Belas Kasih Surgawi (Wangxian)

241 16 0
                                    

Aku tidak pernah tahu mencintai seseorang bisa menjadi begitu menyakitkan. Melihat ayah yang begitu mengasihi ibu, aku tahu sedalam apa cintanya, namun aku tidak pernah tahu sebesar apa luka di hatinya.

Akan tetapi, setelah aku tumbuh besar, aku bertemu dengannya, dia yang selalu memasang wajah tertawa dan bahagia. Aku tahu....pertama kali mengenalnya, aku hanya akan mengatakan bahwa dia sangat berisik, tidak cocok dengan citra Cloud Recesses.

Namun aku tidak punya pilihan sejak dirinya adalah murid tamu dari Sekte Jiang.
Dan benar saja, saat itu ia selalu membuat shufu naik pitam, bahkan membuat shufu berteriak di kelas padanya. Mungkin pada saat itu shufu mengira aku bisa membuatnya berubah dan mulai membuatnya menjalani hukumannya bersamaku, tetapi ternyata ia salah. 

Sayangnya, kesalahan itu tidak hanya sekedar kegagalannya membuat laki-laki tidak tahu malu ini tersadar, tetapi kesalahannya membuatku menepaki jalan yang aku sendiri tak bisa bayangkan. 

Setiap kali aku memandang ke kejauhan hutan, aku bisa mengingat waktu ketika aku menghabiskan masa liburan dengan ibu, ayah hanya muncul sesekali, tetapi lebih sering menghabiskan waktunya untuk berkultivasi tertutup. Meskipun shufu tidak mengatakan apapun, aku tahu jika pernikahan kedua orangtuaku adalah sebuah kesalahan yang dibuat ayah atas dasar cinta. Tidak menyangka, aku akan berakhir sama sepertinya.

Hampir dua dekade berlalu, luka lama yang membekas di tubuhku tidak pernah hilang. Tiga puluh tiga cambuk kedisiplinan Sekte Lan, shufu menatapku penuh kekecewaan. Namun tak apa, aku masih bisa menanggungnya. Itu semua tidaklah berarti saat beban terberat ku adalah hidup tanpanya.

Dua dekade berlalu dan aku masih merindukan sosoknya. Di keheningan malam aku akan mendengar kekehannya yang menyenangkan. Di siang hari yang panas aku bisa melihat sosoknya yang mengernyit sambil terus berlarian ke sana ke mari. Dan sesaat sebelum aku terlelap, wajahnya yang dipenuhi darah dan ekspresi kosongnya kembali terngiang. Wei Ying.
Setiap kali mengingat wajahnya yang berbahagia, seakan ada kupu-kupu yang beterbangan di perutku. Tetapi, saat mengingat derita yang diembannya, aku menyalahkan diriku sendiri karena membuatnya berpikir tidak ada lagi orang di dunia ini yang berdiri di sisinya.

Ujung jemariku gemetar saat mengakhiri lantunan lagu Inquiry, tidak ada jawaban yang terdengar. Secangkir Senyuman Kaisar masih berada di atas meja, aku menatap kosong sebelum meraih cangkir itu dan menenggaknya dalam sekali teguk. Tidak lama setelahnya aku bisa merasakan benturan pada dahiku sebelum semuanya benar-benar gelap 
Semua ini tidak lagi asing, terbangun dalam angan-angan kosong, hanya ada aku yang duduk diam tanpa bisa berbuat apa-apa.

“Wangji-Xiong!” Aku mendengus geli mendengarnya.

“Wangji-Xiong! Apa kau bisa mendengarku?” Panggil suara itu, lagi.

“Mn.” 

Disusul derap kaki yang agak cepat aku tersentak oleh tubuh yang menempel di punggungku, napasnya terengah-engah, wajah muda dan tampan itu memerah oleh kebahagiaan. Aku meraih wajahnya dan mengelusnya lembut,

“Lelah?” tanyaku.
Ia menggeleng kuat, “Aku baru saja memenangkan lomba lari dari anak-anak lain, Wangji-
Xiong, apa kau tahu apa yang aku dapatkan!?”

Aku menggelengkan kepala, masih menatap lembut sosoknya yang mempesona. Bibirnya yang tipis tersenyum lebar, “Mereka akan mengerjakan tugas rumahku selama dua Minggu,
hahaha....bukankah itu tidak buruk?”

“Tidak buruk.” 

Wei Ying melepaskan pelukannya pada leherku dan berpindah untuk duduk bersila di hadapanku, surai hitamnya terlihat sedikit berantakan, namun itu justru menambahkan kecantikannya. Aku tersenyum tipis, kembali meraih tangannya dan kuletakkan dalam pangkuanku sembari memainkannya, dalam ilusi ini Wei Ying ku bercerita panjang lebar mengenai segala hal, alih-alih mengobati rindu aku hanya akan tetap menangis ketika tersadarkan oleh kenyataan pahit.
Mengingat hal itu aku menggenggam tangan di genggamanku dengan erat, kehangatannya perlahan pudar dan digantikan oleh kulit dingin tak bernyawa.

Kumpulan Cerita Peserta Lomba Wangxian/XianwangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang