menjaga kehormatan Lan Wangji. Selamanya dia tidak akan pernah melupakan sentuhan pemuda Lan itu ditubuhnya. Dia masih mengingat dengan jelas sensasi yang dia rasakan ketika Lan Wangji memasuki dirinya.
 
Lan Wangji mengerutkan kening, dia merasa yakin mengingat fakta itu dengan jelas. Alkohol memang membuatnya mabuk tapi dia masih ingat akan percakapannya dengan Wei Wuxian malam itu dan sensasi sentuhannya pada tubuh pemuda Wei itu.
 
"Tch... ini tidak mungkin, ceritanya tidak seperti itu. " dia menggelengkan kepalanya.
 
"Kau tidak percaya padaku, Lanzhan? "
 
"Tidak untuk hal ini, tapi kau memang satu-satunya orang yang bisa kupercaya. "
 
Wei Wuxian kembali tersenyum mendengar perkataan Lan Wangji. Ia senang mendengar ucapan itu. Ia tidak peduli jika selamanya dia akan memendam perasaan pada ketua Gusu itu. Biarlah hal yang kemarin malam hanya menjadi kenangan buatnya, setidaknya dia cukup bahagia Lan Wangji mempercayainya untuk saat ini karena dia tidak ingin menghancurkan masa depan Lan Wangji.
 
..........
 
Perang dengan klan Matahari ternyata benar-benar terjadi. Tengah malam klan Matahari menyerbu perbatasan wilayah Gusu. Beruntunglah Lan Wangji sudah mempersiapkan segalanya untuk menyambut serangan itu. Wei Wuxian bergabung dengan pasukan menuju perbatasan wilayah klan Matahari tanpa menunggu perintah dari Lan Wangji. Dia sengaja karena tidak tahan akan perasaannya sendiri jika dia terus berdekatan dengan pemuda Lan tersebut, sehingga berisiatif menjauhkan diri dari lelaki itu.
 
Kondisi dalam Gusu sendiri sedang gempar karena perang tersebut. Situasi di medan perang sendiri tidak sepenuhnya berjalan sesuai dengan ekspektasi Lan Wangji. Dia bahkan lupa menghitung jika klan Matahari memiliki setengah kali lipat dari seluruh pasukan Gusu, dan klan Matahari mengerahkan seluruh pasukannya untuk menggempur Gusu habis-habisan.
 
Lan  Xichen mengirimkan surat memohon bala bantuan kepada klan-klan  terdekat yang bersahabat dengan Gusu. Diantaranya sekte Jiang dan sekte Jin. Seharusnya Gusu bisa memenangkan perperangan itu mengingat jumlah pasukannya lebih banyak namun kekuatan fisik pasukan klan Matahari jauh lebih hebat dan persenjataan mereka jauh lebih mutakhir dari Gusu.
 
"Persiapkan kuda, aku akan segera berangkat menuju perbatasan. " seru Lan Wangji yang membuat beberapa bawahannya heran.
 
"Bukankah sebaiknya anda menunggu di Gusu saja, ketua? Akan sangat berbahaya jika Gusu dibiarkan kosong. " Sizhui mencoba memberikan pendapatnya. Namun Lan Wangji menggelengkan kepala. Ia sudah merasakan kecemasan karena sejak dua hari lalu sejak tidak menemukan lagi keberadaan Wei Wuxian di Gusu. Menurut kabar yang dia dengar, Wei Wuxian ternyata telah berangkat bersama-sama pasukannya menuju perbatasan. Lan Wangji masih berpikir jernih namun dia tidak bisa berhenti memikirkan kondisi Wei Wuxian.
 
"Weiying sedang berada di medan perang. Jika aku sampai kehilangan dirinya maka sama buruknya dengan kudeta. "
 
Shizui terdiam. Secara pribadi dia tidak terlalu pusing dengan keadaan Wei Wuxian karena ada paman Wen-Ning yang selalu disisinya. Dia bahkan tidak tahu seberapa pentingnya Wei Wuxian bagi Gusu sekarang sehingga ketuanya itu begitu memperhatikan keselamatannya. Dia tidak tahu saja kalau sejak dia kecil mereka sudah bersama kan?
 
"Ketua benar, namun jika paman Wei ikut berperang kemungkinan menang bagi kita akan meningkat bukan? Bukankah klan Jiang dan klan Jin yang menjadi musuh klan Matahari juga ada dipihak kita! "
 
"Tapi pihak mereka masih belum datang untuk membantu kita. Itulah sebabnya aku akan turun tangan sendiri untuk membuktikan kalau aku benar-benar serius untuk membalas dendam dan menaklukan klan Matahari itu. " suara Lan Wangji benar-benar penuh dengan amarah. Shizui merasa terkejut dengan tindakan ketuanya yang biasanya tampak tenang itu.
 
"Tolong jangan bersikap gegabah, ketua. Anda bisa saja akan kehilangan Gusu jika harus seperti itu. " peringatan Sizhui membuat Lan Wangji tidak enak. Dia sangat tahu remaja itu sudah mengalami itu dulu. Di telantarkan oleh klannya sendiri demi kekuasaan. Sizhui bahkan anak yang sangat baik dan santun tidak suka repot mengurusi hal orang lain. Lan Wangji tidak yakin Sizhui berniat menjadi ketua berikutnya andai dia mendapat kesempatan sekalipun. Dia menepuk bahu Sizhui dan berbisik.
"Gantikan aku sementara, jika aku dan Weiying belum kembali, maka jadilah ketua Gusu untukku. " mata Sizhui terbelalak mendengar ucapan Lan Wangji.
 
"Ketua, anda harus tetap berada disini dan memimpin klan Gusu ini. "
 
Lan Wangji tidak menghiraukan Sizhui dan mengambil gulungan kertas dimeja, segera menulis surat perintah rahasia kepada Sizhui, membubuhkan cap dan tanda tangan. Kemudian menyelipkan surat itu dibalik pakaian Sizhui lalu berjalan meninggalkan ruangan, tak menghiraukan Sizhui yang berusaha mengejarnya.
 
.........
 
Mentari belum muncul di ufuk timur ketika Lan Wangji meninggalkan Gusu dan berkuda menuju perbatasan. Para prajurit Gusu tampak terkejut dan melihat kemunculan ketua mereka, namun Lan Wangji tidak begitu peduli karena dia hanya memikirkan keadaan Wei Wuxian yang berada dimedan perang dalam keadaan tidak seimbang melawan jutaan pasukan klan Matahari.
 
Lan Wangji benar-benar kuatir Wei Wuxian mungkin saja akan tewas di medan perang karena seberapa hebatnya pun kekuatan chenqing pemuda itu namun dia tidak lagi memiliki jindan ditubuhnya, membuatnya tidak akan mampu menggunakan suibian nya lebih dari 15 menit. Dan Lan Wangji lebih memilih mati ketimbang mempertahankan klan Gusu dan melanjutkan hidup jika tanpa Wei Wuxian yang sangat dicintainya. Sudah cukup dia menangis kehilangan Wei Wuxian 16 tahun yang lalu dan dia bertekad tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi. Setidaknya jika memang harus mati dia tidak akan membiarkan Wei Wuxian mati sendiri tanpa dirinya.
 
Setiibanya di medan perang, tanpa istirahat Lan Wangji lansung terjun kearena sambil berusaha mencari sosok Wei Wuxian yang tak ditemuinya di garis belakang atau puncak bukit, tempat dimana seharusnya pemuda Wei itu berada. Pasukan sangat lega dengan kehadiran ketua klan mereka. Lan Wangji berbisik kearah salah seorang bawahannya yang berada disisinya
 
" Sudahkah pemanah dipihak kita menyerang musuh? "
 
"Belum, ketua. Kami menunggu waktu yang tepat untuk menyerang dan hanya akan memulai jika sudah diberi tanda. "
 
Lan Wangji menatap kearah pasukan musuh didepan sana dan menyeringai saat mengetahui bahwa digaris depan pasukan penunggang kuda musuh jumlahnya jauh lebih banyak dibanding pasukan infanteri. Lagi pula lokasi perperangan yang dikelilingi bukit-bukit sangat menguntungkan bagi klan Gusu. Saat ini pasukan pemanah sedang berada dibukit mengamati perang menggunakan teropong.
 
"Sekarang waktu yang tepat untuk menyerang. " perintah Lan Wangji seraya mengangkat Bichen nya memberi tanda untuk memulai.
 
Dibarengi teriakan lantang dan tak menunggu lama, ribuan panah menghujani pasukan musuh, mengoyak daging mereka dan menjatuhkan kuda-kuda mereka.
 
Lan Wangji menghumus bichen nya sambil terbang diudara melintasi medan perperangan dan matanya segera menangkap keberadaan Wei Wuxian digaris depan menghumus suibian nya dengan berani. Meskipun dia tidak bisa menggunakan pedangnya lebih dari 15 menit kerena sudah kehilangan jindannya tapi dia mampu memenggal kepala pasukan musuh dalam jumlah banyak. Kecepatan dalam memainkan pedangnya rupanya tidak berubah.
 
Sebenarnya Lan Wangji merasa aneh. Pihak pasukan musuh begitu lemah baik dalam menghumus pedang maupun menunggang kuda bahkan kemampuan mereka imbang dengan pasukan Lan Wangji. Lan Wangji sangat yakin kalau ini hanya jebakan dan dia cepat menyadari bahwa keputusannya memerintahkan pasukan pemanah adalah kesalahan fatal. Pihak musuh kini mengetahui dimana lokasi pasukan pemanahnya.
 
"Sial! " gumam Lan Wangji marah. Ia. Menahan diri untuk menghampiri Wei Wuxian dan berharap Wei Wuxian dapat bertahan hingga pergantian pasukan tiba.
 
..........
 
Waktu pergantian pasukan tiba, tapi Lan Wangji tidak beranjak dari tempat nya. Wei Wuxian tampak terkejut dengan kehadiran Lan Wangji dimedan perang.
 
"Apa yang anda lakukan disini, ketua? "
 
"Ikutlah denganku sekarang! " Wei Wuxian melirik jasad pasukan diatas kudanya dan menggelengkan kepala.
 
"Sebelumnya izinkan saya membawa pasukan ke kamp terlebih dulu. "
 
"Hn... "
 
Mereka berdua meninggalkan medan perang menuju kamp. Diluar kamp terdapat tumpukan jasad pasukan Gusu. Beberapa orang menyalakan obor untuk segera membakar jasad-jasad itu dikelilingi pasukan yang masih tersisa. Mereka semua tampak lelah dan beberapa diantaranya ada yang terluka. Namun mereka semua tidak begitu peduli dengan kondisi mereka dan memilih mengelilingi jasad rekan mereka seraya mengucapkan doa sederhana untuk mengantar kepergiannya.
 
Wei Wuxian segera turun dari kuda dan mengangkat salah satu jasad bawahannya, meletakannya ditumpukan jasad itu dan menundukan kepala sebagai penghormatan terakhir. Para prajurit menyadari kehadiran ketua mereka hendak berlutut memberi hormat namun Lan Wangji segera menunjukan gesture memerintah mereka untuk menghiraukan keberadaanya dan melanjutkan aktivitas mereka.
 
Wei Wuxian kembali kearah Lan Wangji dengan air mata yang telah mengering diwajahnya. Tampak sekali kalau dia baru saja menangis. Tanpa berkata apapun Lan Wangji mengajaknya meninggalkan kamp menuju air terjun yang terletak sekitar 500 meter dari kamp. Setibanya disana dia lansung menatap Wei Wuxian dengan tajam.
 
"Apa kau ingin mati, Weiying? Mengapa kau pergi mengikuti pasukan tanpa memberitahuku? Kau ingin melangkahi aku sebagai ketuamu hah?! "
 
"Maafkan aku, Lanzhan. Menurutku lebih baik aku ikut berperang lansung dengan mereka. Jika aku hanya diam ditempat aku justru merasa tidak berguna sama sekali. " kata Wei Wuxian tegas. Mendengar itu emosi Lan Wangji jadi memuncak.
 
"Apakah kau tidak sadar siapa ketua disini? Berhentilah memikirkan orang lain dan pikirkan dirimu sendiri, Weiying. Kau tahu aku tidak mau kehilangan dirimu lagi." bentak Lan Wangji dengan emosi yang membakar dadanya. Dia melangkah maju dan memeluk Wei Wuxian dengan erat. Meski Wei Wuxian enggan karena pakaiannya yang kotor oleh noda darah namun dia membalas juga pelukan ketua Lan itu.
 
"Kembalilah ke Gusu, Lanzhan. Kau tidak seharusnya ada disini. " bisiknya pelan. Namun dibalas gelengan oleh pemuda Lan itu.
 
"Aku akan turun ke medan perang bersamamu, Weiying. "
 
"Tapi... "
 
"Setelah perang berakhir menikahlah denganku. " Lan Wangji memotong ucapan Wei Wuxian cepat. Wei Wuxian membelalakan matanya dan melepaskan pelukan dari tubuh giok Lan itu. Ia terkejut hingga lupa menutup mulutnya.
 
"Ta-tapi... itu tidak mungkin. Ki-kita berdua sesama pria, ba-bagaimana... "
 
"Apa kau tidak bersedia menikah denganku? " Wei Wuxian cepat menggelengkan kepalanya.
 
"Maksudku kau mengatakannya dengan tiba-tiba. Sementara hubungan kita kini hanya sebatas tuan dan bawahan. " Dia memberikan alasannya.
 
"Tidak ada pandangan seperti itu jika kita saling mencintai. " wajah Wei Wuxian memerah mendengar perkataan Lan Wangji. Dia merasa sedang bermimpi kalau Lan Wangji yang terkenal datar dan dingin itu mampu berbicara seperti itu.
 
"Aku bisa apa kalau ketua sudah bicara demikian? Aku sangat bahagia dengan lamaran ini. " wajah Wei Wuxian memerah saat mengatakan itu.
 
Lan Wangji menatap iris karamel Wei Wuxian lekat-lekat kemudian tersenyum lebar dan mengecup bibir Wei Wuxian dan mengulumnya dengan mata terpejam. Kedua lelaki itu berciuman di tengah-tengah salju yang turun malam itu.
 
.........
 
Perang terus berlansung selama 6 hari. Wei Wuxian dan Lan Wangji terpaksa mengubah strategi karena tidak mengira kalau pasukan sekte Wen yang dikira lemah itu ternyata merupakan kekuatan inti klan Matahari sendiri.
 
Lan Wangji kini mulai tidak yakin kalau mereka bakal memenangkan perperangan meskipun dua klan akan datang membantu mereka. Para prajurit mereka kini sudah melemah karena titik-titik racun keluarga Wen yang tersebar menyerang vital tubuh pasukannya.
 
Lan Wangji kini bahkan ikut berperang, dia menahan diri untuk tidak menggunakan Quqin dan terus menghindar serta menangkis dengan Bichen nya saja dan berhasil menebas beberapa kepala pasukan elite sekte Wen sambil sesekali memantau Wei Wuxian yang bertarung membelakangi nya.
 
Situasi benar-benar memanas dan Lan Wangji akhirnya mengeluarkan Quqin nya dan Wei Wuxian meniup Chenqing untuk mengimbangi permainan Quqin Lan Wangji. Suara merdu dari kedua alat itu membuat para pasukan tersentak dan mundur kebelakang menutup pendengaran mereka. Pasukan musuh kemudian menjerit histeris karena bayangan merah dan hitam yang melayang di udara akibat tiupan Chenqing mulai menghancurkan mereka secara perlahan.
 
Tapi sayang ditengah duet mereka, mereka tidak sadar ada salah yang melemparkan panah beracun kearah Lan Wangji. Untunglah Wei Wuxian menyadarinya dan segera memeluk Lan wanji dari belakang sehingga anak panah beracun itu malah menembus tubuhnya yang menjadi tameng bagi tubuh Lan Wangji. Lan Wangji sama sekali tidak menyadari hal itu terus saja memetik Quqin nya. Namun dia merasakan pelukan Wei Wuxian.
 
"Weiying, kembalilah ke kamp. Aku tahu kau sudah kelelahan, " ujar Lan Wangji saat dia tidak lagi mendengar suara chenqing Wei Wuxian.
 
"Aku akan tetap disini. " Lan Wangji berdecak keras dan dia menghentikan permainan Quqin nya dan kembali menyerang dengan pedangnya.
 
Tubuh Wei Wuxian sudah mencapai batasnya, kepalanya mulai pusing dan tak bisa konsentrasi lagi. Racun panah itu sudah menyebar dalam tubuhnya meski dia sudah mencabut anak panahnya tanpa diketahui Lan Wangji. Ia bahkan tidak sempat mengelak saat prajurit musuh menusukkan pedang yang lansung menembus dada dan perutnya.
 
Wei Wuxian jatuh seketika. Darah mengucur deras dari lukanya dan dia juga memuntahkan darah segar dari mulutnya. Pasukan sekte Lan disekitarnya terkejut karena pasukan musuh berhasil melukai sahabat terkuat dari ketua sekte mereka.
 
Lan Wangji sempat terdiam. Pemandangan di depannya itu mengingatkannya pada kejadian 16 tahun yang lalu saat dia melihat sendiri Wei Wuxian dilukai oleh Jiang-chen dengan pedang sebelum Wei Wuxian menjatuhkan dirinya kelembah api. Kemarahan mendadak menguasai Lan Wangji. Dia meraih suibian yang tergeletak di tanah menyatukan dengan bichen nya hingga menimbulkan percikan api yang lansung menyerang habis-habisan pasukan Wen yang lari pontang panting menghindari api ganas itu.
 
Lan Wangji menghampiri Wei Wuxian yang tergeletak di tanah dan memeluknya tanpa peduli darah pemuda itu mengotori pakaian putihnya. Meletakan kepalanya dipangkuan nya.
 
" Weiying, aku akan membawamu pada tabib Wenqing. "
 
Wei Wuxian menatap Lan Wangji yang terlihat samar dimatanya. Tubuhnya menggigil kedinginan bukan karena cuaca musim dingin melainkan karena darah yang terus mengucur. Dia tersenyum. " Tidak perlu, Lanzhan... ku rasa ini adalah akhir. Aku juga tidak... mungkin hidup dua kali. " katanya lemah.
 
Lan Wangji menggeleng, walaupun secara logika dia tak yakin Wei Wuxian bisa bertahan hingga ke kamp. Tapi dia tidak ingin memutus harapan begitu saja.
 
 
"Ah... rasanya aku, tidak bisa bersamamu lagi. Tapi walaupun demikian... aku cukup bahagia... bisa bertemu dan bersamamu... hingga akhir. " suara Wei Wuxian terbata-bata menahan sakit dan nyeri di tubuhnya. Lan Wangji menggelengkan kepala, airmatanya menetes tanpa disadarinya.
 
"Bodoh, seharusnya kau mendengar ucapanku." kesalnya menggenggam erat tangan Wei Wuxian yang dingin. Senyum tak memudar dari wajah Wei Wuxian meski dewa kematian menunggunya.
 
"Siapapun akan mati, Lanzhan. Aa-aku... ingin... kau mengabulkan permintaanku." katanya lemah.
 
"Apapun untukmu, Weiying. " ucapan Lan Wangji membuat senyum Wei Wuxian makin lebar dan matanya tampak berbinar. Tak biasanya Lan Wangji mendengarkan permintaannya. Namun baru akan membuka mulutnya lagi darah keluar dari mulutnya dengan deras. Lan Wangji lansung menampung darah itu dengan telapak tangannya tanpa jijik sedikitpun.
 
"Lanzhan... aku... hanya ingin... kau hidup... dengan baik... maaf... aku, aku..tak bisa menikah-" sampai disini ucapan itu terputus karena darah kembali mengalir dari mulutnya. Wei Wuxian menyadari bahwa hidupnya akan berakhir sebentar lagi tapi dia berharap diberi sedikit waktu lagi agar bisa menyelesaikan ucapannya.
 
" Terima kasih... wo ai ni... " iris karamel itu akhirnya terpejam dan genggamannya pada tangan Lan Wangji terlepas. Wei Wuxian mati dengan senyum menghiasi bibirnya yang ditujukan untuk Lan Wangji seorang. Lan Wangji tidak menahan diri lagi untuk tidak menangis. Ia bahkan tidak peduli akan prajuritnya di sekelilingnya.
 
 
"Wo ai ni Weiying, tunggu aku! " bisiknya merengkuh Wei Wuxian dalam dekapannya lalu perlahan meletakan kembali tubuh yang sudah tidak bernyawa itu dengan hati-hati. Matanya menatap nanar kearah pasukan musuh yang masih bertarung menghindari api dari kedua pedangnya.
 
"Kau tidak akan pernah menang Hanguang-jun. Kau akan mati ditanganku dan Gusu akan aku rebut dengan mudah. "
 
Lan Wangji mendengus keras dia mengenal suara itu, suara yang sama yang didengarnya 16 tahun yang lalu, orang yang telah membunuh belahan jiwanya, Wen Rouhan.
 
"Menyerah sajalah. Kalau kau menyerah kau tidak perlu kehilangan nyawamu juga, " ujar Wen Rouhan pongah.
 
"Tch...lebih baik mati daripada menyerah pada bajingan sepertimu." gelak tawa segera menusuk pendengaran Lan Wangji membuatnya jijik. Segera saja Lan Wangji meraih Bichen dan suibian memainkannya dengan kecepatan kilat menebas kedua lengan ketua sekte Wen itu. Jerit kengerian terdengar dari mulut lelaki itu, namun sebelum kedua lengannya terpotong dia sempat menusukan pedangnya kearah jantung Lan Wangji.
 
Lan Wangji juga merasakan sakit namun sebelum dia benar-benar roboh dia kembali menusukkan pedangnya menembus leher Wen Rouhan yang membuat lelaki itu menemui ajalnya seketika. Bersamaan dengan itu, Lan Wangji pun ambruk disamping mayat Wei Wuxian, terbaring diatas tanah yang penuh darah. Ia sempat menoleh kearah wajah damai Wei Wuxian sambil minta maaf dalam hati karena tidak bisa menepati janjinya untuk hidup dengan baik seperti harapan Wei Wuxian.
 
"Ketua Lan! " terdengar derap langkah dan sesorang berlutut didepan tubuh Lan Wangji.
 
"Bertahanlah adik Lan, pasukan klan Matahari sudah menyerah. Kita telah menang. " ini suara kakaknya Lan Xichen tapi Lan Wangji tidak mampu membuka matanya lagi. Ia hanya tersenyum simpul persis seperti Wei Wuxian ketika meninggalkannya. Dia merasa lega dan bahagia, setidaknya apa yang telah dilakukannya tidaklah sia-sia.
 
........
 
Perang sudah berakhir kini Klan Gusu dalam keadaan berkabung begitu juga dengan klan Jiang. Jiang-chen menyadari kesalahannya mengusir Wei Wuxian namun telah terlambat. Atas kesepakatan bersama mereka memakamkan kedua pemuda itu secara berdekatan.
 
Sosok laki berpakaian hanfu putih dengan ikat kepala warna senada menghiasi kepalanya menatap kerumunan orang-orang yang baru saja meninggalkan kompleks pemakaman. Tapi langkahnya terhenti saat merasakan ada yang menyentuh bahunya.
 
"Hey Lanzhan! "
 
Lelaki yang dipanggil Lanzhan itu terdiam. Dia sangat mengenal suara ceria itu. Suara lelaki yang paling dirindukannya. Jantungnya selalu saja berdebar keras mendengar suara itu meski dia tak lagi memiliki raga.
 
"Weiying! "
 
"Aahhh Lanzhan. Padahal kau sudah janji untuk hidup dengan baik. Tapi mengapa kau malah berakhir begini? " pekik Wei Wuxian kesal.
 
"Brisik! Mana bisa aku hidup dengan baik tanpa dirimu! " kata Lan Wangji ketus. Iris karamel Wei Wuxian membulat. Tapi sesaat kemudian dia tertawa.
 
"Ahahaha... tak kusangka seorang Lan Wangji yang tripleks pandai merayu juga! " sindirnya disela tawanya.
 
 
"Aku serius! " Lan Wangji malah menatap Wei Wuxian tajam membuat wajah Wei Wuxian memerah, spontan dia mengalihkan mukanya dari pandangan Lan Wangji.
 
"Ahaha... kukira kau hanya merayuku. " kilahnya.
 
"Ingin menantangku, Weiying? "
 
Wei Wuxian tidak sempat menjawab karena Lan Wangji telah mendekat kearah pemuda Wei itu. Wajah Wei Wuxian yang memerah karena grogi itu membuat Lan Wangji tergoda untuk menjahilinya. Lan Wangji segera mengecup bibir Wei Wuxian dengan singkat lalu menjauhkan wajahnya membuat Wei Wuxian memekik jengkel.
 
"Lanzhan! Apa yang kau lakukan ini? "
 
"Mengecup calon istriku. Apa itu dilarang? "
 
"Bu-bukan begitu, hanya saja-"
 
"Ingin kucium? "
 
"Itu... "
 
Lan Wangji segera merentangkan tangan dan memeluk Wei Wuxian yang berada dihadapannya serta mencium bibir lembut itu. Wei Wuxian hanya memejamkan mata menikmati ciuman bersama lelaki yang menyebalkan sekaligus orang yang dicintainya.
 
" Jika aku tidak bisa hidup dengan baik maka aku akan hidup bahagia bersamamu dialam abadi kita itulah janjiku! "
 

The end@
 

Note :
Selamat ulangtahun, selamat natal dan tahun baru buat author ya? Semoga authornya makin sehat, panjang umur, langgeng ama pasangan, makin sukses kedepannya  and happy always.
Ah iya harapan qu buat author makasih banget udah mau bikin event begini yang tentunya sangat bermanfaat banget tuk aq untuk terus mengasah kemampuan menulis dan juga semoga author akan mengadain event lagi nanti ya?
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Kumpulan Cerita Peserta Lomba Wangxian/XianwangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang